Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa Donald Trump Menang?

16 November 2016   12:06 Diperbarui: 18 November 2016   08:43 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.politico.com

Pemilihan presiden AS yang ke-58 kalinya telah berakhir dan kita telah disuguhi suatu adegan yang seru dan menganggumkan selama ini. Kini hiruk-pikuk pemilihan presiden AS yang berlangsung selama satu tahun sudah selesai, hasil akhir Donald Trump yang kontroversial yang tidak pernah difavoritkan akhirnya menang dan menjadi Presiden Ke-45 AS. Mengapa para pemilih AS memilih dan mempercayakan nasibnya ke tangan Trump?

Pemilihan presiden yang ke-58 kalinya bagi AS yang telah menjadi tontonan yang menganggumkan dan seru ini kini akhirnya berakhir. Setelah melalui semua teori konspirasi, rumor pembunuhan, pengelabuhan media, egalitarianisme... Dan segala macam topik terjalin bersama-sama, sehingga pada akhirnya mereka tampaknya mengubah pemilihan ini menjadi semacam “komedi/lelucon” untuk dipertunjukkan kepada seluruh dunia.

Sekarang ujung atau epilog dari “komedi” ini bahkan lebih menakjubkan, Hillary Clinton yang tadinya telah memimpin suara secara populer dengan mengejutkan berakhir hilang. Pada pagi hari tanggal 9 November 2016, Clinton mengakui kekalahannya.

Setelah itu, Trump mengadakan berpidato menyatakan menerima kabar tersebut, dengan mengatakan:  “Saya baru saja menerima telepon dari Sekretaris Clinton. Dia mengucapkan selamat kepada kami, ini untuk kemenangan kami. Saya mengucapkan selamat kepada dia dan keluarganya yang  telah berjuang dengan keras selama kampanye. Dia berjuang dengan keras.”

Gaya Kontroversial Kampanye Trump

Memang banyak kita ketahui sejak awal Kampanye Trump bikin tidak disukai dunia luar, komentarnya terutama tentang isu imigran Meksiko telah membuat dia menjadi kontroversial dari awal. Dia mengatakan: “Ketika Meksiko mengirim orang-orangnya, tapi mereka tidak mengirim orang terbaiknya. Mereka membawa narkoba, mereka membawa kejahatan, mereka pemerkosa. Kita akan membangun tembok pemisah dan mereka yang akan bayar untuk tembok ini. Mereka harus bayar tembok itu.”

Klaim berani Trump juga menggemparkan di pemilu ini. Ia mengatakan akan menggunakan penyiksaan, termasuk dengan cara penyiksaan  “water boarding” * kepada teroris, dan bahkan akan memberantas keluarga mereka; ia juga mengatakan setelah ia menjadi presiden tidak akan membiarkan Muslim masuk AS, bahkan akan penjarakan Hillary Clinton. (* cara penyikasa dengan mengikat seorang pada sehelai papan, mata di tutup di miringkan ke dalam air kepala dibawah, kemudian air dialirkan atau diteteskan atau dialirkan ke permukaan mulut dan hidung, sehingga susah bernafas.)

Dick Meyer, seorang analis politik senior mengatakan kepada seorang wartawan: “Masudku. Donald Trump adalah calon paling populer dari partai besar di Amerika sepanjang sejarah Amerika, dan banyak orang Amerika berprasangka bahwa dia membuat komentar rasis-sensitif dari waktu ke waktu, membuat orang mengira dia sebagai pemecah belah, bukan pemersatu, dia pengadu domba kelompok satu sama lain.”  Namun taipan “berani” pengembang (real estate) ini berhasil menjadi presiden AS berikutnya.

Dari awal jajak pendapat publik setelah pemilu menunjukkan : Trump memiliki rating setuju 65% di antara orang kulit tanpa pendidikan perguruan tinggi, sementara rating setuju dari Clinton di antara kelompok ini hanya 29%.

Beberapa analis percaya bahwa banyak pendukung Trump dari orang kulit putih tidak bersedia untuk mengungkapkan kecendrungan suara mereka yang sesungguhnya hingga pada hari pemungutan suara, mereka membuat “suara protes” secara diam-diam. Sementara tim Clinton dan pendukungnya terlalu percaya diri dalam pemilu ini, karena mereka terdiri dari kalangan politisi AS, akademisi, dan sektor komersial serta media mainstream, semua anti-Trump, ini yang mungkin merupakan faktor penting kesalahan dalam jajak pendapat publik yang dilakukan sebelum pemunggutan suara.

Ada karakter khusus dari Trump, bicaranya tanpa filter, jadi bagi banyak pengamat dan peneliti profisional atau akademisi tidak memperhatikan gayanya ini. Terus terang banyak dari mereka melihat dia tidak stabil. Tetapi dari perspektif warga AS rata-rata, kebetulan orang ini (Trump) justru mengungkapkan apa yang menjadi keyakinan mereka.

Setelah Trump memenangkan pemilu, beberapa penerbitan AS percaya bahwa kemenangannya dikarenakan dukungan besar dari kaum pekerja krah putih dan biru (pekerja kasar dan pekerja perkantoran/white and blue collar class) AS. Setelah krisis keuangan, pemulihan ekonomi AS tidak memiliki kekuatan, dan kesenjangan pendapatan terus tumbuh, sedang kelas menengah telah menyungsut.

Banyak dari kaum pekerja kelas krah biru dan putih mengeluh bahwa manfaat dari pembangunan ekonomi telah diambil dan dinikmati oleh kaum elit Wall Street, sementara kehidupan mereka terus memburuk. Dan image atau gambaran dari Trump yang di bentuk selama kampanye adalah salah satu anti-tradisonalis dan anti-elitis.

Pemilih yang mendukung Trump percaya bahwa Trump tidak seperti orang-orang politisi “snake oil” (licin bak belut), yang menghindari kenyataan ini, Trump mengatakan hal-hal yang mereka ingin mengatakan, tapi tidak bisa, sehingga membuat dia sebagai juru bicara bagi mereka di arena politik tertinggi.

Pada 5 Nopember, akhir pekan terakhir sebelum pemungutan suara, Trump dan Clinton memasuki babak akir kampanye. Di hari yang sama, kedua kandidat bergegas ke berbagai tempat dan lokasi dalam upaya memenangkan lebih banyak pemilih, terutama di negara bagian yang masih goyah (swing state). Selama waktu itu Trump bekerja keras untuk membentuk citra anti-establishment (pandangan anti kemampanan atau kepercayaan adalah sesuatu yang bertentangan dengan prinsip-prinsip sosial, politik dan ekonomi konvensional masyarakat.)

Trump mengatakan: “Dia (Hillary) pernah di Oval Office (Kantor Kepresidenan AS Gedung Putih), Hillary dan kepentingan khususnya akan merampok habis-habisan negeri ini. Inti dari pemilihan kali ini sangat sederhana : Apakah negara kita akan di kelola oleh orang-orang atau kelas politik yang korup?”

 “Dia itu orang dari luar dunia politik.” ---“New York Time” memberi komentar ini setelah Trump mengumumkan pencalonannya. Keseluruhan selama dalam proses kampanye, tidak menggunakan kata-kata santun dan resmi yang biasa digunakan pejabat yang berkomentar sopan, ia juga tidak memiliki gaya dan berprilaku apik dan bersih, dia selalu berjalan ditepian pisau cukur untuk “selalu membuat pernyataan yang mengejutkan.”  Hal ini mungkin yang membuat para pemilih melihat Trump lebih nyata atau realistis dan asli di mata banyak pemilih, tidak seperti politisi lain yang selalu memakai topeng.

Masyarakat Amerika membenci status quo dan kepada para pemimpin politik saat ini. Mereka berpikir bahwa orang-orang ini tidak mewakili kepentingan mereka dengan cukup baik, pemimpin dan politisi ini tidak mendengarkan suara mereka dan menanggapi tuntutan mereka. Alasan ini yang oleh analis dianggap sebagai alasan penting. Seperti Jeb Bush dari Republikan yang awalnya disukai orang bahwa dia mampu dan banyak lagi “presiden AS” lainnya, tapi pada akhirnya mereka tidak berbuat lebih jauh. Ini benar-benar menunjukkan bahwa publik AS sangat tidak suka establishment/kemampanan dan mereka berharap ada perubahan.

Trump dilihat rakyat Amerika bisa membawa perubahan. Di AS tidak perduli apa yang dipikirkan politisi di depan umum, mereka harus belajar sistem berbicara yang disebut “political correctness” (kebenaran politik). “Kebenaran Poltik” AS bertujuan untuk melindungi kelompok-kdelompok yang kurang beruntung dari diskriminasi dan segala pelanggaran (violation). Namun saat ini di AS, suara political correctness dengan teguh berada di tangan politisi liberal dan media, jadi political correctness adalah segalanya.

