Berperilaku baik terhadap sesama manusia melibatkan aspek-aspek seperti saling menghormati antaragama, partisipasi aktif dalam berbagai aktivitas, sikap tanpa egoisme, tanggung jawab sosial, gotong royong, pemaafan, penghargaan terhadap individu lainnya, kesabaran, keadilan, kreativitas, dan dinamisme. Akhlak kepada masyarakat membuat kita belajar agar meminta izin dan memberi salam ketika hendak memasuki rumah pada pemiliknya, memberi kembali amanah pada pemiliknya, adil antar manusiadengan adil dan lain sebagainya. Berakhlak terhadap masyarakat dengan tetap mempertahankan dan mendapatkan rasa persaudaraan terutama pada saudara yang satu aqidah untuk mendapat rahmat Allah.
Akhlak kepada masyarakat dapat dilaksanakan dengan cara menghormati tamu, menghargai norma yang berlaku dalam masyarakat, saling membantu dalam melaksanakan kebaikan, menyarankan masyarakat, juga diri sendiri, supaya bersikap baik dan membentengi jiwa dari perilaku buruk.
Dalam Islam kita disarankan juga memiliki akhlak terhadap alam contohnya sadar alam ini diberikan dari Allah untuk manusia agar dikelolanya. Keberagaman alam mewujudkan keagungan Allah dalam memakai tiap karunia yang ada pada-Nya, harus bersahaja tiap manusia untuk kepentingan bersama, jangan berbohong, dan butuh diiringi oleh rasa syukur.[2] Agama Islam bertujuan membentangkan rahmat tidak cuma terhadap manusia, namun terhadap alam dan lingkungan hidup
Tujuan ini terkait dengan peran manusia sebagai khalifah di dunia, di mana mereka bertindak sebagai wakil Allah dengan tanggung jawab menjaga, mengembangkan, dan merawat lingkungan. Berperilaku baik terhadap lingkungan hidup adalah cara untuk menjaga kelestarian alam. Berakhlak terhadap lingkungan hidup berarti Menciptakan hubungan yang seimbang dan baik dengan lingkungan sekitar.
Mensejahterakan suatu alam merupakan mengembangkan sumber daya, hingga bisa memberikan keuntungan untuk kemakmuran manusia dengan tidak merugikan suatu alam tersebut. Allah menyajikan bumi yang subur ini supaya diolah manusia dengan cara bekerja keras melestarikannya. Keanekaragaman alam yang beragam disajikan Allah agar manusia menyikapi dengan cara memberikan dan mengambil manfaat dari serta untuk alam dan tidak memperbolehkan dalam bentuk apapun perilaku yang dapat menghancurkan alam. Secara tegas Allah mengingatkan manusia agar tidak melakukan perbuatan yang dapat merusak muka bumi, karena pada dasarnya hal itu sama saja membuat kehancuran untuk diri sendiri dan juga masyarakat.
Manfaat yang besar dapat diperoleh dari pengelolaan yang baik terhadap alam dan lingkungan. Sebaliknya, jika alam dibiarkan tanpa pengelolaan atau hanya dieksploitasi tanpa pertimbangan, itu dapat menyebabkan masalah bagi manusia. Dampak dari perilaku yang buruk terhadap lingkungan dapat dilihat dalam contoh seperti kebakaran hutan yang merusak habitat hewan dan juga dalam pemanfaatan yang tidak berkelanjutan terhadap sumber daya laut, yang dapat merusak ekosistem laut dan habitat hewan laut yang penting.
Selanjutnya, akhlak mazmumah merujuk pada segala jenis perilaku yang berlawanan dengan akhlak mahmudah. Akhlak mazmumah mencakup perilaku buruk yang bisa menghancurkan keimanan seseorang dan merugikan harga dirinya sebagai manusia.[3]
Akhlak mazmumah melibatkan perbuatan-perbuatan yang tidak baik, seperti perbuatan syirik yang mengarah pada penyekutuan dengan Allah dalam tindakan yang seharusnya hanya dilakukan untuk-Nya. Contohnya, menciptakan tuhan-tuhan selain Allah, menyembah mereka, atau meminta pertolongan kepada mereka adalah tindakan yang dilarang, karena tindakan semacam itu hanya boleh ditujukan kepada Allah SWT.
Syirik merupakan perilaku yang termasuk dalam akhlak mazmumah yang sangat berbahaya terhadap Allah. Hal ini dikarenakan perbuatan syirik dapat membuat amal kebaikan manusia menjadi tidak diterima, sehingga usaha baik yang dilakukannya menjadi sia-sia. Syarat utama agar amal perbuatan diterima oleh Allah adalah kesungguhan (ikhlas) dalam melakukannya hanya untuk Allah. Namun, dosa syirik tidak akan diampuni oleh Allah, tanpa terkecuali.
Kemudian yaitu Kufur secara etimologi artinya menutupi. Kufur adalah kata sifat dari “kafir”, kafir merupakan orangnya, jika kufur merupakan sifatnya. Menurut syara’ kufur itu tidak percaya pada Allah dan Rasul-Nya, baik dengan mendustakannya atau tidak mendustakannya. kafir adalah lawan dari mukmin.[4]
Dusta atau bohong adalah tindakan berbicara yang tidak sesuai dengan kebenaran. Ini mengimplikasikan menciptakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada, dengan niat untuk merendahkan seseorang. Terkadang, pelaku bohong ini juga dengan sengaja menyalahkan orang lain atas tindakan tersebut, dan dalam beberapa kasus, mereka melakukannya dengan jelas. Individu semacam ini sulit dipercayai dalam setiap pernyataannya. Sifat berbohong ini mirip dengan fitnah dan orang yang gemar berdusta sering kali dianggap sebagai orang munafik. Apabila perilaku berbohong menjadi umum dalam suatu masyarakat, dapat dipastikan bahwa situasi di masyarakat tersebut akan menjadi kacau dan hanya masalah waktu sebelum masyarakat tersebut mengalami kemunduran atau keruntuhan.