Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Membedah Pemerintahan dan Kabinet Trump

27 Januari 2017   16:36 Diperbarui: 27 Januari 2017   16:57 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://www.politifact.com/

“America First” sealalu menjadi sloganTrump. Dalam pidato pelantikannya, Trump tidak hanya menegaskan proteksionisme, ia juga mengusulkan dua prinsip yang sederhana---“Membeli Amerika/Buy American” dan “Menyewa Amerika/Hire American.”

Trump mengatakan: Setiap keputusan dalam perdagangan, pajak, imgrasi di luar negeri akan dilakukan untuk menguntungkan pekerja Amerika dan keluarga Amerika.

Meskipun Trump jelas menyatakan bahwa AS ada keterbatasan keuangan, militer dan sumber daya diplomatik, untuk menyelesaikan masalah sosial dan kesejahteraan dalam negeri yang semakin menonjol, tapi tidak boleh mengganggu pemerintah lain atau terlibat dalam bantuan diplomatik militer, dunia luar telah melihat hampir apapun dapat diperdagangkan untuk memastikan bahwa itu untuk “America First.”

Menjelang pelantikan Trump sekali lagi menantang kebijakan “One-China Policy”

Pada 13 Januari 2107, Trump mengatakan dalam satu wawancara dengan “Wall Street Journal” : “Semuanya dalam proses negosiasi, termasuk kebijakan ‘One-China policy’” Setelah melakukan sambungan tilpon dengan Tsai Ing-wen, Trump membuat beberapa pernyataan mempertanyakan kebijakan ‘One-China policy’

Media AS, ahli kebijakan luar negeri dan bahkan pemerintah  Obama menyatakan prihatin, mempertanyakan apakah Trump tidak memahami atau tidak athu situasi politik internasional keterkaitannya atas pernyataan seperti itu.

Departemen Luar Negeri Tiongkok lansung menrespon melalui Juru Bicara Lu Kang dengan mengatakan bahwa kebijakan ‘One-China policy’  adalah landasan politik untuk hubungan Sino-AS dan tanpa bisa di-tawar-tawar (non-negotiable).

Bagi mereka di AS yang sering berinteraksi dengan Tiongkok, politisi AS semua tahu bahwa masalah ini bukan sesuatu yang bisa dibuat kesepakatan dengan Tiongkok.

Tampaknya Trump memandang beroperasi berdasarkan metode saat ini sebagai pengusaha dan interpeneur, yang memandang semua hubungan luar negeri sebagai kespakatan yang sederhana, dan pertukaran kepentingan yang sederhana, tampaknya dia akan sangat keliru. Demikian menurut pandangan pengamat.

‘Wall Street Journal” mengatakan bahwa selama kampanye Trump mengatakan, setelah ia terpilih akan mamasukan Tiongkok “dalam daftar manipulator mata uang,” tetapi dalam wawancara baru-baru ini, ia mengatakan bahwa ia tidak akan melakukan itu pada hari pertama ia masuk Gedung Putih. Dia akan membicarakan dulu dengan Tiongkok.

Tapi seperti kita ketahui, nilai tukar mata uang sebagian besar ditentukan oleh pasar. Jika boleh jujur negara yang bisa memainkan peran dalam menentukan dapat dipastikan AS. Tampaknya apakah ada negara lain yang sekuat AS?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun