"Serius kerja? Kerja apa malam-malam begini?"
"Aku menjajakan diri!"
"Astaghfirullah!!!"
Begitulah, kamu memang benar PSK. Tiap malam nongkring di dekat alun-alun. Menawarkan diri ke pria hidung belang, baik lewat media sosial atau langsung face to face di tempat. Sekilas lalu mungkin orang gak bakal tahu kamu menjajakan diri, busanamu itu yang agak lain. Nyeleneh memang, jual diri kok berhijab?
Itulah pengaruh modernisasi. Ketika yang laku hitam di bungkus yang Islami maka terlihat lebih menarik, asal laku, Urusan dosa gimana nanti. Kemajuan memaksan siapa pun survive, menyerah sama saja tertinggal.
"Kok bengong kak," katamu memecah lamunan.
"Gak apa-apa."
"Terus, jawabnya apa?"
"Jawab apa ya," katamu pura-pura lupa.
"Tuh kan, si Kakak mah!!!"
Kalau sudah begitu biasanya aku lari. Lari takut terlena cubitan maut dari tanganmu. Seperti hari kemarin-kemarin, kita berkejaran seperti sepasang merpati yang mencari madu dari kekasihnya. Kita seperti anak kecil, lari sana sini. Tak peduli banyak sepasang mata melihat tingkah kita. Siapa peduli kalau cinta bersemi di dunia hati. Meski aku cemas, bagaimana bila Ibu tahu anak lanangnya bermain api di rantaunya?