Berdasarkan akar kata ini, Ser berarti berat, rumit, sistematis, tetapi juga indah. Jadi dari kata ini menurut sejarahwan bisa dilihat masyarakat Eropa dan persepsi masyarakat internasional kala itu, oleh mereka dianggap produk-produk Tiongkok yang rumit dan mereka tidak bisa mengelola untuk meniru dan menyalinnya, tetapi orang Tiongkok bisa melakukannya dan bisa membuatnya indah.
Bahkan kata ini hingga kini masih digunakan. Masyarakat internasional masih ada yang menganggap negara Tiongkok sebagai negara misterius yang mereka ingin ungkapkan tabirnya.
Di Kuil Parthenon , Yunani, ada patung “Fatal Sister” yang memakai jubah transparan yang terbuat dari sutra.
Sebelum itu, kain untuk pakaian orang Romawi kuno terutama dari bahan wol dan linen yang relatif kasar. Kelembutan dan kehalusan sutra telah menjadi suatu yang baru dan perasaan anyar bagi Romawi.
Menurut catatan sejarah, harga sutra Tiongkok semahal emas. Pada puncaknya, harga sutra itu bahkan 12 tael emas per pon. Pada saat itu orang Romawi masih tidak tahu apa-apa tentang asal dan cara membuat sutra yang asli.
Dalam rangka untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi untuk waktu yang lama, para pedagang India dan Persia selalu menjaga ketat tentang asal dari sutra tersebut. Untuk waktu yang lama, orang-orang Romawi percaya bahwa sutra adalah semacam wol yang tumbuh dari sejenis pohon ajaib di Seres. Yang jelas ini adalah kebohongan yang tidak masuk akal yang sengaja dibuat oleh para pedagang India dan Persia untuk menutupi kebanaran demi keuntungan dagang mereka.
Kebenaran dan rahasia membuat sutra belum terungkap sampai tahun 166 masehi, ketika Marcus Aurelius atau pendahulu Antonius Pius mengirim utusan ke Tiongkok melalui jalur laut. Ini menjadi catatan paling awal dari interaksi langsung antara Tiongkok dan Eropa.
Sejak itu barulah orang Romawi mengetahui dan mengerti sutra itu seperti laba-laba dan itu dihasilkan dari ulat sutra yang diberi makan daun murbei.
Dalam abad ke-3 dan ke-4, Roma telah menjadi kosumen besar sutra. Tetapi untuk waktu lama perdagangan sutra Tiongkok masih dimonopoli oleh para pedagang Persia. Dalam rangka untuk mengubah situasi ini, Kekasairan Romawi dan Parthia (Persia Kuno) saling besaing untuk waktu yang lama.
Ketika upaya damai tidak tercapai pada tahun 571 M, Kaisar Justinian I dari Kekaisaran Romawi Timur bersatu dengan Turki Khanate menyerang Perisa. Dalam sejarah, perang di Barat yang terkenal ini disebut Perang Sutra, perang ini berlangsung selama lebih dari 20 tahun dan hasilnya ambigu (tidak menentu siapa menang siapa kalah).