Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Krisis Nuklir di Semenanjung Korea Bisa Terjadi?

29 Maret 2017   13:09 Diperbarui: 6 Mei 2017   07:51 1462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://www.world-nuclear.org

Masalahnya bagaimana seharusnya Korut didesak untuk menyerahkan senjata pembunuh massalnya? Dapatkah perang dicegah? Dilihat uraian diatas tidak diragukan lagi, inisiatif ini berada ditangan AS. Demikian pandangan analis.

Pada 15 Maret 2017, Menlu AS Rex Tillerson tiba di Tokyo, Jepang, yang menandai dimulainya “tour Asia” Ini adalah untuk pertamakalinya Tillerson mengunjungi kawasan Asia Timur Laut sebagai diplomat tertinggi dari pemerintahan Trump, sejak dia diangkat sebagai Menlu sebulan lalu.

Media Barat melaporkan, salah satu tujuan Tillerson adalah untuk menarik Tiongkok, Jepang, Korsel untuk bersama-sama “mengisolasi” Korut untuk mencari resolusi baru untuk isu Korut. AS mengatakan bahwa AS dan Tiongkok ada “kekhawatirn: yang sama tentang ancaman Korut.

Jika Korut mengembangkan senjata nuklir dan selanjutnya mengubah kemampuan nuklirnya, maka akan ada dua kemungkinan. Pertama mungkin mudah menyebabkan perang nuklir, dan kedua akan menyebabkan negara-negara lain juga mengembangkan senjata nuklir. Akibatnya seluruh kawasan Asia Timur Laut akan menjadi kawasan (rawan) nuklir.

Maka tidak heran jika Tiongkok juga dengan gigih menentang Korut memiliki senjata nuklir.

Pada 10 Maret lalu, Presiden Korsel Park Geun-hye dimakzulkan dan dipecat sebagai presiden Korsel. Selama latihan militer Korsel-AS, beberapa peralatan militer untuk pertahanan rudal THAAD tiba di Korsel. Banyak yang mempertanyakan, apakah ini merupakan variabel (ada kaitan) dalam pengaturan AS-Korsel untuk “THAAD” ini?

Pada titik ini, mungkin akan menjadi titik balik bagi pemilu Korsel. Banyak yang percaya bahwa ini akan menjadi titik balik, tapi hal itu tidak akan terjadi dengan tiba-tiba akan menjadi lebih baik, hal itu akan sangat sulit.

Menurut laporan dari terbitan media Jepang, setelah PM Shinzo Abe kembali dari kunjungannya ke AS,

dan Abe mulai mempertimbangkan “Program Pertahanan Jangka Menengah ” dari tahun 2019-2023,  ia juga membahas belanja “ratusan milyar Yen” untuk mendapatkan sistem THAAD.

Baru-baru ini, Pasukan Maritim Bela Diri Jepang dan konvoi kapal induk militer AS telah melakukan latihan militer bersama di Laut Tiongkok Timur.

Perilaku ini sangat jarang terjadi. Sebagian analis menilai Jepang sendiri tampaknya sedang mencari semacam kemampuan tempur independen. Kita bisa lihat baru-baru ini, yang dilakukan Abe untuk mengadakan latihan militer nasioanal di awal tahun, dan AS tidak bergabung dengan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun