Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menguak Latar Belakang Krisis Diplomatik Arab Saudi & Iran (2)

26 Januari 2016   17:39 Diperbarui: 26 Januari 2016   18:01 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, Arab Saudi juga khawatir pertemuan tentang Syria antara AS, Rusia dan Iran akan memungkinkan musuh bebuyutan Arab Saudi ---Bashar al-Assad bisa terus memerintah.

Namun, apakah dengan mengeksekusi Nimr Baqir al-Nimr cukup untuk mengubah situasi Arab Saudi? Beberapa analis percaya dengan mengeksekusi Nimr pasti akan bikin marah Iran dan negara-negra Syiah lainnya. Jika reaksi Iran terlalu ekstrim, maka yang awalnya kontes geopolitik akan tertutupi oleh konflik agama regional, sehingga Iran akan dirugikan.

Jika Iran mengambil langkah-langkah yang terlalu ekstrim dalam menanggapi masalah ini, misalnya hingga berkembang menjadi konflik tajam atau bahkan menjadi konflik senjata, maka akan menyebabkan lebih banyak pihak di seluruh Timteng berpikir ini adalah konflik agama, yang berarti konflik agama akan semakin menutupi penuh lapisan kompetisi geostrategis, jika ini terjadi akan semakin banyak Sunni yang berpikir bahwa ini benar-benar masalah konflik agama, jadi mereka harus mengambil sikap memihak pada sisi Sunni.   

Apabila hal tersebut terjadi akan tidak menguntungkan Iran, mengingat Syiah hanya 10% dari Muslim dunia, sedang Sunni hampir 90%. Jadi semakin aspek konflik  agama dibesar-besarkan, makin akan terisolasi Iran dalam dunia Islam.

Permusuhan antara Arab Saudi dan Iran sebenarnya secara jangka panjang dalam proses berkembang. Pertama hanya konflik agama dan etnis, kemudian karena kedua negara secara bertahap tumbuh lebih kuat, berkembanglah menjadi pertentangan antara faksi Sunni dan Syiah.

Setelah perang Afganistan, Irak dan perang Syria, tumbuh menjadi lebih menjadi faktor politis dan berkembang menjadi pertentangan yang lebih rumit di kawasan ini.

Setelah perang Irak, Iran menggunakan hubungan Syiah memperluas pengaruhnya ke Irak, karena lebih dari 60% rakyat Irak adalah Syiah. Setelah perang Irak, pengaruh Iran mendominasi di Timteng dan terjadilah yang sebelumnya tidak pernah terjadi selama 1400 tahun dalam sejarah sejak Kekaisaran Arab dan Islam dimulai. 

Persia Iran dan Syiah Iran begitu berpengaruh di Timteng, sehingga membuat orang-orang Arab dan negara-negara Sunni di kawasan ini menjadi takut, dan pemimpin dari negara-negara ini sekarang adalah Arab Saudi.

Sudah lama Barat telah menerapkan sanksi terhadap Iran, yang menyebabkan Iran tidak mempunyai banyak sekutu di dunia Islam, tetapi dengan runtuhnya situasi Timteng, Iran akan bisa mendapatkan lebih banyak sekutu.

Para tetangga sekitar Iran yang membutuhkan bantuan secara bertahap akan menjadi sekutu Iran. Setelah Saddam Hussein digulingkan, Irak dan Iran hubungannya semakin hari semakin dekat. Dalam isu Syria, Iran telah berusaha menyelamatkan pemerintah al-Assad dengan dukungan penuh, sehingga pengaruh Iran di Syria meningkat setiap hari.

Bulan Sabit Syiah baru sebenarnya adalah daerah yang dikontrol oleh Iran. Bagi Arab Sunni itu menjadi ancaman besar. Semacam ancaman dari dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun