Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siapa yang Bergencatan Senjata di Syria (2)

18 Maret 2016   19:29 Diperbarui: 18 Maret 2016   20:26 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejak berakhirnya Perang Dingin, dan ekspansi NATO ke timur dan krisis Balkan dan gejolah Checnya, AS tidak pernah menyerah untuk mencari kesempatan melemahkan posisi strategis dan kepentingan Rusia.

Dua tahun lalu, situasi di Ukranina menyentuh kepentingan Rusia, dan AS memobilisasi negara-negara Barat untuk menjatuhkan sanksi melawan Rusia. Harga minyak internasional terus menurun, membuat masalah lebih buruk bagi perkekonomian Rusia.

Beberapa analis percaya bahwa untuk membebaskan diri dari strategis ketidak perdulian, Putin memilih untuk menerobos dengan semua kekuatan ke Timteng dan menyerang “ISIS” di Syria.

Perjanjian damai kali ini, sekali lagi Rusia menunjukkan kemampuan strategi anti-konstruktif dunia . Rusia tidak memiliki kemampuan untuk membangun sistem tantanan dunia baru, tetapi dapat mencapai tujuan konstruktif dengan menjadikan anti-konstruktif.

Ketika menghadapi masalah Syria, Rusia hanya mengubah situasi di sekitarnya yang menyebabkan pemerintahan al-Assad untuk  bisa bertahan hidup dengan intervensi. Ini mengacaukan startegi AS untuk mencapai tujuannya untuk memperluas pengaruhnya sendiri di kawasan Timteng. 

Ini semacam kemampuan strategi anti-konstruktif yang biasa digunakan untuk negara yang sangat bervariasi kekuatannya bila dibandingkan dengan AS, metode ini sebenarnya sangat efektif.

Meskipun Rusia, pemerintah Syria, pasukan oposisi Syria, Arab Saudi, Turki, Iran, Irak semua cemas berfokus pada perubahan situasi gencatan senjata Syria, Presiden Barack Obama tampil cukup santai.

Sebelum gencatan senjata Syria mulai berlaku. Obama mengatakan “Tidak ada dari kita yang berada dalam ilusi. Kita semua menyadari banyak potensi jebakan., dan banyak alasan untuk skeptis, tapi sejarah akan menghakimi kita dengan keras jika kita tidak melakukan bagian kita, atau setidaknya mencoba untuk mengakhiri konflik yang mengerikan ini dengan diplomasi.” Ini mengekspresikan sikap berimbang.

Strategi AS untuk Timteng cukup sederhana yaitu mendukung Sunni. Israel sebenarnya di sisi AS, dan mereka mendukung tiga negara Sunni utama yaitu Arab Saudi, Mesir dan Turki. Tetapi sekarang, secara bertahap merasa jika mereka sekarang benar-benar hanya bergantung pada Sunni, maka akan disandera mereka.   

Jadi setelah itu, dengan bantuan Eropa dan Tiongkok, tercapailah kesepakatan dengan para pemimpin Iran, dan kemudian tercapai kesepakatan dengan Rusia dan Syria, sehingga bisa membebaskan diri dari beberapa hambatan dalam urusan Timteng. Dengan cara ini memubngkinkan AS bisa lebih memusatkan semua kekuatannya pada Asia.

Perang sipil Syria telah berkembang ke negara-negara tetangga yang ikut bersorak pada satu sisi untuk secara langsung dan tidak langsung terlibat dalam pertempuran, dan menarik lebih banyak negara untuk masuk dalam medan perang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun