Mohon tunggu...
Maia zakinnuha
Maia zakinnuha Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

hobi saya adalah menulis kutipan kutipan indah dengan bahasa yang menarik serta menulis beberapa cerpen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saat Aku Mengerti Ayah

19 November 2024   08:46 Diperbarui: 19 November 2024   09:20 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ada apa ini ayah, tadi pagi perasaan ibu, wajah ayah tampak lesu dan seperti orang banyak pikiran, sekarang kok sumringah sekali"

"Alhamdulillah Bu ayah hari ini mendapatkan banyak rezeki" 

Ayah menghampiriku dan adikku yang berada diruang tamu yang sedang asik menonton tv 

"Halo anak anak ayah, ayah sudah pulang loh" 

Aku dan adikku menoleh dan berkata 

"Ayah maafkan kami ya kalau kami berbuat salah, kami janji tidak akan bertengkar lagi, tadi pagi ayah tidak menjawab pertanyaan kakak karena marah kan?"

"Tidak nak, Maafkan ayah ya karena tidak menjawab pertanyaan kakak, ayah janji deh setelah buka puasa nanti ayah ajak kakak jalan jalan" 

ibu yang mendengar hal tersebut ikut menimpali,

"Tapi sayangnya adik dan ibu tidak bisa ikut karena harus pergi ke dokter gigi untuk memeriksakan gigi adikmu ini" 

"Baiklah ayah saja sama kakak yang pergi kalau seperti itu" 

     Suara bedug terdengar dan mereka memulai menyantap makanan buka puasa yang sudah disiapkan oleh ibu. Lalu setelah melakukan sholat Maghrib aku pun bersiap siap karena sesuai perkataan ayah tadi yang ingin mengajakku untuk pergi keluar. Saat perjalanan itu kita pun banyak melontarkan candaan, pertanyaan dan kami berdua tertawa bersama diatas motor sembari menikmati angin sepoi sepoi. Sepanjang perjalanan ayah menceritakan tentang beratnya kehidupan yang ia lalui pada saat remaja dulu, mulai dari ditinggal ibunya dan ia terpaksa harus bekerja sambil sekolah lalu, sepulang dari itu membereskan rumah dan memasak untuk adiknya.Teriknya matahari saat bulan puasa tidak menghalanginya untuk mencari nafkah demi anak anaknya, terkadang aku kasihan melihat ,ayah harus bercucuran keringat demi keluarga kecilnya. Setiap sujudku aku selalu berdoa untuk kelancaran rezeki, kesehatan dan kebahagiaan untuk ayah dan ibuku. Bagiku mereka seperti sepasang burung merpati yang terbang bebas diangkasa dan saling melengkapi satu sama lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun