“Benarkah Paduka? Bukankah pada saat ini Gajah telah lupa asal-usul? Tak mengerti yang terjadi hari ini , dan tak punya proyeksi masa depan. Mereka saling beseteru satu sama lain, tidak punya cakrawala, tidak punya kemerdekaan mengemukakan pendapat, kesibukan utamanya adalah mengurusi hal-hal sepele dan remeh temeh. Teknologinya rendah, cara pandangnya linier, dan masih banyak para Gajah yang menganggap bahwa ancaman terbesar mereka adalah Kampret”
“DIAM!!Kau terlalu sok tahu!”
“Ampuun Paduka, mohon petunjuk paduka”
“INGAT! Para Gajah itu mau melakukan itu semua karena mereka masih punya satu cita-cita yang sama. Yakni membangun negeri yang Tuhan mereka kehendaki. Mereka mungkin berhasil kau bodohi sampai ke tai-tainya. Tapi niat awal mereka tak akan mereka lupakan. Mereka pasti akan menanyakan jawaban. Jawaban! Dan, jawaban itu semakin kau jauhkan maka jangan salah jika kelak ada Gajah berkempompong dan kemudian lahir menjadi Gajah bersayap yang bisa terbang melebihimu dan bisa melesat lebih cepat daripada Naga”
_Elang terpingkal-pingkal dalam hati dan membatin “sepertinya paduka ini mulai pikun dan suka berkhayal” qiqiqiqiqi….. wekekekek…. Wahahahaha…..
Kurungan Klan
“Hey Jongos! Kau kira aku tak tahu apa yang kau pikirkan?”
Darah Elang serasa terkesiap, tersirap, pucat pasi dan diam tanpa berani menatap apapun kecuali yang dibawahnya sejurus dengan arah pandangan matanya saja, bahkan untuk melirik saja tidak berani. Kakinya gemetaran. Dengan suara parau dan bergetar ia pun berkata :
“Ampun Paduka, hamba lancang, mohon ampun dan mohon hukuman paduka kepada hamba”
“Sekali-kali kau berani lancang, maka akan ada menu elang cincang bumbu saus tiram di meja makanku!!”
“Ampun.. ampun Paduka, hamba tidak akan mengulang kelancangan hamba”
“Kau itu makin hari makin tidak bisa mempelajari bagaimana harusnya menempatkan diri, kau makin hari makin menyangka bahwa kau yang terhebat, terkuat, terpandai, dan terpilih di antara semua klan di bumi! Kau lupa siapa yang terpilih itu ha?!!”