Akhirnya rasa jenuh yang kutahan selama lebih dari tiga jam pun dibayar tunai. Segera kupakai kaos berwarna hitam dengan tulisan ‘I Hate Politic’ di depannya. Sudah banyak sekali daftar tempat yang akan kutuju. Mulai dari rumah si doi, jalan bareng ke mall, sampai santai berdua di kafe terbuka. Aku membayangkan, sungguh romantisnya kalau semua itu bisa dicapai.
“Berdua di tempat sepi, curhat sedikit, habis itu cup-cup an deh. Duh, senangnya.” Aku membayangkan semua itu, sambil nyengir kecil.
Mobil melaju cepat saat memasuki tol Jakarta-Tangerang. Aku lebih suka kebut, daripada harus sabar mentaati peraturan yang ada di setiap pinggiran jalan. Kalau pun memang semuanya mentaati, tidak mungkin ada kecelakaan, apalagi macet. Jadi, pikirku semuanya sama. Sama-sama suka kebut, dan tidak ingin dibilang supir amatiran. Tinggal limabelas menit lagi aku sampai di rumah Eline. Kutekan kembali pijakan gas, agar mobil semakin cepat membelah jalan.
“Malem tante, Eline nya ada?” Tanyaku dengan nada sedikit lembut. Maklum, ibunya pengajar di salah satu madrasah Islam. Jadi, harus jaga penampilan dan kepribadian.
“Eh, ada dik Adit. Mari masuk, Eline ada di dalam kamar. Langsung saja ke kamarnya, Ibu mau bebersih dulu.” Ibu Eline menyambutku dengan ramah. Senyumannya yang membuatku, harus bisa jaga sikap di depannya.
“Terimakasih, tante.” Kataku sambil berjalan masuk ke dalam rumah besar itu.
Baru kali ini aku diizinkan untuk bisa masuk ke dalam kamar Eline. Biasanya, aku harus sabar bila ayah Eline sedang santai membaca koran di kursi goyangnya. Dua minggu yang lalu, ketika malam pertama jadian dengan Eline, aku mencoba masuk ke dalam kamarnya tanpa izin. Dengan nada Medannya yang khas, ayah Eline membentakku dan langsung menghentikan langkahku. Beruntung kali ini ayahnya tidak ada. Jadi, bisa santai sejenak di kamarnya.
“Sudah siap?” Tanyaku di samping pintu.
“Eh, Adit. Kapan datang? Kok nggak call dulu sih?” Wajahnya begitu terkejut.
“Baru aja, yuk.”
Eline segera beranjak dari tempat tidurnya. Tumben sekali, orang seperti Eline membaca buku. Apalagi buku yang berat dibaca. Baru saja kulihat dia memegang buku ‘The Rebel’. Apa karena sudah ada hubungan denganku, mungkin.