Saat ini, dua badan ini dikendalikan oleh Partai Konservatif dimana Presiden Hassan Rouhani berasal. Pemerintah Rouhani berharap mereka dapat melanjutkan ekspor minyak mentah sebelum pemilu, dan menyediakan dana pemerintah untuk partai mereka selama kampanye.
Pemerintah AS juga berharap Hassan Rouhani dan golongan moderat Iran lainnya dapat menggunakan pemulihan ekspor minyak mentah untuk mendapatkan keuangan pemerintah, terutama karena Majelis Ahli yang diadakan setiap delapan tahun akan diadakan pada 26 Pebruari untuk memutuskan Pemimpin Tertinggi Iran.
Dengan pertimbangan ini, sikap pemerintah AS terhadap Iran tampaknya sangat “bersahabat.”
Dalam batas tertentu, tercapainya perjanjian nuklir Iran memperkuat posisi Hassan Rouahni, dan mendorong pemeritnah Iran untuk berkembang kearah yang lebih relaksasi lebih lanjut, dalam situasi demikian diharapkan membentuk siklus positif dan kesempatan untuk muncul.
Ada analis yang melihat kesempatan untuk siklus positif telah muncul untuk urusan luar negeri pemerintah Iran. Aspek lain adalah situasi saat ini sangat menguntungkan bagi Iran.
Setelah Perang Irak, keseimbangan kekuasaan asli di Timteng telah rusak. Setelah musuh alami Iran telah tersingkir, Iran tumbuh dengan kuat di Teluk, dan bersekutu dengan Irak, Syria dan Hizbullah di Lebanon, sehingga memaksa Arab Saudi untuk berkontes secara terbuka maupun rahasia di kawasan ini.
Dengan tercapainya perjanjian nuklir Iran, Sanksi Barat sedang dilepas, sehingga kenaikan Iran dengan skala penuh akan terjadi dalam waktu dekat ini.
Untuk kawasan Teluk, kontes kekuasaan antara dua kekuatan utama Arab Saudi dan Iran telah berubah. Di masa lalu dalam batas tertentu kekuatan seimbang. Tapi sekarang, Iran jelas memiliki keuntungan, dan keuntungannya terus meningkat. Dan bagi Arab Saudi, situasi mungkin yang paling mendesak, dan bahayanya paling relistik. Hal ini bisa terlihat Iran sebagai negara yang tidak bersahabat, dan tumbuh lebih kuat.
Jadi kita bisa melihat keprihatinan ini. Jika dilihat dari segi jangka panjang, tantangan kedua adalah masalah isu regional. Kita sebagian bisa melihat Yaman, Syria, and Irak adalah wakil dari kekuatan Syiah. Pemerintah sentral Irak, pemerintah Syria, dan bahkan kekuatan Syiah di Lebanon dan anti-pemerintah di Yaman (Houthi-Syiah), mereka setidaknya pada saat yang sama memiliki sedikit kekuatan yang seimbang bahkan lebih menguntungkan atau unggul.
Sejauh untuk masalah regional, Arab Saudi mungkin tidak memiliki keuntungan atau keunggulan, jika kita gali lebih mendalam, keunggulan kekuatan nasional Arab Saudi terletak pada kemampuan keuangan, yang bergantung pada ekspor sumber daya yang kaya yaitu minyak, dan akumulasi kekayaan yang tinggi dari harga minyak pada beberapa tahun yang lalu. Kemampuan keuangan dan pendanaan jelas bisa berpengaruh.
Saat ini dengan rendahnya harga minyak jelas telah sangat memukul. Kita bisa melihat saat ini Arab Saudi telah defisit sebasar US$ 90 milyar, jadi jika dilihat dari keadaan sekarang, tidak perduli seberapa besar cadangan devisanya, tapi sedang terus berkurang banyak. Jadi dari perspektif Arab Saudi, mereka telah kehilangan keuntungan tradisional, dan jika semua faktor-faktor ini digabungkan, kita dapat melihat sangat jelas betapa cemasnya Arab Saudi.