Yang pertama, untuk “pengawasan dan serangan”(survaillance & attack) UAV, yang kedua, UAV pengintai taktis untuk altitude tinggi seperti “Global Hawk” AS dan “Heron” Israel. Yang ketiga, Pesawat terbang UAV stealth seperti X-47B UCAV.
Mengurut website New Zealand “Adelaide Wacker Daily” dalam pameran, Tiongkok akan membuat pesawat tempur ke-6 generasi Pterosaurus UAV untuk mempersenjatai PLA. Dilaporkan Pterosaurus UAV berbobot 1.1 ton dan dapat sekali terbang lebih dari 4.000 km dengan daya tahan penerbangan sekitar 20 jam dengan beban bom 200 kg. Juga dilengkapi dengan KD-10 Laser Guide Bom dan LS-6 GPS Guided Bomb buatan Tiongkok.
Tapi jaringan satelit militer Tiongkok masih belum lengkap dan ini ynag akan membatasi area operasional jangka panjang UAV Tiongkok. Menurut laporan, Tiongkok berkomitmen untuk mempersenjatai pasukannya, jadi masalah tersebut cepat atau lambat akan diselesaikan.
Kini R&D untuk UAV Tiongkok saling kejar kejaran, para pengamat militer melihat AS dan Tiongkok telah mengembangkan UAV dengan sangat cepat. Untuk perkembangan Tiongkok dapat dilihat dari Airshow Zhuhai jumlah contoh prototipe UAV dari 7 ke 25 dari 2008 -2010.
Sekarang hanya ada tiga negara yang mampu mengembangkan UAV siluman, Yaitu AS, Rusia, Tiongkok.
Tapi AS yang memiliki teknologi paling maju dan memiliki seri yang paling lengkap dari UAV di dunia. Selain itu juga memiliki konsep yang maju secara keseluruhan dalam pengembangan UAV, perencanaannya sudah dilakukan lama. Jadi tidak membolehkan AD dan AU untuk memakai UAV menurut kehendaknya, sebaliknya telah dibuat rencana keseluruhan untuk UAV bagi senjata militernya. Selama periode pembangunan secara keseluruhan telah membuat lompatan teknologi di tiap titik praktis untuk membuat batch besar-besaran model baru. Dari perspektif ini, banyak negara mempelajari konsep pengembangan UAV dari AS.
Ahli strategi AS, John Wip memperkirakan bahwa pengembangan UAV militer Tiongkok telah banyak berubah dalam moda operasional pasukan PLA. Dengan kata lain, Tiongkok menyadari akan lebih mengandalkan UAV dalam serangan daratan, dan supremasi radar.
Selain itu Tiongkok akan mendirikan angkatan udara tak berawak yang kuat dalam waktu dekat ini. Kata para pengamat militer. Beberapa komentator percaya bahwa banyak negara-negara di seluruh dunia begegas untuk mengembangkan UAV. Tapi mereka juga meragukan apakah AS mampu menrapkan drone untuk 80% AU-nya masih dipertanyakan.
Pengamat militer melihat, AU-AS berharap untuk menggunakan 80% UAV dalam peperangan atau menggunakan sebagai pendukung senjata. Tapi kelihatannya tidak akan ter-realisasi pada saat ini. Oleh karena itu, penggunaan UAV dan MAV akan masih menjadi modus AS di masa depan. AS juga masih jauh untuk bisa menggantikan UAV sebagai senjata mayoritas.
Dalam keseluruhan abad ke-20 ke abad ke-21, AS telah unggul dalam modal dan ilmu pengetahuan serta teknologi. Tidak diragukan lagi UAV akan menjadi kekuatan penting dalam peperangan di masa depan, dan akan membawa moda operasional gaya baru.
Oleh karena itu, persaingan untuk UAV yang diwakili AS di dunia akan semakin sengit.