Karena Iran satu satunya yang dapat mengirim pasukan darat secara langsung untuk berperang di Irak dari luar. Satu-satunya alasan kenapa garis perbatasan Irak di bagian timur laut pada umumnya keamanannya cukup mantap karena atas bantuan Iran. Sejauh perasaan Iran untuk mengambil tanggung jawab secara sadar atau tidak sadar untuk melindungi pemerintah Bagdad sebagai negara sesama Islam Syiah, sehingga bila Bagdad terancam, Iran pasti akan membantu.
Sekretaris Pers Gedung Putih AS, Josh Earnest mengatakan bahwa aliansi yang dipimpin AS akan mendukung pasukan militer lokal di Iran, dan membantu mereka merebut kembali Ramadi dari tangan ISIS. Tetapi seluruh dunia percaya bahwa kerjasama semacam ini hanyalah kerjasama dalam batas tertentu.
Karena jika pengaruh Iran mampu sepenuhnya mengendalikan Irak dan menyebar hingga ke Syria dengan memerangi ISIS, AS sungguh akan tidak akan menerima itu. Jadi walaupun seandainya sudah ada kerjasama taktis antara AS dan Iran, AS pastilah tidak akan mau publik boleh mengetahui atau menerima kebijakan Iran di Irak atau Syria.
Setelah ISIS merebut Ramadi dan Palmyra, AS bersikeras bahwa strategi terhadap ISIS tidak akan disesuaikan dengan cara lain yang lebih besar. Banyak pengamat lalu mempertanyakan, renana apa yang akan AS lakukan?
Sebuah artkel yang diterbitkan “Altlantic” mungkin bisa menjawab pertanyaan ini. Dalam artikel tersebut dikatakan, dengan hanya menggunakan serangan udara dan perang proxy (perwakilan) agar ISIS berdarah perlahan-lahan hingga darahnya kering mungkin pilihan yang terbaik dengan tidak adanya pilihan lain. ISIS tidak sekuat yang mereka bayangkan. Karena rakyat/kaum Kurdi dan Syiah tidak akan tunduk kepada ISIS, jadi perluasan ISIS akan sulit di daerah-daerah di luar daerah penduduk Sunni.
Ada pengamat ahli Timteng yang memberi analisis, saat sekarang tidak ada yang bisa memusnahkan ISIS. Karena semua pihak yang ikut bergesekan dengan perang tersebut saat ini hanya sebatas kebijakan, kerena selama ISIS itu masih eksis akan terus memiliki dukungan keuangan secara konstan dan dukungan dari orang-orang sekitarnya.
Jika situasi seperti ini dimana dikelilingi dan ditekan, jika ini berlangsung dengan jangka panjang, orang-orang yang berada di daerah yang dikontrol mungkin akan timbul pikiran kedua, dan berhenti mendukung ISIS. Dan jika ada jihadis dari seluruh dunia pergi kesana, mereka akan merasa kecewa ketika mereka sampai disana. Dan akan ada pertikaian setelah itu. Jika mereka bertikai, solusi akan lebih mudah. Situasi seperti ini yang mungkin akan membantu meleburkan ISIS, tetapi ini perlu waktu dan memerlukan waktu yang lama.
Pejabat senior AS dan Obama yang terlibat dengan masalah ISIS ini, mengakui kontes antara AS dan ISIS akan menjadi perang panjang, dimana akan terjadi tenggelam-timbul. Tapi berapa lama waktu yang dibutuhkan? Apakah sekutu AS memiliki kesabaran untuk terus berjuang? Akankah organisasi ekstrimis akan mendapat kesempatan untuk bernafas dan benar-benar tumbuh lebih kuat? Hal ini semua menjadi pertanyaan bagi AS dan sekutunya yang perlu dipertimbangkan.
Selain itu perlu diingat bahwa dengan berkepanjangan perang yang terjadi ini, luka di Timteng akan tetap menjadi terbelah dan terus berpendarahan. AS dan sekutunya yang terlibat berperang langsung di Timteng diharapkan bisa dengan sungguh-sungguh menelorkan kebijakan yang meng-refleksikan kebijakan Timteng yang bisa membawa perdamaian dan keamanan di Timteng. Semoga..... rakyat Timteng yang sudah cukup lama menderita akibat perang ini bisa cepat mendapatkan kedamaian dan kesejahteraan hidup di masa yang akan datang .... amin...
(Habis).
Sumber : Media Tulisan & TV dalam dan Luar Negeri