Posisi Iran dan Arab Saudi
Jika secara umum membandingkan Iran dengan Arab Saudi, Iran dalam situasi yang lebih menguntungkan dan situasinya cukup kuat, dan Arab Saudi lebih lemah. Jika dilhat dari perkembangan saat ini dari tren regional dan internasional posisi penguatan Iran akan terus tumbuh berkembang. Demikian pendapat sebagian analis dan pengamat.
Dari perspektif lain, Arab Saudi sedang menghadapi tantangan dari Iran yang makin kuat. Dan akan makin sulit bagi Arab Saudi untuk menekan Iran, sehingga Arab Saudi menggunakan segala metode dan cara setidaknya untuk menunda proses ini. Jadi analis melihat tindakan dan sepak terjang Arab Saudi mengambil tindakan ini karena salah satunya merasa ketidak berdayaan.
Arab Saudi percaya bahwa respon Iran terhadap eksekusi Nimr al-Nimr sangat “mencurigakan,”hanya dalam waktu pendek beberapa hari, hubungan kedua negara dengan cepat memburuk, sedangkan serangan terhadap Kedubes yang menyebabkan kedua negara memutuskan hubungan dipandang Iran sebagai “rencana”(plot) Arab Saudi.
Kebenaran seperti apa kiranya yang tersembunyi dibelakang ini? Jenis motif internal yang bagaimana tersembunyi di balik insiden tiba-tiba ini?
Terlihat pemutusan hubungan diplomatik ini intinya seperti disebabkan oleh karena Arab Saudi mengeksekusi Nimr al-Nimr seorang Syeik Syiah terkenal yang berusia 57 tahun. Dari permukaan sebenarnya Nimr bukanlah sosok yang menentukan. Dia hanya Syeik agama Syiah Alawit dari tingkat kedua dari tiga tingkat di kampung halamannya kota al-Awamiyah, dengan populasi 20.000 di timur Saudi Arabia.
Nimr menjadi terkenal karena berani menentang keluarga kerajaan Saudi, dan bagaimana ia menganjurkan kemerdekaan Syiah di Arab Saudi.
Nimr dieksekusi Arab Saudi 2 Januari 2016, namun hukuman matinya dijatuhkan bulan Oktober 2014. Selama satu tahun antar waktu tersebut, pemerintah Arab Saudi pernah berjanji akan mengampuni Nimr, tetapi pada akhirnya dieksekusi juga.
Mengapa Nimr bisa menjadi perhatian tidak normal bagi Arab Saudi?
Nimr seorang Syeik yag dieksekusi ini lahir di Arab Saudi, seorang warga negara Arab Saudi, keputusan untuk melakukan eksekusi adalah dari pemerintah Arab Saudi.
Nimr pernah 10 tahun di Iran belajar ajaran Islam Syiah, sehingga memiliki hubungan yang sangat mendalam dengan Iran. Dia juga menyatakan bertanggung jawab untuk memimpin kaum Syiah di Arab Saudi untuk berjuang mendapatkan hak yang lebih baik.
Karena itu, Arab Saudi menganggap dia sebagai wakil dari Iran, karena selama “Musim Semi Arab” ia memimpin protes di jalan-jalan, dan dengan keras mengkritik keluarga kerajaan Saudi, sehingga sangat mudah bagi Arab Saudi mengatakan bahwa ia ingin menggulingkan keluarga kerajaan Saudi.
Pada bulan Oktober 2014, ketika Nimr dijatuhi hukuman mati, Tentara Pengawal Revolusi Islam (Garda Revolusi) faksi garis keras Iran pernah menyatakan akan membalas terhadap Arab Saudi.
Pada 2 Januari 2106, setelah Nimr dieksekusi. Pemimpin tertinggi Iran, Ali Khamenei, bahkan memposting gambar di website resmi yang membandingkaneksekusi Arab Saudi kepada Nimr seperti kelompok ekstrimis mengeksekusi sandera.
Tak lama Arab Saudi memutuskan diplomatik dengan Iran, satu demi satu diikuti Bahrin, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Djibouti juga memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran, ini menampilkan keberhasilan pengaruh Arab Saudi di kawasan ini.
Menghadapi ini Iran tidak mau menunjukkan kelemahannya, juru bicara pemerintah Iran, Mohammad Bagher Nobakht mengatakan: “Arab Saudi dan beberapa negara memutuskan hubungan dengan Iran bukanlah masalah besar bagi Iran. Iran memiliki hubungan diplomatik yang luas, dan lingkaran diplomatik Iran akan terus meluas. Namun, kita tidak akan mengizinkan negara itu mengumumkan bahwa mereka memutuskan hubungan dengan Iran untuk alasan keamanan bangsa, karena itu tidak benar.
Dipermukaan tampaknya Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran dengan alasan atas serangan kedutaannya di Iran. Namun Iran membuat kemputusan yang berbeda.
Pada 5 Januari’16, juru bicara Pemerintah Iran, Mohammad Nobkht mengatakan pada konferensi pers bahwa serangan terhadap keduttan Arab Saudi di Iran mungkin “plot”dan konspirator dari Arab Saudi sendiri, karena polisi Iran telah menangkap setidaknya 50 orang tersangka. Dan departemen terkait telah mulai menyelidiki tersangka yang terkait dengan departemen intelijen Arab Saudi. Dalam insiden yang mencurigakan dan tercela ini, kita memiliki keraguan tentang tujuan dari tersangka yang menyerang kedutaan Arab Saudi, karena perilaku mereka dilakukan untuk kepentingan Saudi.
5 Januari Bloogerg, AS melaporkan dalam sebuah artikel “Suadi Arabia and Iran on the Brink”(Arab Saudi dan Iran dipinggir Jurang), dalam artikel ini dikatakan, tindakan Arab Saudi terutama ditujukan untuk khalayak domestik (untuk mengalihkan isu). Karena turunnya harga minyak dan pertumbuhannya menurun dan defisit yang telah memaksa pemerintah untuk menaikan pajak dan memotong subsidi bensin, tindakan ini bisa menyebabkan gangguan publik, dengan mengeksekusi Sheik Syiah pada saat ini akan dapat mengalihkan perhatian domestik sampai batas tertentu.
Pada saat yang sama, Arab Saudi juga khawatir Iran akan menantang posisi kepemimpinan Sunni bagi Arab Saudi, setelah Iran menjadi pemimpin kelompok Syiah terbesar di seluruh Timteng.
Selain itu, Arab Saudi juga khawatir pertemuan tentang Syria antara AS, Rusia dan Iran akan memungkinkan musuh bebuyutan Arab Saudi ---Bashar al-Assad bisa terus memerintah.
Namun, apakah dengan mengeksekusi Nimr Baqir al-Nimr cukup untuk mengubah situasi Arab Saudi? Beberapa analis percaya dengan mengeksekusi Nimr pasti akan bikin marah Iran dan negara-negra Syiah lainnya. Jika reaksi Iran terlalu ekstrim, maka yang awalnya kontes geopolitik akan tertutupi oleh konflik agama regional, sehingga Iran akan dirugikan.
Jika Iran mengambil langkah-langkah yang terlalu ekstrim dalam menanggapi masalah ini, misalnya hingga berkembang menjadi konflik tajam atau bahkan menjadi konflik senjata, maka akan menyebabkan lebih banyak pihak di seluruh Timteng berpikir ini adalah konflik agama, yang berarti konflik agama akan semakin menutupi penuh lapisan kompetisi geostrategis, jika ini terjadi akan semakin banyak Sunni yang berpikir bahwa ini benar-benar masalah konflik agama, jadi mereka harus mengambil sikap memihak pada sisi Sunni.
Permusuhan antara Arab Saudi dan Iran sebenarnya secara jangka panjang dalam proses berkembang. Pertama hanya konflik agama dan etnis, kemudian karena kedua negara secara bertahap tumbuh lebih kuat, berkembanglah menjadi pertentangan antara faksi Sunni dan Syiah.
Setelah perang Afganistan, Irak dan perang Syria, tumbuh menjadi lebih menjadi faktor politis dan berkembang menjadi pertentangan yang lebih rumit di kawasan ini.
Setelah perang Irak, Iran menggunakan hubungan Syiah memperluas pengaruhnya ke Irak, karena lebih dari 60% rakyat Irak adalah Syiah. Setelah perang Irak, pengaruh Iran mendominasi di Timteng dan terjadilah yang sebelumnya tidak pernah terjadi selama 1400 tahun dalam sejarah sejak Kekaisaran Arab dan Islam dimulai.
Persia Iran dan Syiah Iran begitu berpengaruh di Timteng, sehingga membuat orang-orang Arab dan negara-negara Sunni di kawasan ini menjadi takut, dan pemimpin dari negara-negara ini sekarang adalah Arab Saudi.
Sudah lama Barat telah menerapkan sanksi terhadap Iran, yang menyebabkan Iran tidak mempunyai banyak sekutu di dunia Islam, tetapi dengan runtuhnya situasi Timteng, Iran akan bisa mendapatkan lebih banyak sekutu.
Para tetangga sekitar Iran yang membutuhkan bantuan secara bertahap akan menjadi sekutu Iran. Setelah Saddam Hussein digulingkan, Irak dan Iran hubungannya semakin hari semakin dekat. Dalam isu Syria, Iran telah berusaha menyelamatkan pemerintah al-Assad dengan dukungan penuh, sehingga pengaruh Iran di Syria meningkat setiap hari.
Bulan Sabit Syiah baru sebenarnya adalah daerah yang dikontrol oleh Iran. Bagi Arab Sunni itu menjadi ancaman besar. Semacam ancaman dari dalam.
Tapi motif mereka tidak sepenuhnya murni. Bagian dari ini bisa dilihat dari sikap Menlu Saudi, Adel al-Jubeir, ketika berbicara tentang pemutusan hubungan dengan Iran, ia mengatakan itu karena Iran telah selalu campur tangan dalam urusan pemerintahan dalam negeri Arab Saudi dan mengganggu politk Teluk.
Dari sikap ini dapat dilihat bahwa eskalasi patusnya hubunganya Iran dan Arab Saudi sudah tidak benar-benar banyak berhubungan dengan Nimr al-Nimr, dan lebih kepada persaingan konflik agama antara dua kekuatan utama siapa yang menjadi paling "jago."
( Bersambung ...... )
Sumber : Media Tulisan & TV Luar dan Dalam Negeri
http://www.theatlantic.com/international/archive/2016/01/nimr-al-nimr-saudi-arabia-shiites/422670/
https://www.rt.com/news/329349-nimr-execution-son-interview/
http://www.bbc.com/news/world-middle-east-35213244
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H