Ketiga, Pola dasar bawaan, Orang-orang dahulu berpandangan bahwa manusia lahir dengan kondisi yang sama, baik dari segi jiwa maupun bakatnya. Selanjutnya, pendidikan memiliki potensi untuk mengubah mereka menjadi individu yang berbeda satu sama lain. Dalam konteks pendidikan, salah satu pandangan yang mencerminkan perbedaan ini adalah Aliran Nativisme. Aliran ini meyakini bahwa bakat bawaan yang dimiliki individu sejak lahir memainkan peran penting dalam menentukan perkembangan jiwa mereka, dan pendidikan memiliki sedikit pengaruh pada hal tersebut.
Sementara itu, dalam aliran empirisme, konsep ini sejalan dengan pandangan yang diungkapkan oleh John Locke dalam teori tabula rasa, yang mengatakan bahwa perkembangan jiwa anak sepenuhnya ditentukan oleh pendidikan dan pengaruh lingkungan. Selanjutnya, teori konvergensi mengemukakan bahwa perkembangan jiwa manusia dipengaruhi baik oleh faktor bawaan maupun pendidikan, dan keduanya bekerja bersama-sama membentuknya.
Hakikat manusia adalah bahwa mereka dapat mewarisi sebagian sifat dari orang tua mereka, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Namun, hingga saat ini, para peneliti belum dapat menentukan secara pasti sejauh mana warisan sifat-sifat tersebut memengaruhi individu. Meskipun seseorang dapat mewarisi beberapa sifat dari orang tua mereka, mereka juga memiliki kemampuan untuk membentuk karakter mereka sendiri dengan mengembangkan sifat-sifat yang mungkin tidak ada pada orang tua mereka. Ini mencakup perbedaan dalam hal perasaan, akal, dan akhlak yang membuat setiap individu unik.
Dalam ajaran Islam, terkait keturunan (hereditas), diungkapkan di dalam QS. ar-Rum: 30
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِى فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah: (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.” (QS. ar-Rum: 30).
Dalam ayat tersebut, istilah "fitrah" digunakan untuk menggambarkan keadaan asal manusia yang lahir dalam kondisi sebagai seorang muslim. Dalam konteks akhlak Islam, fitrah diinterpretasikan sebagai kemampuan dasar yang dimiliki manusia untuk berkembang dalam kerangka ajaran Islam. Sifat-sifat yang diteruskan oleh orang tua, dominan tercermin dalam karakteristik fisik, sementara yang lainnya berhubungan dengan dimensi spiritual. Meskipun sifat-sifat ini merupakan bagian dari warisan individu dari keluarganya, lingkungan juga memiliki pengaruh signifikan dalam membentuk atau mengubah sifat-sifat tersebut, terutama jika sifat-sifat tersebut tidak menguntungkan.
D. Faktor Eksternal Pembentukan Akhlak Manusia
Salah satu faktor yang juga memberikan kontribusi dalam membentuk pola sikap dan perilaku seseorang adalah lingkungan di mana individu tersebut berada. Lingkungan ini adalah wilayah interaksi yang terdiri dari elemen-elemen seperti air, udara, bumi, langit, dan matahari yang berinteraksi dengan manusia. Lingkungan manusia mencakup semua yang ada di sekitarnya, termasuk gunung, lautan, sungai, kota, desa, dan masyarakat di sekitarnya. Lingkungan ini dapat dibagi menjadi dua jenis:
- Lingkungan alam