Akhir-akhir ini diberitakan ungkapan Presiden Jokowi mengeluh terhadap kunjungan delegasi Raja Salman dari Arab Saudi ke Indonesia tapi nilai investasinya jauh lebih kecil ketimbang nilai investasi mereka ke Tiongkok. Jakowi mengatakan, "Investasi Arab ke Indonesia Rp 89 triliun. Tapi yang saya lebih kaget saat beliau ke Tiongkok, ke Tiongkok yang beliau tanda-tangani Rp 870 triliun."
Kunjungan ke Malaysia, Indonesia, Brunei, dan Maldives
Kunjungan rombongan delegasi yang dipimpin Raja Salman Arab Saudi ke negara-negara Malyasia, Indonesia, Brunei, dan Maldives ini sebenarnya termasuk dalam set kedua. Tampaknya Saudi tidak terlalu mengharap dan menjadikan sasaran investasi utama, dan berharap mendapat imbalan dalam investasi bagi negara Arab Saudi dari negara-negara ini. Negara-negara ini dikunjungi terutama karena negara-negara tersebut mayoritas Islam Sunni. Di Maldives atau Maladewa dan Brunei, Islam menjadi agama negara, sedangkan Indonesia dan Brunei secara konstitusionil sekuler sementara mengakui peran penting Islam dalam masyarakat.
Tapi khusus untuk Malaysia dan Indonesia, Raja Salman dan para penasihatnya akan mencari untuk kerja sama ekonomi sejalan dengan tujuan dari NTP/Rencana Nasional Transformasi (NPT/National Transformation Plan), sedangkan Indonesia mengharapkan kunjungan raja Saudi yang telah absen selama 47 tahun akan menginvestasikan 25 milyar USD, namun kenyataannya hanya sekitar 6.71 milyar.
Lain halnya dengan Jepang dan Tiongkok. Jepang sudah sejak lama aktif menjalin hubungan perdagangan dengan Saudi, sedang Tiongkok baru belakangan menjalin hubungan dibanding Jepang. Namun, Tiongkok mempunyai sejarah panjang hubungan perdagangan dengan Peninsula Arab sejak zaman kuno melalui ‘Jalur Sutra Daratan dan Jalur Sutra Maritim.’ (baca: Jalur Sutra Maritim Kuno - Ajang Pertukaran Budaya )
Tujuan Kunjungan ke Asia Timur
Namun, perlu kiranya kita coba bahas dan telusuri kenapa hal ini bisa terjadi? Sebelum kita masuk ke masalah ini, penulis coba menggambarkan terlebih dahulu mengapa Arab Saudi melakukan kunjungan ke Asia Timur Jauh. Kali ini Arab Saudi melakukan kunjungan yang dipimpin langsung oleh Raja Salman dengan membawa delegasi sebanyak 1.500 orang, Pertama yang dikunjungi Malaysia, berikutnya Indonesia, Brunei, Maldives/Maladewa, Jepang, dan Tiongkok.
Menurut media dan istana Saudi, perjalanan ini digambarkan terutama sebagai perjalanan yang berkaitan dengan masalah energi dan investasi, dalam konteks geopolitik yang lebih luas dengan memotivasi langkah mengadakan tur perjalanan selama sebulan ke kawasan ini untuk memanfaatkan agar Raja melihat keadaan lebih dekat.
Sebenarnya perjalanan Raja Salman ini dapat dipisahkan menjadi dua tahapan: Tiongkok dan Jepang menjadi satu set prioritas, sedangkan perjalanan ke Malaysia, Indonesia, dan Maladewa hanya untuk pemuasan lainnya.
Ketika harga minyak telah agak pulih dari titik nadir pada akhir tahun 2015 dan awal 2016, Riyadh lalu berkomitmen dengan rencana jangka panjangnya untuk mengurangi ketergantungan pada pendapatan minyak. Untuk proyek ini, Kerajaan Saudi akan membutuhkan investor dari kawasan Asia-Pasifik.
Rencana Nasional Transformasi (NPT/National Transformation Plan) gagasan dari wakil putra mahkota muda yang ambisius Mohammed bin Salman, telah menetapkan 350 target untuk Badan Pemerintah Saudi yang membutuhkan investasi asing langsung secara solid.