Pada 2 April 2105, ketika berita perjanjinan kerangka kerjasama nuklir Iran telah tercapai, maka emosi dan semangat rakyat Iran begitu gembira, di jalan-jalan Teheran ibukota Iran, orang-orang Iran membunyikan klakson mobil dan bersorak sorai dan menari-nari. Mereka gembira dengan berita itu, berharap hubungan Iran dan Eropa akan meningkat, dan rakyat tidak berada dalam tekanan lagi.
Moh. Zarif dalam sambutannya mengatakan : “Saya jamin ketika kesepakatan akhir telah diberikan dan ditangdatangani Dewan Kemanan PBB, maka sanksi terhadap Iran akan berakhir.”
Iran telah mengalami begitu banyak beban dan keterbatasan selama negosiasi belum terselesaikan.
Pada Pebruari 2003, setelah Iran mengumumkan bahwa mereka telah berhasil memperhalus uranium, maka fasilitas nuklir Iran selalu sangat “dicurigai” oleh AS, sehingga menarik banyak perhatian internasional dan munculnya masalah nuklir Iran.
Pada September tahun itu (2003), IAEA mengeluarkan resolusi untuk pertama kalinya menuntut Iran menandatangani addendum “Perjanjian Nonproliferassi Senjata Nuklir” (Treaty on the Nonproliferation of Nuclear Weapons/NPT) sesegera mungkin, dan menghentikan semua percobaan memperkaya uranium.
Setelah itu, memaksa Iran untuk sepenuhnya menghentikan kegiatan memperkaya uranium, melalui serangkaian resolusi IAEA berturut-turut. Setelah itu melalui perantaraan Prancis, Jerman dan Inggris, Iran secara resmi menandatangani addendum “Perjanjian tentang Non-Proliferasi Senjata Nuklir” (NPT)
Perlu diketahui, negara-negara non-senjata-nuklir yang menandatangani NPT setuju tidak untuk tidak memperoleh senjata nuklir dan negara-negara senjata nuklir NPT setuju dalam pertukaran untuk berbagi manfaat dari teknologi nuklir untuk tujuan damai, dan yang bertujuan penghapusan utama persenjataan nuklir mereka.
Pada saat itu Iran mengatakan pihaknya ingin mandiri mengembangkan teknologi nuklir, dan menggunakan uranium yang diperkaya, dan mereka telah membuat beberapa kemajuan. Tapi pada saat yang sama, diabwah tekanan yang besar, mulai bernegosiasi dengan Barat, dan Eropa serta IAEA dengan sungguh-sungguh, serta menandatangani addendum NPT.
Iran berharap dengan menggunakan metode ini untuk mendorong teknologinya sendiri sedikit ke depan, sehingga seluruh dunia tahu tentang kemampuan nuklirnya, tapi pada saat yang sama juga menandatangani NPT, jadi berharap itu akan aman. Selain itu agar beberapa negara mengakui kekuatannya dan bisa meningkatkan statusnya di internasional.
Pada awal Januari 2006, pemerintah Ahamdinejab (Iran) mengumumkan, mereka telah mulai penelitian bahan bakar nuklir, yang telah ditangguhkan selama lebih dari 2 tahun, hal ini menjadi perhatian dunia.