Kunjungan Raja Salman kali ini harus dilihat sebagai puncak dari gerakan yang diusulkan oleh wakil putra mahkota yang diberlakukan pada pertengahan tahun 2016. Begitu NPT diumumkan segera ia melakukan kunjungannya sendiri ke Jepang dan Tiongkok. Di Jepang dan Tiongkok, wakil putra mahkota yang juga menteri pertahanan, menerima jaminan dari PM Jepangan Shinzo Abe dan Presiden Tiongkok Xi Jinping bahwa negara mereka akan mempromosikan investasi penting masuk dalam Kerajaan Saudi.
Tokyo dan Beijing, sebagai pengimpor energi terbesar, melihat hubungan yang baik dengan Kerajaan sebagai satu fundamental untuk kepentingan nasional mereka. Tiongkok melampaui AS sebagai pengimpor minyak mentah terbesar dunia pada bulan Oktober tahun lalu.
Dalam rencana NPT, Arab Saudi berusaha melakukan penawaran perdana IPO yang akan datang untuk perusahaan minyak raksasa negara Saudi Aramco. Mencari investor raksasa kelas berat di Asia seperti Tiongkok dan Jepang, dalam upaya ini membutuhkan perhatian Raja. Tidak mengherankan bahwa jadwal tur Asia Raja Salman tujuan utama berhenti di dua negara ekonomi besar di kawasan ini.
Dengan Tiongkok, Arab Saudi juga secara signifikan melihat untuk penyeimbangan geopolitik pada AS, yang kebijakan luar negerinya telah tumbuh ketidakpastian sejak pelantikan Donald Trump sebagai presiden.
Yang lebih khusus lagi, lebih mengintensifkan perjuangan kawasan untuk melawan Iran, yang diawal tahun 2016 telah mengambil karakter baru setelah Arab Saudi mengeksekusi ulama terkemuka Syiah Nimr al-Nimr, Kerajaan Saudi telah melihat nilai pengaruh dengan merayu Tiongkok.
Tur Raja Salman ke Asia menunjukkan tampilan Ryadh ke arah timur ini bukan dilakukan dengan mendadak, tapi lebih untuk menggabungkan prioritas NTP dan agenda global yang lebih luas dari Arab Saudi.
Sejarah Bangkitnya Arab Saudi
Dalam bahasa Arab “Saudi” berasal dari kata yang berarti “kebahagiaan” dan “Arab” adalah “orang nomaden”. Namun, banyak yang menganggap yang benar-benar membawa nasib orang Arab masuk ke “zaman kebahagiaan” semestinya pada abad lalu akhir tahun 1930-an, ketika ditemukannya minyak bumi dan mulai dikembangkan.
Dari saat itulah kehidupan “nomaden” berubah dan menjadi kaya berkat petro dollar. Pada tahun 1945 Presiden AS Roosevelt sesudah menghadiri Konferensi Yalta, mengundang Raja Saudi Ibn Saud ke atas kapal perang AS di Terusan Suez untuk bertemu. Raja dari orang Badui ini baru pertama keluar dari Peninsula Arab, mereka membawa kemah dan permandani Persia tidur di atas dek kapal perang AS. Sejak itulah Arab Saudi dan AS mulai mengadakan hubungan mesra hingga 70 tahunan lebih.
Namun, pada tahun-tahun terakhir ini, hubungan Arab Saudi dan AS perlahan-lahan mengalami perubahan. Pada tahun 2006, ketika itu Raja Saudi baru naik tahta, negara pertama yang dikunjungi bukan lagi AS, tetapi justru Tiongkok. Sejak itu orang-orang menduga apakah Arab Saudi sudah cenderung “berkiblat ke Timur”.
Pada tahun ini, ketika Donald Trump resmi menjadi Presiden AS, juga tidak memilih untuk mengunjungi bertemu dengan Trump di AS, sebaliknya melakukan tur ke Asia Timur. Dengan mengunjungi Malaysia, Indonesia, Brunei, Jepang, dan Tiongkok, yang menghabiskan waktu hingga satu bulanan. Tur kali ini Raja Saudi membawa 1.500 delegasi, di antaranya 25 pangeran Kerajaan dengan perlengkapan yang sebagian dilapisi emas yang membuat orang terbelalak.