Kata yang terucap tidak selalu bisa menggambarkan perasaan seorang ayah kepada putri sulungnya.Itulah ayah, dia tidak pernah mengucapkan kata sayang, i love you,kangen kepada anak anaknya. Ayah adalah pahlawan yang selalu aku idolakan, ayah juga menjadi patokan tipe untuk seorang cowok menurutku.Â
Dering telepon berbunyi, tertera nama Ahmad disitu, lalu ayah pun mengangkatÂ
"Halo Ahmad, ada apa menelfon saya sepagi ini"Â
"Ini pak, client marah marah sama kita katanya, proyek yang ada di perumahan puri indah mengalami masalah"
"Baiklah, saya segera pergi kesana sekarang"
Aku yang mendengar itu, seketika nyeletukÂ
"Ayah mau pergi ke proyek apa?"Â
Ayah tidak menjawab pertanyaanku, mungkin beliau sedang terburu-buru, jadi aku tidak mengambil hati dari perkataan tersebut, memang setahuku perusahaan konstruksi milik ayahku sedang mengalami masa masa sulit, tapi aku tidak tahu masalah apa yang membuat ayahku menjadi pendiam akhir akhir ini.Â
Setelah sampai di tempat proyek ayah segera menemui Pak Ahmad untuk mengkonfirmasi hal tersebut,
"Bagaimana ini Pak Rahmat, client sudah marah marah karena katanya rumah yang sedang kita renovasi mengalami kebocoran talang saat proses renovasi, hal itu berdampak pada tetangga pak, jadi halaman mereka banjir karena hal tersebut", ayah yang mendengar hal tersebut seketika mengacak acak rambutnya, ia sedikit frustasi mendengar hal tersebut.
"Astaghfirullah, kok bisa terjadi hal seperti itu ya padahal kemarin saya sudah mewanti-wanti kepada para pekerja proyek untuk menanggulangi hal tersebut, apalagi sekarang musim hujan"
"Jadi Ahmad, kerugian apa saja yang mereka alami, kita harus segera mengganti rugi", pak Ahmad menjawabÂ
"Apabila ditotal kerugian sebesar 140 miliar pak, karena pohon Gaharu yang mereka tanam dipohon menjadi layu dan mati dikarenakan banjirnya area halaman. Jadi ganti rugi kita bisa dibilang sangat besar sekali"Â
Ayah yang mendengar hal tersebut seketika terduduk lemas, marah, sedih dan kalut menghantui pikirannya. Dengan suara yang lirih ayah berkataÂ
"Mau bagaimana lagi Ahmad, kita harus mengganti rugi dan memulai lagi perusahaan konstruksi ini dari awal, mungkin bisa dibilang perusahaan saya sekarang sedang mengalami masa sulit, belum lagi thr untuk kamu dan karyawan yang lain".
"Yasudah Ahmad, transfer uang 160miliar kepada yang bersangkutan dan juga tetap lanjutkan renovasi rumah itu".Â
Ahmad yang mendengar hal tersebut sontak kaget dan bertanya,
"Apa benar pak kita langsung melunasi ganti ruginya, lalu biaya renovasi dari beberapa rumah pendanaannya berasal dari mana pak, saldo perusahaan hanya sekitar 160,5 miliar, tidak mungkin cukup pak untuk merenovasi 1 rumah dengan memakai uang yang tersisa".
"Bayar saja Ahmad, itu sudah kewajiban kita, karena kita membuat koleksi tanaman mereka mati, tidak usah dipikirkan Ahmad, biar saya yang mengurus sisanya".
   Setelah itu, Ayah pergi ke kantor sahabat lamanya, ayah berniat untuk meminjam uang karena memang itu sangat dibutuhkan pada kondisi saat ini, ia tidak berani meminjam kepada bank, lebih baik meminjam kepada teman baiknya. Sesampainya dikantor milik temannya ayah bergegas pergi ke ruangan milik temannya itu. Sebelumnya memang ayah sudah membuat janji untuk datang. Suara ketukan pintu diiringi dengan pintu yang terbuka menampilkan sosok ayah dengan wajah yang lemas, pucat dan tampak lunglai. Ayah menghampiri sosok seorang pria dengan wajah yang tampan, pria tersebut menggunakan jas berwarna hitam dengan dasi merah mengalung di lehernya.
"Wahhh, ada apa ini, kamu kenapa bro, masa udah gede tapi waktu menjalankan puasa kamu kelihatan lemas, kaya aku donggg nih liat tidak lemas kan hehe"Â
"Iya nih lagi ada masalah nik, oh iya Niko, tujuan aku datang kesini adalah untuk meminjam uang sebesar 100miliar, karena perusahaan ku sedang mengalami masa sulit sekarang, belum lagi banyak sekali client ku yang meminta rumah mereka rampung sebelum bulan puasa dan juga masalah THR yang harus aku berikan kepada karyawan karyawan ku". Kata ayah dengan wajah memelas, Niko yang mendengar hal tersebut sontak tertawa"
"Hahahahaha, masa begitu saja sudah pusing sihhh, tenang saja sini aku bantu, butuh berapa sih 100 miliar? apa tidak kurang Rahmat uang segitu untuk memenuhi biaya lain, ah kamu kelamaan".
tiba tiba hp ayah mendapatkan notifikasi, itu merupakan notifikasi txbransfer dari rekening Niko, temannya. Ayah terkejut.Â
"Niko yang benar saja, Aku tidak bisa membayar apabila sebanyak ini" Niko menjawab
"Halah tidak usah dibayar, hitung hitung itu balas budiku karena sudah membantuku dulu dalam mendirikan perusahaan properti ini, kamu kan juga dulu sudah berkorban banyak untuk aku, jadi sekarang waktunya aku yang membantu kamu" Ucap Niko sambil memeluk ayah. Lalu, ayah berkataÂ
"Terimakasih banyak banyak Niko, aku benar benar tidak tahu lagi harus bagaimana, tapi ternyata dibulan suci ramadhan ini aku diberikan rezeki yang sangat melimpah, terimakasih ya Niko, nanti waktu hari raya jangan lupa mampir kerumah ya" sambil menepuk nepuk punggung Niko, lalu pelukan mereka terlepas dan ayah segera pamit pulang karena memang jam sudah menunjukkan pukul 16.30.Â
   Dalam perjalanan pulang, ayah teringat anak anak dan istrinya dirumah yang ia cuekin pada saat pagi tadi, ayah pun merasa bersalah dan sebelum sampai dirumah ayah pergi ke tempat berjualan macam macam takjil. Niatnya ayah ingin membawa pulang takjil tersebut akan tetapi, sebelum ayah masuk kedalam mobil ayah melihat pemulung, seketika ayah nampak iba dan ayah melihat tangannya yang sedang membawa takjil kesukaan keluarga kecilnya dirumah, Ayah berfikir untuk memberikan takjil itu kepada pemulung, urusan anak dan istrinya nanti saja ia pikirkan yang penting pemulung tersebut mendapatkan makanan yang layak untuk berbuka puasa. Ayah menghampiri pemulung itu dan berkata
"Assalamualaikum pak, selamat sore, ini saya ada beberapa makanan dan takjil untuk bapak, silahkan diterima ya pak" sambil menyodorkan takjil tersebut.
Pemulung itu nampak sangat bahagia mendengar hal tersebut, lalu ia menerima bungkusan takjil itu dan berkataÂ
"Alhamdulilah, terimakasih ya mas, akhirnya saya bisa berbuka puasa dengan makanan yang enak hari ini, semoga mas diberikan rezeki yang berlipat ganda oleh Allah dan pekerjaan mas dilancarkan oleh Allah". pemulung tersebut mengatakan hal itu sambil berkaca kaca.
"Amin, terimakasih ya pak atas doanya, semoga makanan ini bisa bermanfaat untuk bapak, saya pergi dulu ya pak, Assalamualaikum"
Sesampainya dirumah wajah ayah nampak sangat bahagia, ayah disambut oleh ibu dirumah, ibu bertanyaÂ
"Ada apa ini ayah, tadi pagi perasaan ibu, wajah ayah tampak lesu dan seperti orang banyak pikiran, sekarang kok sumringah sekali"
"Alhamdulillah Bu ayah hari ini mendapatkan banyak rezeki"Â
Ayah menghampiriku dan adikku yang berada diruang tamu yang sedang asik menonton tvÂ
"Halo anak anak ayah, ayah sudah pulang loh"Â
Aku dan adikku menoleh dan berkataÂ
"Ayah maafkan kami ya kalau kami berbuat salah, kami janji tidak akan bertengkar lagi, tadi pagi ayah tidak menjawab pertanyaan kakak karena marah kan?"
"Tidak nak, Maafkan ayah ya karena tidak menjawab pertanyaan kakak, ayah janji deh setelah buka puasa nanti ayah ajak kakak jalan jalan"Â
ibu yang mendengar hal tersebut ikut menimpali,
"Tapi sayangnya adik dan ibu tidak bisa ikut karena harus pergi ke dokter gigi untuk memeriksakan gigi adikmu ini"Â
"Baiklah ayah saja sama kakak yang pergi kalau seperti itu"Â
   Suara bedug terdengar dan mereka memulai menyantap makanan buka puasa yang sudah disiapkan oleh ibu. Lalu setelah melakukan sholat Maghrib aku pun bersiap siap karena sesuai perkataan ayah tadi yang ingin mengajakku untuk pergi keluar. Saat perjalanan itu kita pun banyak melontarkan candaan, pertanyaan dan kami berdua tertawa bersama diatas motor sembari menikmati angin sepoi sepoi. Sepanjang perjalanan ayah menceritakan tentang beratnya kehidupan yang ia lalui pada saat remaja dulu, mulai dari ditinggal ibunya dan ia terpaksa harus bekerja sambil sekolah lalu, sepulang dari itu membereskan rumah dan memasak untuk adiknya.Teriknya matahari saat bulan puasa tidak menghalanginya untuk mencari nafkah demi anak anaknya, terkadang aku kasihan melihat ,ayah harus bercucuran keringat demi keluarga kecilnya. Setiap sujudku aku selalu berdoa untuk kelancaran rezeki, kesehatan dan kebahagiaan untuk ayah dan ibuku. Bagiku mereka seperti sepasang burung merpati yang terbang bebas diangkasa dan saling melengkapi satu sama lain.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI