Teks-teks klasik dari Dinasti Yuan 元(tahun1271 – 1368), Ming 明(tahun 1368 – 1644), dan Qing清(tahun 1644 – 1911)) terus berlanjut menggunakan nama-nama “Shitang” dan “Changsha”. “Peta Darat dan Kawasan Terpadu dan Kawasan Ibukota Semua Dinasti” (混一疆理历代国都之图 ) pada dinasti Ming juga selalu menggunakan dua nama untuk tempat ini, dan dalam “Rekaman/Catatan Aneka Rupa Dari Pertahanan Laut Tiongkok Selatan” (海南卫指挥签事柴公墓志銘) mencatat bahwa selama Dinasti Ming, Penjaga Maritim Hainan telah memiliki “10,000 tentara dan 50 kapal-kapal besar” yang berpatroli di Kepulauan Xisha (西沙), Zhongsha (中沙), and Nansha (南沙群岛).
(lebih jelasnya baca juga: di Kompasiana.com).
Sedang Penamaan Kepulauan Spratley, baru terjadi ketika pada tahun 1791, Kapten Spratle pernah singgah di kepulauan ini, dan sejak itu di peta maritim dinamai dengan nama dia—Spartly. Pada 1798, Inggris mendidrikan menara dari besi di pulau Aba yang masih bisa dilihat hingga sekarang. Pada 1804, HMS Macclesfield Inggris pernah bersandar di salah satu pulau atol dan hingga kini dinamai Macclesfield (shoals bank)
Pada tahun 1883, Jerman pernah coba mengklaim beberapa pulau di Spratly, tetapi pemerintah Tiongkok mengancam untuk perang untuk merebut kembali, setelah melakukan beberapa kali perundingan Jerman mengembalikan Kep.
Spratly dan Paracel, tetapi berhasil menguasai Qingdao di Shandong. Pada tahun 1885, seluruh Kepulau Nansha dan Xisha atau Spratly dan Paracel sebagai daerah teritorial Tiongkok. Pada tahun 1887, Prancis mendirikan menara di karang atol Amboyna.
Pada tahun 1909, pemerintah Qing mengirim Laksamana AL dari Guangdong-- Li Zhun (李准) untuk memimpin armada mengunjungi Kepulu Xisha dan juga melakukan suvei dan kunjungan ke Dongsha dan Kepulauan Nansha.
Keempat kondisi tersebut adalah: penemuan awal, awal penamaan, pengembangan awal dan terjadinya terus menerus pembentukan administrasi. Dari negara-negara sekitar Laut Tiongkok Selatan , Tiongkok benar-benar memiliki dan memenuhi empat “awal” kondisi ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, di antara nelayan Hainan, ditemukan dalam “Genglubu” (buku petunjuk pelayaran) kuno. Pada zaman Ming dan Qing dinasti ada 98 catatan yang telah dinamai, dimana 22 berada di kepulauan Xisha, dan 76 di Kepulauan Nansha. Telah dicatat dengan jelas dan rinci setiap pulau dan lingkungannya.
Ahli Tiongkok percaya bahwa ini membuktikan nelayan Tiongkok merupakan yang pertama mengeksplorasi Laut Tiongkok Selatan. Wang Xiaopeng, seorang peneliti pada Insttitute Perbatasan Tiongkok mengemukakan, menurut penelitian selama bertahun-tahun dalam mengumpulkan dan penelitian teks navigasi nelayan Laut Tiongkok Selatan, seperti “Genglubu”, buku ini menjelaskan beberapa informasi sejarah, bukan hanya nama-nama pulau-pulau dan perairan.
Juga telah memberitahu kita tentang ruang lingkup operasi di Laut Tiongkok Selatan, yang dikombinasikan dengan beberapa peraturan Tiongkok yang dikeluarkan pada dinasti Ming dan Qing, terutama di awal dinasti Qing.
Misalnya, nelayan tidak boleh pergi melewati batas-batas provinsi mereka ketika memancing atau menjaring ikan., dan bagaimana nelayan tidak bisa membeli banyak beras dan biji-bjian atau gabah jika mereka pergi berlayar, dan serangkaian pembatasan, seperti pembatasan untuk ukuran perahu.