Mohon tunggu...
Mahameru Nugraha
Mahameru Nugraha Mohon Tunggu... -

Hanya seorang penulis biasa, dengan alam dan keadaan sebagai bahan inspirasi. Itulah aku, Mahameru.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ceritaku Tentang Jakarta

22 Juli 2010   20:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:40 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya rasa jenuh yang kutahan selama lebih dari tiga jam pun dibayar tunai. Segera kupakai kaos berwarna hitam dengan tulisan ‘I Hate Politic’ di depannya. Sudah banyak sekali daftar tempat yang akan kutuju. Mulai dari rumah si doi, jalan bareng ke mall, sampai santai berdua di kafe terbuka. Aku membayangkan, sungguh romantisnya kalau semua itu bisa dicapai.

“Berdua di tempat sepi, curhat sedikit, habis itu cup-cup an deh. Duh, senangnya.” Aku membayangkan semua itu, sambil nyengir kecil.

Mobil melaju cepat saat memasuki tol Jakarta-Tangerang. Aku lebih suka kebut, daripada harus sabar mentaati peraturan yang ada di setiap pinggiran jalan. Kalau pun memang semuanya mentaati, tidak mungkin ada kecelakaan, apalagi macet. Jadi, pikirku semuanya sama. Sama-sama suka kebut, dan tidak ingin dibilang supir amatiran. Tinggal limabelas menit lagi aku sampai di rumah Eline. Kutekan kembali pijakan gas, agar mobil semakin cepat membelah jalan.

“Malem tante, Eline nya ada?” Tanyaku dengan nada sedikit lembut. Maklum, ibunya pengajar di salah satu madrasah Islam. Jadi, harus jaga penampilan dan kepribadian.

“Eh, ada dik Adit. Mari masuk, Eline ada di dalam kamar. Langsung saja ke kamarnya, Ibu mau bebersih dulu.” Ibu Eline menyambutku dengan ramah. Senyumannya yang membuatku, harus bisa jaga sikap di depannya.

“Terimakasih, tante.” Kataku sambil berjalan masuk ke dalam rumah besar itu.

Baru kali ini aku diizinkan untuk bisa masuk ke dalam kamar Eline. Biasanya, aku harus sabar bila ayah Eline sedang santai membaca koran di kursi goyangnya. Dua minggu yang lalu, ketika malam pertama jadian dengan Eline, aku mencoba masuk ke dalam kamarnya tanpa izin. Dengan nada Medannya yang khas, ayah Eline membentakku dan langsung menghentikan langkahku. Beruntung kali ini ayahnya tidak ada. Jadi, bisa santai sejenak di kamarnya.

“Sudah siap?” Tanyaku di samping pintu.

“Eh, Adit. Kapan datang? Kok nggak call dulu sih?” Wajahnya begitu terkejut.

“Baru aja, yuk.”

Eline segera beranjak dari tempat tidurnya. Tumben sekali, orang seperti Eline membaca buku. Apalagi buku yang berat dibaca. Baru saja kulihat dia memegang buku ‘The Rebel’. Apa karena sudah ada hubungan denganku, mungkin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun