Kafe Filio masih tampak ramai saat Hiroko tiba di sana. Jalanan yang macet membuatnya sedikit terlambat. Ia segera menelepon Megumi untuk memberitahu kedatangannya.
"Langsung saja ke lantai tiga. Aku sudah pesan tempat di situ," jawab gadis itu.
Ia bertanya pada pelayan di konter dan ditunjukkan ke arah lift yang membawanya langsung ke puncak gedung.
Taman lantai atas itu dihias dengan balon dan lampu warna warni. Suasana temaram dan romantis. Tidak ada orang lain di situ, hanya Megumi yang sedang duduk sendirian di atas sofa lebar sambil menonton sesuatu di ponselnya. Ia mendongak saat mendengar langkah kaki Hiroko.
"Akhirnya kamu datang juga, Sayang," desahnya lega seraya berdiri. Ia melemparkan diri ke pelukan pria itu.
Hiroko menahannya dengan canggung. "Selamat ulang tahun, Meg. Maaf aku terlambat, tadi latihan futsal dulu di kampus."
Gadis berambut ikal sebahu itu mengangguk. "Enggak apa-apa, Hiro. Aku senang kamu tidak melupakan hari lahirku."
Pria itu terdiam, ia justru tidak akan berada di sini bila tidak diingatkan gadis itu.
"Ayo kita duduk," ajak Megumi menggamit lengan Hiroko.
Mereka duduk bersisian di sofa lebar itu. Kue ulang tahun mungil dengan angka 21 terletak di atas meja. Aneka makanan dan dua buah gelas bertangkai memenuhi meja persegi yang terbuat dari kaca. Megumi menyalakan lilin pada kue tart.
"Maukah kamu menyanyikan lagu ulang tahun untukku, Hiro? Ini terakhir kali aku merayakannya."