“Political correctness” telah menyebabkan semua orang terlalu takut menyinggung pemilih. Seperti ketika membahas imigran ilegal, terutama untuk masalah agama, ketika mempersoalkan Islam, semua orang takut, semua orang coba menghindari berbicara masalah ini. Begitu tiba-tiba mendengar ada seseorang yang sangat lantang mengemukakan hal ini, langsung menyadari bahwa mereka menghadapi beberapa masalah yang sangat parah yang mereka percaya ada di masyarakat AS, banyak orang percaya bahwa ia telah setidaknya telah mengangkat masalah ini. Demikian menurut pandangan para ahli masalah Amerika.

Selama debat Super Tuesday (25 Peberuari 2016, debat antar kandidat Republikan tentang imigarsi) moderator wanita dengan sangat marah menanyakan kepada Trump “Mengapa membangun tembok di sepanjang perbatasan dengan Meksiko dan tidak sepanjang perbatasan dengan Kanada? Itu rasis.”

Media mainstream membahas masalah atas sikapnya. Tapi mereka itu tidak menyadari bahwa justru sikapnya yang melampaui political correstness yang mendorong Trump yang tanpa pengalaman  berpolitik dan bukan berlatar belakang politik,  masuk ke Kantor Oval (Gedung Putih).”

Survey dari wartawan

Ketika seorang pengamat menanyakan kepada para pekerja krah biru dan rakyat kecil: A (pengamat)  B (rakyat kecil)

A: Apa yang Anda paling sukai dari Trump sejauh ini? Apakah soal komentar tentang  imigrasi di...?

B: Karena mereka datang untuk membunuh kami.

A: Mereka datang untuk membunuh Anda?

B. Ya. Jelas benar “ISIS.”

A: Tapi tidak semua dari mereka yang datang untuk membunuh Anda.

B: Kamu tidak tahu yang mana dari mereka yang akan membunuh. Dia (Trump) tidak mengatakan ia akan menempatkan mereka semua keluar. Dia ingin menjaga mereka mendapatkan hal-hal yang hingga mereka dapat diluruskan untuk mencari tahu apa yang terjadi.

A: Setiap kali dia mengatakan sesuatu yang kasar dan offensif, beberapa orang tersinggung.... saya suka itu. Apa Anda menyukai?

B: Ya

A: Bagaimana dengan orang lain disini? Aku menyukai !

B: Kita semua menyukainya!!!

Pendukung Trump berkomentar: Mungkin sudah waktunya bagi pengusaha untuk mejalankan negara. Bawa kembalilah tunangan, bawa kembali pekerjaan. Kembalikan militer kita.

Kisah sebuah keluarga biasa AS

Ada sekeluarga (Tilly) 3 generasi yang tinggal di North Carolina yang  mempunya berbagai macam sikap politik, tapi mereka mempunyai kesamaan mendukung Trump.

Pete Tilly : Ini adalah pertama kali bagi saya melakukan kampanye  politik, anggota keluarga telah bergabung dengan saya, anak saya, putri mertua saya, cucu saya. Ini sungguh-sungguh pengalaman yang luar biasa.

Dua laki-laki dewasa dalam keluarga dulunya anggota militer, tapi kini mereka hidup dari gaji harian.

Pada Mei tahun ini, Trump mengatakan: “Pelayanan terhadap veteran AS lebih buruk dari pengungsi Eropa.”  Dan kata-kata Trump ini ber-resonansi atau menggetarkan keluarga Tilly.

Grace Tilly: Pelayanan dan perawatan terhadap para veteran sangat dibawah standar. Seluruh keluarga saya mendukung Trump hingga ke anak saya yang berumur 11 tahun

Anak 11 tahun Tilly: Tidak ada dari calon lain yang berdiri untuk Amerika seperti Donald Trump.

Ananlis percaya bahwa alasan kenapa Trump bisa menang karena ia mempu menangkap “mayoritas diam (silent mayority)” dalam masyarakat Amerika.

Meskipun Trump tidak memiliki “cukup” pengalaman politik dan teknik berdebat seperti Hillary, tapi dia dapat melihat apa yang mayoritas diam di AS benar-benar butuhkan. Keterus-terangan Trump adalah titik lain yang telah menghantam titik lemah lain dari elit politik AS--- yaitu sikap political correctness, yang dihadapkan dengan masalah nyata di masyarakat Amerika, yang tampaknya telah mengikat tangan mereka.

Kemarahan akar-rumput AS tampaknya sesuatu yang diremehkan . Kaum elit telah mengambil kepentingan mereka, berbohong terhadap mereka, dan semua orang-orang ini munafik.

E-mail Gate

Pada kenyataannya, dalam hal isu-isu yang ada di AS, “elit Politik” Clinton tidak sengaja menghindari mereka. Tapi masih juga kalah. Marilah kita telusuri alasannya. Masih ada ledakan penampakan yang membuat  masyarakat umum sudah tidak lagi menyukai politisi elit .

“E-mail gate” merupakan insiden yang benar-benar paling merusak integritas Clinton, bahkan riaknya melebihi dari film Hollywood.

Pada bulan Pebruari 2015, dalam Ulasan Panitia dari Departemen Luar Negeri menemukan ketika Hillary Clinton sebagai Menlu, dia tidak menggunakan e-mail resmi yang disediakan pemerintah, tetapi menggunakan e-mail pribadi sebagai menerima e-mail sebagai gantinya.

Pada bulan Juli 2015, FBI melakukan investigasi/ penyelidikan karena kecurigaan bahwa dari e-mail e-mail ini mungkin ada informasi rahasia. Satu tahun kemudian, Direktur FBI–AS, James Domey mengumumkan bahwa ia merekomentasikan bahwa Clinton tidak akan didakwa karena “e-mail gate” ini.

James Comey mengatakan: Meskipun Departemen Kehakiman membuat keputusan akhir tentang hal-hal seperti ini, kita mengungkapkan untuk keadilan pandangan kami bahwa tidak ada tuduhan kesalahan yang tepat dalam kasus ini.  Apa yang bisa saya yakinkan rakyat Amerika bahwa penelitian ini dilakukan dengan jujur, kompeten dan mendiri, tidak terpengaruh luar apapun dalam penelitian ini.

Meskipun FBI memutuskan untuk tidak mendakwa Clinton, dikemukakannya “e-mail gate” ini membuat dunia luar menjadi sangat curiga dengan metode Clinton.

Karena setelah munculnya kasus ini, tim Hillary segera menghapus lebih dari 30.000 e-mail ini, dan hanya menyisakan setengah dari salinan e-mail yang belum dihapus untuk diserahkan kepada pemerintah untuk diverifikasi.

Dalam perdebatan, Hillary mengatakan: “Saya sangat berkomitmen untuk memegang informasi rahasia dengan serius, dan seperti yang saya katakan, tidak ada bukti bahwa informasi rahasia apapun yang jatuh ke tangan yang salah.”

Trump membalas dengan mengatakan: “Namun bagi Anda untuk mengatakan disini, sama sekali tidak ada yang salah dengan Anda menghapus 39.000 e-mail, sekali lagi, Anda harus malu dengan diri sendiri, apa yang Anda lakukan. Dan ini telah mendapat surat perintah pengadilan.”

Rakyat tidak mengetahui ada rahasia apa yang tersembunyi di e-mail yang dihapus oleh tim Clinton.

Namun dua minggu setelah penyelidikan FBI selesai, “Wikileaks” membuka pandangannya tentang Clinton. 

Pada 7 Oktober, Wikileaks merilis 2.050 email dan 170 lampiraqn dari manager kampanye Clinton—John Podesta. Dari jumlah tersebut, apa yang paling menarik perhatian media adalah surat Clinton yang ditulis ditujukan kepada Podesta pada tahun 2014.

Dalam e-mail ini, Clinton yang telah berhenti sebagai Menlu, mendesak Podesta yang kemudian menjadi penasehat Obama untuk menekan Qatar dan Arab Saudi untuk menyediakan dana dan dukungan balakang untuk “ISIS” dan kelompok-kelompok ekstremis Sunni lainnya.

Sumber tercantum dalam foto
Sumber tercantum dalam foto
Dalam wawancara siaran “ Russian Today Host” pendiri Wikileaks—Julian Assange : W (presenter) ; A (Assange)

W: Saudi, Qatar, Maroko, bahrain, khususnya Saudi dan Qatar telah memberi uang ke Clinton Foundation saat Hillary Clinton sebagai Menteri Luar Negeri dan Departemen Luar Negeri menyetujui penjualan senjata besar-besaran , terutama Arab Saudi.

A: Dibawah Hillary Clinton, dan Clinton e-mail mengungkapkan diskusi yang signifikan tentang hal itu, yang terbesar kesepakatan senjata yang pernah terjadi dengan Arab Saudi, lebih dari 80 milyar USD. Bahkan selama masa jabatannya sebagai Menteri Luar Negeri, total ekspor senjata dari Amerika Serikat, dalam hal nilai dolar mereka, dua kali lipat. 

W: Tentu saja konsekuensi dari itu adalah kelompok jihad teroris terkenal ini yang disebut ISIL atau ISIS yang didukung sebagian besar dengan uang dari orang-orang khusus ini yang memberi uang kepada Clinton Foundation (Yayasan Clinton).

A; Yes. Betul begitu.

Pada 4 Nopember 2016, Russian Today (RT) TV yang merilis wawancara dengan Julian Assange diatas ini telah membuat gempar dunia.

Yang lebih mencengangkan dunia luar adalah 28 Oktober 2016, Direktur FBI, Comey tiba-tiba menulis surat kepada Kongres AS, mengumumkan FBI tiba-tiba menemukan e-mail tentang Clinton selama penyelidikan masalah terkait, dan akan membuka kembali penyelidikan “e-mail gate” ini.

Trump mengatakan: Saya harus memberi kepercayaan FBI bahwa hal itu sangat buruk sekali apa yang sebenarnya terjadi, Dikrektur FBI butuh nyali untuk melmbuat langkah selanjutnya, karena ia akan dihadang oleh semacam oposisi, dimana mereka berusaha melindungi dari tuntutan pidana.

Ketika informasi ini dirilis, rating setuju Trump meningkat dengan nyata. Dua hari kemudian, pada 30 Oktober 2016, pemimpin Domokrat di Senat AS, Harry Red menulis surat kepada Comey, menunduh tindakannya ilegal. Di hari yang sama, beberapa mantan jaksa penuntut umum, termasuk  mantan Jaksa Agung Eric Hover, menulis surat mengeritik Comey telah melanggar hukum dan aturan bahwa FBI telah mempengaruhi aturan pemilu dengan mengarahkan masyarakat untuk melakukan tebakan yang liar tentang pentingnya e-mail ini.

Beberapa pengacara bahkan mengatakan mereka telah mengajukan banding (apeals) ke Kantor Kejaksaan untuk melakukan penyelidikan untuk menentukan apakah Comey sengaja mempengaruhi pemilu.

Menurut konstutitusi AS dan Undang-undang terkait, selama pemilu, organisasi resmi seperti ini harus ketat mematuhi tugas mereka dan tidak mengambil tindakan dalam mendukung pihak tertentu, jika melakukan lain,  itu melanggar konstitusi.  

Jadi,  dengan alasan tersebut diatas,  kita tahu  Comey membuat keputusan ini tidaklah sebarangan. Dia tidak akan melakukannya jika tidak merasa mempunyai dasar kuat. Demikian beberapa analis dan pengamat memperkirakan.

Pada 6 Nopember 2016, Comey mengumumkan bahwa meskipun mereka telah memulai melakukan kembali penyelidikan “e-mail gate” delapan harinya yang lalu, FBI telah memutuskan untuk mempertahankan keputusannya meskipun setelah melakukan peninjauan kembali setelah ditemukannya e-mail baru, tapi “tidak merekomendasikan untuk mendakwa calon Demokrat Hillary Clinton.” 

Hanya delapan hari berlalu setelah pengumuman FBI melakukan penyelidikan ulang dan memutuskan untuk tidak mendakwa Clinton.

Setelah mengetahu bahwa FBI telah menolak untuk mendakwa Clinton, Trump marah. Dia mengencam Clinton telah sekali lagi “ memproyeksikan sistem AS untuk dicurangi.”

Trump mengatakan: “Perubahan nyata juga berarti mengembalikan kejujuran pada pemerintah. Hal pertama yang harus kalian lakukan adalah menyingkirkan Clinton. Hallary Clinton akan di-investigasi untuk waktu yang sangat lama, karena ia banyak melakukan kejahatan terhadap bangsa kita, rakyat kita, demokrasi kita, yang akhirnya kemungkinan disimpulkan untuk disidang pidana. Kini kalian harus mengerti, itu sistem yang sudah dia curangi untuk melindungi dia sendiri (Hillary Clinton)”.

Sama seperti dengan 30.000an lebih email yang sudah dihapus, kita tidak memiliki cara untuk mengetahui bagaimana FBI melakukan penyelidikan dalam delapan hari atau apakah mereka ditekan.

Namun, dari hasil pemilu, dengan dibukanya kembali kasus “e-mail gate” ini, tapi  kesimpulan yang dengan tiba-tiba cepat diambil, ini menciptakan kecurigaan besar terhadap Clinton dan adanya kekuatan besar yang membekingi dia.

Pemilih mengatakan bahwa mereka tidak tahu ada apa sebenarnya. Mereka tidak tahu apakah ada masalah dengan Clinton. Mungkin Clinton telah melakukan sesuatu yang melanggar hukum. Maka mereka menjadi tidak percaya kepada diri Clinton.

Banyak pengamat dan analis yang memperkirakan alasan  ini yang menyebabkan Trump menang, karena rakyat kelas bawah AS sangat tidak puas dan mereka ingin suaranya didengar.

Beberapa media telah menggambarkan di tempat pemungutan suara atau bilik suara telah terjadi kondensasi orang Amerika yang terbagi dan cemas yang bersemangat untuk revolusi.

Jika melihat lebih mendalam, Trump menang karena adanya kecemasan dari krisis idenditas dari kaum kulit putih Amerika menghadapi peningkatan jumlah penduduk minoritas, dan memenangkan realitas sosial yang keras dari kesengjangan pendapatan yang berlebihan dan menurunnya pendapatan kelas menengah.

Trump menang juga karena ketidakpuasan umum pemilih akar rumput yang menentang politik uang, dan “kecurangan sistem politik.”  Dengan latar belakang ini, “politically incorrect” ucapan Trump menjadi senjata penting untuk menggairahkan kaum kulit ptuih dan pemilih minoritas lainnya untuk berbagi nilai-nilainya (sharing values).

Setelah kampanye yang panjang, Trump akhirnya muncul sebagai pemenang, tapi menyebabkan orang-orang dunia melihat kecemasan yang diresapi rakyat Amerika.

Data menunjukkan bahwa hampir setengah dari orang dewasa Amerika mengatakan mereka tidak cukup dengan 400 USD dalam situasi darurat. Biaya-biaya untuk sekolah dan kuliah anak-anak mereka membuat lebih banyak keluarga Amerika merasa lebih cemas.

Umur rata-rata rakyat AS telah meningkat, tapi rakyat merasa tidak aman tentang bagaimana akan terjamin kehidupan pensiunnya yang akan berlangsung beberapa dekade akan datang. Kecemasan ini memiliki pengaruh besar pada orientasi voting publik Amerika.

Jenis masalah apa yang dihadapi AS?

Banyak orang Amerika yang mengakui bahwa jumlah  kelas menengah AS telah menyusut, dan setelah krisis keuangan, kelas menengah AS telah melihat masalah ini tumbuh lebih umum, terutama bagi kelas yang lebih rendah dan kelas mereka tengah mengalami makin kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan dan memperoleh pendapatan yang cukup baik. 

Setelah krisis keuangan, lebih banyak dari pekerjaan ini mungkin telah diambil oleh elit yang perpendidikan pergurunan tinggi. Dan tampaknya saluran untuk memasuki kelas menengah telah menjadi semakin sempit dan sulit.

Kecemasan yang lebih dalam berasal dari peningkatan kesempatan yang tidak sama dan ketimpangan pendapatan. Saat ini, kekayaan dari orang terkaya orang Amerika hanya  0,1% dari rakyat AS setara dengan yang dimiliki oleh 90% dari semua orang Amerika.

Ketimpangan pendapatan yang meningkat ini berhubungan langsung dengan titik awal yang sama dengan memburuknya dalam kesempatan memperoleh pendidikan dan pekerjaan, sehingga membentuk lingkaran setan dimana “pemenang mengambil semuanya.” (the winner take all).

Banyak analis percaya bahwa dalam pemilu tahun ini, apakah itu calon dari Demokrat--Bernie Sanders, yang menyerukan “revolusi sosialis demokratis” atau Donal Trump yang poluler di kalangan pekerja krah putih dan biru untuk menentang imigran ilegal dan perdagangan bebas, mereka berdua tiba-tiba menyatakan rasa tidak aman bagi tingkat akar rumput di AS yang merasa ditekan, dan kemarahan mereka pada kelambanan elit dan sistem yang ada.

Analis percaya bahwa pemilu ini membuktikan gelombang anti-kemampanan, sentimen anti-elitis di akar rumput AS, serta gelombang nasionalisme dan ekslusivisme. Banyak isu-isu politik yang menyangkut mereka telah diabaikan. Mereka sudah tidak suka kaum elit dan kemampanan, dan merindukan Revolusi.

Jiak kita membeicarakan globalisasi, orang-orang ini adalah orang-orang yang tidak mendapatkan keuntungan dari globalisasi. Orang-orang yang mendapatkan keuntungan adalah kaum teknisi elit. Sehingga mereka membenci dan tidak puas dengan globalisasi, dan ini semacam sentimen dan amarah yang perlu dilampiaskan. Jadi ketidak sukaan Trump dengan globalisasi dan sikap beroposisi dengan perdagangan bebas, sesuai dengan keingin kelompok ini. Jadi norang-orang ini sering melihat bahwa mereka telah menemukan seorang juru bicara untuk kepentingan mereka atau mengajukan banding atau tuntutan mereka bersama-sama Trump, sehingga mereka memilih untuk mendukung Trump.

Luka Setelah Pemilu

Setelah segala debu pemilu mengendap, dan meninggalkan AS dalam keadaan terluka. Pada 7 Nopember “Wall Street Journal” merilis sebuah jajak pendapat publik terakhir sebelum hari pemungutan suara, dan hampir dua per tiga (2/3) pemilih mengatakan bahwa kampanye kali ini telah membuat mereka “kurang bangga terhadap bangsa mereka.”

Hampir 60% dari pemilih mengatakan bahwa mereka tidak puas dengan kedua kandidat, dan sekitar setengah dari pemilih mengatakan bahwa mereka tidak perduli siapapun yang menang pemilu, mereka tidak siap untuk mendukung presdien baru.

Menghadapi pemilih yang tidak siap mendukung ini, apa yang akan Trump siap lakukan?  Dia kemungkinan akan membawa revolsui baru di AS, tapi dia juga akan membawa ketegangan besar.

Pada pertengah abad ke-19, ilmuwan politik Prancis yang cermerlang—Alexis de Torquelle(1805-1859) pernah meringkas sistem pemilu AS dalam karya klasiknya “Democracy in America” (Demokrasi di Amerika) antara lain dituliskan: “beberapa saat sebelum waktu yang menentukan datang, pemilu menjadi penting, sehingga untuk berbicara dapat dikatakan semua topik akan asyik mengdiskusikan. Begitu hampir dekat pemilu, aktivitas intrik dan agitasi dikalangan rakyat meningkat. Memang benar bahwa segera setelah pilihan ditentukan, semangat ini terhalau, dan kembali tenang, dan ‘sungai” yang tadinya hampir rusak dan tenggelam tepiannya kembali ke level yang biasa lagi.”

Hari ini, hampir 180 tahun kemudian, kata-kata ini masih akurat menggambarkan keadaan pemilu AS yang baru saja berkahir. Namun apa yang tidak dapat Alexis de Tocqueville bayangkan bahwa “kegiatan intrik” akan begitu aktif dalam pemilihan ini, dan kesenjangan antar kubu akan begitu luas dan banyak, sehingga sulit untuk menentukan apakah sungai tidak akan “tenggelam pada level yang biasa.”

Keretakan yang disebabkan pemilu akhirnya telah berakhir, tapi apa yang akan terjadi dengan keretakan mendalam dari pendapat publik Amerika?

Suchya Tjoa

13 Nopember 2016

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

https://www.gatestoneinstitute.org/9309/trump-europe

https://www.rt.com/op-edge/365204-clinton-us-investigation-justice/

http://www.express.co.uk/news/world/729117/us-election-2016-what-happens-next-after-day-results-transition-power

http://www.history.com/topics/alexis-de-tocqueville

http://classiques.uqac.ca/classiques/De_tocqueville_alexis/democracy_in_america_historical_critical_ed/democracy_in_america_vol_2.pdf

http://edition.cnn.com/2016/11/10/us/post-election-hate-crimes-and-fears-trnd/  

Sumber tercantum dalam foto
Sumber tercantum dalam foto
Sumber tercantum dalam foto
Sumber tercantum dalam foto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun