Peran guru di sekolah tak tergantikan oleh pengajar pendidikan non-formal di institusi manapun. Sebabnya, guru memiliki beban dan tanggung jawab moral untuk memberikan pengajaran, pendidikan, dan penilaian secara formal kepada siswa.
Dalam hal ini, guru di sekolah harus memperhatikan banyak hal. Sisi kognitif, keterampilan dan afektif menjadi hal yang tak bisa dipisahkan ketika guru mengajar dan mendidik.Â
Ketika memberi nilai, apa yang diberikan guru pun nantinya akan terekam sepanjang hayat siswa dalam rapor pendidikannya. Inilah yang membuat guru sekolah berbeda.Â
Oleh karenanya, peran guru di sekolah sangatlah sakral. Guru akan selalu berusaha memberikan seluruh kemampuannya untuk kebaikan siswanya. Guru akan selalu memiliki kedekatan emosional dengan siswa didiknya yang tidak bisa disamakan dengan yang lainnya. Memperhatikan hal ini, sudah selayaknya guru harus diutamakan.
Alhasil, sesuatu yang baik, jika disalah pahami maka akibatnya tidak akan baik. Platform belajar online adalah sesuatu yang baik, tetapi jika disalah pahami maka akan tidak baik hasilnya.
Platform belajar online dan pembelajaran di sekolah seharusnya bisa berjalan seiringan. Keduanya saling melengkapi dan menambahkan. Bagi siswa, jangan sampai gara-gara ada platform belajar online, guru di sekolah malah diabaikan. Inilah bentuk kesalahpahaman yang mungkin bisa terjadi.
Referensi:
[1] Shahabadi, M.M & Uplane, M. (2015). Synchronous and asynchronous e-learning styles and academic performance of e-learners. Procedia - Social and Behavioral Sciences 176 ( 2015 ) 129 -- 138
[2] Khan, B. H. (2006). Flexible Learning in an Information Society: Hershey PA17033:Information Science Publishing (August 7, 2006), USA
[3] Mayadas, F. (1997). Asynchronous Learning Networks: A Sloan Foundation Perspective. Journal of Asynchronous Learning Networks, 1(1), 1- 16
[Baca Juga: Menyongsong Semester Genap, Apakah Perlu SKB 4 Menteri Keempat Sebagai Revisi?]