"Kalau orang percaya bahwa cerita lo itu nyata, dan mereka penasaran, mereka akan sebarkan cerita lo. Seperti hoax. Kalau beruntung cerita lo akan diyakini sama banyak orang," kata S.
"Dan sim salabim tawaran dari penerbit pun berdatangan! "
Bima terdiam. Ragu. Tidak percaya. Tapi juga agak ngeri. Masa sih dia harus buat hoax, meskipun 'ala-ala'. Entah apa pula arti ala-ala.
"Gue punya satu cerita yang sedang gue goreng di twitter," kata S.
S lalu membuka aplikasi twitternya dan menunjukkan cerita terbarunya yang sedang viral.
"Bukan akun lo? " tanya Bima.
"Ah ya gue lupa bilang, " kata S, "sembunyikan identitas. 'Kepo' orang-orang di sosmed akan buat bukan cuma cerita tapi diri lo jadi viral. "
S pakai akun anonim dan Bima melihat cerita S sudah diincar oleh sebuah penerbit. Bahkan sudah banyak yang menyarankan untuk membuatkan film.
"Oh, cerita tentang sekelompok mahasiswa di desa ini punya lo?" kata Bima. Takjub.
"Eh, tapi bukannya di sini tertulis kisah nyata?"
"Ya, ngga nyata-nyata amat. Fiksi mana ada yang seratus persen nyata. Tapi kan ada bagian dari cerita yang mirip dengan cerita nyata," kata S.