Mohon tunggu...
Majawati
Majawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Keberagaman itu indah. Mengajari untuk menghargai perbedaan, harmonisasi dan saling melengkapi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fasilitator Lapangan Sang Ujung Tombak Perubahan

31 Januari 2016   06:50 Diperbarui: 31 Januari 2016   09:06 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bantuan berupa pinjaman dapat memacu peminjamnya memiliki rasa tanggung jawab dan kesadaran untuk mau berusaha. Mereka juga akan terlibat dalam proses pemberdayaan diri secara alamiah untuk bisa mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapainya. Tapi lebih banyak masyarakat yang tak bisa mengelola dana pinjaman. Mereka lebih suka menerima sumbangan atau bantuan tanpa perlu berbuat apa-apa. Bantuan kepada masyarakat yang mendapat "cap miskin" semestinya dapat mengubah nasibnya dalam kurun waktu tertertu.

Seiring dengan dicairkannya dana desa pada tahun 2015, sangat perlu kiranya diiringi dengan kesiapan warga desa untuk proaktif membangun desanya. Tak cukup pembangunan desa hanya pembangunan fisik semata. Warga desa juga membutuhkan perubahan mindset yang diberdayakan. Pemberdayaan sumber daya manusia termasuk aset, karena ketika dana dikelola oleh manusia-manusia yang memiliki kemampuan dan ketrampilan yang memadai, maka dana itu akan berkembang dan bukan habis tanpa ada jejaknya. Masyarakat kita masih butuh pendidikan, pendampingan, pembinaan terutama dalam berperilaku finansial yang sehat.

Kisah Bopha Noor Akbar saya angkat dalam tulisan ini karena pengabdiannya sebagai fasilitator lapangan telah berhasil mengubah pola pikir masyarakat, khususnya kaum wanita di kalangan bawah. Melalui pendampingan yang berkelanjutan, para ibu binaannya mengalami pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan. Loyalitas dan dedikasinya sebagai fasilitator lapangan adalah bentuk kontribusi nyata dalam mendidik masyarakat dan pengentasan kemiskinan melalui proses pemberdayaan yang tidak instant.  Kewajiban negara memberikan bantuan kepada warganya yang berkekurangan, tetapi janganlah memberi sesuap yang habis tertelan dan ketika lapar mereka harus memintanya lagi.

Oleh : Majawati Oen

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun