Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Provokasi Obama: Gonjang-ganjing Laut Timur & Laut Tiongkok Selatan

1 Juli 2016   17:26 Diperbarui: 2 Juli 2016   17:21 1857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka kali ini perjalanan Obama ke Asia-Pasifik oleh banyak pihak disebut “perjalanan rekonsiliasi”, tapi pengamat melihat apakah Obama hanya menggunakan tindakan-tindakan yang tidak biasa untuk mengubah halaman gelap dalam sejarah dan coba menciptakan persahabatan di abad ke-21? Banyak yang mempetanyakan apa tujuan sebenarnya di balik “perjalanan rekonsiliasi” ini?

KTT Ise-Shima G7–Jepang, 2016

Pada 27 Mei 2106, para pemimpin G7 mengadakan pertemuan di Ise-Shima , Jepang. Dan meloloskan deklarasi bersama. Yang sama dengan apa yang diharapkan dunia luar, meskipun deklarasi ini tidak dengan terus terang menyebutkan Tiongkok, tapi jangkauannya menyinggung isu Laut Tiongkok Selatan.

Dalam bagian deklarasi sesi untuk keamanan maritim, menekankan untuk menghormati kebabasan navigasi/pelayaran dan penerbangan, mendukung menyelesaikan sengketa melalui cara-cara damai, termasuk prosedur peradilan atau arbitrase, dan menyatakan prihatin untuk situasi Laut Timur dan Laut Tiongkok Selatan.

Pada hari yang sama Departemen Kemenlu Tiongkok menyatakan ketidak senangan atas hal ini kepada Jepang dan G7. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Hua Chunying menyatakan: “Kegiatan Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan sepenuhnya dalam hak kedaulatannya, dan sah tanpa bisa dibantah. Tiongkok selalu mendedikasikan untuk menjaga kebebasan navigasi dan Tiongkok sering menekankan bahwa kebebasan navigasi tidak diartikan dapat dilakukan dengan liar. Tiongkok dengan tegas menentang negara-negara tertentu menjelekan Tiongkok atas nama kebebasan navigasi.”

Pengamat melihat bahwa selama KTT G7 dimana Jepang menjadi tuan rumah, Jepang dengan meng-sensasionilkan masalah ketegangan Laut Tiongkok Selatan dan  yang sebenarnya tidak sesuai dengan kerangka platform dari G7 yang untuk manajemen ekonomi antara negara-negara maju.

Pada kenyataannya, ini bukan pertama kalinya tahun ini Jepang telah mencoba untuk “menyelusupkan” urusannya sendiri ke dalam pertemuan internasional. Misalnya, pada bulan April lalu, pada KTT Menlu G7 di Hiroshima telah merilis “Pernyataan Hiroshima” untuk keamanan maritim, dengan mengumumkan bahwa para Menlu prihatin tentang situasi di Laut Timur dan Laut Tiongkok Selatan, dan berharap untuk menggunakan arbitrase internasional untuk meneylesaikan masalah, sehingga untuk memastikan kebebasan navigasi dan juga penerbangan.

Dari isinya, pengamat melihat mudah menebak saat menyangkut masalah Laut Tiongkok Selatan. Pada “Deklarasi Ise-Shima Leaders” itu hanya berupa lanjutan dari “Pernyataan Hiroshima.” Beberapa analis mengatakan bahwa pertimbangan politik dari masing-masing negara-negara G7 yang menjadi alasan    

Pihak Tiongkok mencurigai pihak AS dan Jepang berusaha untuk memaksa masalah Laut Tiongkok Selatan untuk masuk menjadi topik penting dalam diskusi G7, tetapi tampaknya negara-negara Eropa lainnya mungkin tidak setuju dan mengganjal keputusan ini, karena mereka juga mempunyai pertimbangan dan kepentingan sendiri.

Tampaknya negara-negara Eropa menentang perilaku egois Jepang, karena sebagai negara tuan rumah memiliki hak untuk memandu topik diskusi. Kelompok G7 dalam kenyataanya, negara-negara utama di Eropa tidak setuju. Ini dapat terlihat dengan jelas saat penciptaan AIIB (Asia Infrastrure Investment Bank). Tapi untuk masalah keamanan, negara-negara utama G7 yang semuanyanya anggota NATO, dan hal itu harus konsisten dengan AS dan memelihara sikap yang sama dengan AS dalam keamanan dan politik.

Dalam hal ini tidak perlu menjaga konsistensi dengan Jepang. Jadi semua pihak membuat kompromi untuk menkankan isu Laut Tiongkok Selatan dengan tanpa menyebutkan dengan jelas namanya, untuk memberi dukungan politik untuk AS dan Jepang. Ini adalah semacam kompromi dengan tidak menyebutkan langsung namanya untuk sedikit memperhalus, sehingga negara-negara Eropa bisa terlihat tidak mengelak tanggung jawab, tapi mereka masih bisa dapat poin dengan AS dan Jepang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun