Hamid Hosseini, Presiden Union Produksi Minyak Iran, memperkirakan setelah situasi politik menjadi tegang, Iran dan Arab Saudi akan meningkatkan persaingan mereka di pasar minyak mentah. Selain itu juga kembalinya Iran ke pasar Eropa mungkin akan menawarkan persyaratan kredit yang lebih baik dalam perdagangan minyaknya.
Kemampuan produksi minyak Iran telah kehilangan dari masa pemerintahan Mohammad Reza Pahlevi, dimana saat itu Iran menghasilkan maksimum 6 juta barel per hari, saat ini hanya sekitar 3 juta brel per hari, menyusut sekitar 3 juta barel.
Setelah sanksi terhadap Iran dicabut, Iran bertekad untuk meningkatkan produksi mereka 3 juta hingga 4 juta barel perhari dalam waktu relatif singkat. Hal ini juga yang tidak diinginkan Arab Saudi.
Pada 2015 pasar khawatir tentang kelebihan pasokan yang menyebabkan harga minyak jatuh drastis. Arab Saudi mengikuti saran dari mantan Kepala Staf Gedung Putih, Rahm Emanuel yang menyarankan jangan menyia-nyiakan kesempatan yang dibawa oleh krisis. Arab Saudi memiliki cadangan minyak terbesar dan termurah minyak dunia, dan tiba-tiba menolak untuk menurunkan produksi. Pada saat yang sama, Arab Saudi menjual minyak dengan harga diskon kepada kliennya di Asia dan Eropa.
Pada Desember tahun lalu, Arab Saudi memproduksi sekitar 10,5 juta barel minyak per hari. Dengan kata lain, produksi minyak harian Arab Saudi telah melebihi 10 juta barel selama sembilan bulan. Ini merupakan periode waktu terpanjang produksi yang melampaui batas dalam beberapa dekade ini.
Ini benar-benar tidak menguntungkan bagi siapapun. Hal ini yang sebagian besar menyebabkan pasar minyak internasional kelebihan pasok, dan harga minyak jadi jatuh. Arab Saudi coba menggunakan metode ini untuk menghantam Iran, agar Iran tidak bisa menghasilkan uang. Demikian menurut beberapa pengamat dan analis.
Saat ini memang Iran lebih membutuhkan uang daripada Arab Saudi, tapi dari pertarungan ini, apa mau Arab Saudi akhirnya menjadi lebih“miskin”(defisit keuangan).
OPEC menyatakan akan mengkoordinasikan hal ini, dan akan memberi ruang kepada Iran tersendiri. Tapi melihat situasi saat ini, sulit bagi mereka untuk melakukan itu dalam situasi demikian. Yang sangat mungkin terjadi adalah minyak Iran akan mengalir kembali seperti sebelumnya, dan kuota negara-negara lain juga tidak akan berkurang, bahkan beberapa negara justru akan meningkatkan kuotanya, dengan demikian tentu akan menyebabkan harga minyak terus mengalami tekanan besar.
Perubahan Di Iran
Setelah pemerintah Hassan Rouhani memerintah, masalah nuklir Iran berhasil diselesaikan, dan menciptakan lingkungan internasional yang lebih baik bagi Iran.
Pada Pebruari tahun ini, Iran akan mengadakan pemilu untuk Parlemen dan Sidang delapan tahunan pemilihan Assembly of Expert Election ( Majelis Ahli/MA). Yangmana mantan MA bisa menveto UU dari Dewan Iran. MA terakhir atau terpilih akan memutuskan calon Pemimpin Agung Iran (Pemimpin Tertinggi Iran).