“Aku lihat kau memperhatikan ucapanku, bagus”
“Terima kasih paduka, semua atas petunjuk paduka”
“Aku akan memberimu dua hal yang perlu kau garap dengan baik dan rapi untuk menghancurkan negeri Gajah secara paripurna”
“Hamba bersedia dan menerimanya dengan kedua tangan terbuka ya paduka raja”
“Pertama, jangan sampai Gajah punya Budaya. Kalaupun mereka harus punya maka harus mengambil kebudayaan dari klan lain”
“Baik paduka raja”
“Kedua, jangan biarkan Gajah punya keyakinan kepada Tuhan, kalaupun mereka akan melanjutkan bentuk-bentuk upacara keyakinannya, jadikanlah itu sebagai cangkang-cangkang kosong tanpa isi. Buatlah mereka seakan-akan menjalankan secara aplikatif keyakinannya namun bahwa puncaknya bukan untuk terjalin kepada Tuhan melainkan terbentuknya kekosongan-kekosongan itu karena isinya harus dipenuhi oleh cara-cara hidup yang lebih umum, yang sudah disepakati secara luas oleh semua klan di bumi”
“Baik paduka, hamba akan memperhatikan petunjuk paduka ini”
“Setelah itu kau jalankan, maka bukan hanya negeri Gajah yang akan hancur namun seluruh klan yang diam-diam masih menunggu munculnya kekuatan yang membebaskan mereka dari belenggu”
“Apakah para klan itu menganggap bahwa penolong itu adalah negeri Gajah ya paduka?”
“Tidak bisa dipastikan, tapi kau harus ingat bahwa para Gajah ini akan berkepompong”