Mohon tunggu...
Maheswari Ariska Abhinaya
Maheswari Ariska Abhinaya Mohon Tunggu... Psikolog - Penulis di Rahma.id, omong omong.com dengan tema parenting, dan juga penulis beberapa buku antologi, mahasiswi psikologi di salah satu universitas swasta,

Seorang mahasiswi yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan dan kegiatan sosial, juga cukup aktif dalam menulis di media baca online maupun event antologi. Juga seorang mahasiswi yang memiliki cita-cita sebagai penulis buku solo. Selain itu juga ia memiliki cita-cita sebagai tenaga ahli profesional yang saat ini ia sedang menjalani dengan menempuh pendidikan sebagai salah satu cara untuk mewujudkan cita-citanya tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Bisa Karenamu Tuhan

24 Mei 2024   23:59 Diperbarui: 25 Mei 2024   00:03 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gadis kecil itu, kini sudah bertumbuh dan beranjak dewasa. Gadis itu tumbuh menjadi gadis cantik dan gadis yang sangat mengerti bagaimana kondisi keluarga dan lingkungan memperlakukannya, gadis yang sabar, dan selalu berjuang untuk dirinya.

Siapa yang menyangka, gadis itu tumbuh menjadi wanita yang sangat kuat seperti sekarang ini. Gadis yang tumbuh dengan berbagai luka di hatinya dan juka luka dipikirannya kini menjadi orang yang begitu luar biasa. 

21 tahun lalu ia terlahir di tengah keluarga dengan kehidupan yang sangat sederhana, tumbuh dan berkembang ditengah keluarganya yang memiliki kepercayaan sangat beragam. 

Tentu saja ditengah masa pertumbuhannya banyak sekali rintangan yang harus dihadapinya sendirian tanpa bantuan orang tuanya. Bahkan dari rintangan yang dihadapinya, banyak hal yang masih diingatnya hingga kini dan menjadi luka dalam hati kecilnya. 

Kerap kali ia berpikir mengapa ia terlahir berbeda, mengapa dari sekian banyak orang yang diciptakan Tuhan harus ia yang mengalaminya. Dan tentu hingga kini banyak ketakutan yang masih disimpan di dalam hatinya itu tanpa seorangpun yang mengetahuinya. 

Kenapa gadis itu tidak pernah bercerita, kenapa gadis itu selalu memendam semuanya sendiri?

Tentu saja karena ia tidak ingin berbagi luka dan juga perasaan yang tidak karuan itu kepada orang yang menjadi bagian dari hidupnya. Terkadang ia ingin berbagi cerita dan apa yang ia rasakan. Tapi gadis itu berpikir betapa sakitnya ketika ia harus berbagi luka kepada seseorang. 

Namun jika harus berbagi cerita ia harus berbagai cerita dengan siapa? 

"Kamu punya orang tua yang akan mendengar berbagai cerita dan keluh kesahmu. Mereka tentu tidak merasa keberatan atas segala keluh dan kesahmu." 

Banyak orang yang berpendapat demikian. Tetapi apakah mereka berpikir dan membayangkan  bagaimana seseorang bisa bercerita dan mengungkap keluh kesahnya kepada orang yang membuatnya memiliki luka dan merasa berbeda dengan anak pada umumnya di luar sana. 

"Gadis itu lebay banget sih. Gitu aja jadi masalah"

Kita sebut saja gadis itu dengan  nama Maheswari. Maheswari terlahir dari keluarga yang beragam. 

Beragam seperti apa? Bukannya setiap orang itu beragam? Maheswari baperan banget sih. Maheswari lebay banget.

Ya.... Maheswari terlahir dari orang tua yang memiliki kepercayaan yang berbeda. Namun, pada akhirnya orang tuanya bersatu dalam hubungan pernikahan dan dengan satu kepercayaan agama. 

Bagi sebagian orang, hal tersebut tentu saja wajar dan normal pada masa dan zaman sekarang ini. 

Tapi, dibalik itu semua tentu saja menghadirkan rasa sakit dalam hati kecil seorang anak dan juga terkadang menghadirkan rasa iri, minder, dan takut pada anak. Meskipun demikian, orang tuanya pasti akan merasa sangat  sedih dan berdosa ketika ia mengetahui apa yang dialami dan dirasakan oleh gadis kecilnya itu.

Kenapa Maheswari bisa kayak gitu? Bukannya Keluarga Inggit baik-baik saja dan penuh toleransi ?

Berbagai pertanyaan yang kerap diucapkan orang disekitarnya juga membuatnya bingung harus menjawab seperti apa?

Bahkan Swari  kerap menghindari berbagai acara dilingkungan sekitarnya dan bermain bersama orang baru yang tidak sengaja mengetahui latar belakang keluarganya. Swari takut jika ia mendapatkan pertanyaan yang bahkan ia sendiri tidak tahu akan menjawab apa. 

Bayang-bayang akan berbagai pertanyaan itu selalu ada menyelimuti dirinya. Berbagai pertanyaan yang bahkan Swari sendiri tidak tahu akan menjawab apa, harus merespon bagaimana. 

"Terus ayahmu itu pernah sholat nggak? Ayahmu pernah puasa nggak? Ayahmu ibadahnya gimana? Ayah kamu ke gereja nggak kalau hari minggu?"

Swari tak tahu harus menjawab apa. Jika boleh jujur, mungkin ia akan menjawab bahwa ayahnya tidak pernah ibadah sesuai dengan kepercayaan yang dianutnya saat ini dan juga tidak pernah beribadah sesuai dengan kepercayaannya yang lalu. 

Bahkan hingga kini usianya 21 tahun, Swari masih kerap mendapatkan pertanyaan semacam itu. Maheswari merasa semakin hari yang ia lalui, semakin banyak orang yang kurang memiliki rasa  sopan atau sekedar rasa segan untuk menanyakan hal-hal privasi di dalam diri orang lain. 

Aduh... pertanyaan gimana lagi sih  Swari? Udah tua kok semakin baperan gitu sih!

Coba pertimbangkan dahulu sebelum bertanya. Atau bagaimana jika dirimu yang mendapatkan pertanyaan seperti yang ingin kamu tanyakan kepada Swari. 

Hingga umurnya setua itu, Swari masih mendapatkan pertanyaan yang membuatnya merasa sedih.

Rasa ingin pergi jauh dan melarikan diri ketika mendapatkan pertanyaan seperti itu. 

Bukankah bagaimana cara orang beribadah dan apapun kepercayaannya itu adalah hak dari setiap manusia yang hidup? Swari merasa ketika seseorang tidak menyalahi aturan dalam kehidupan maka bebaskan saja bagaimana ia beribadah dan bagaimana ia mengimani setiap hal yang sudah dipilihnya. Swari merasa sebagai manusia ya dukung dan doakan saja hal baik yang sedang mereka kerjakan. 

Cuma pertanyaan kayak gitu aja kok dimasukin hati. Yaampunnnn.... baperan banget sih. 

Tentu setiap orang memiliki bagian sensitif didalam hati dan perasaannya.  Baginya pertanyaan sederhana seperti itu sudah menjadi penyebab sakit hati yang luar biasa baginya lebih sakit dibandingkan patah hati karena diselingkuhin pacar hehehe.... 

Kerap muncul di dalam perasaannya bagaimana rasa hangatnya beribadah dengan keluarganya dan mengimani kepercayaan yang mereka yakini. Terkadang sedikit dari pertanyaan yang diajukan kepadanya juga ingin membuatnya berontak dan mengatakan bahwa keinginannya hingga saat ini adalah merasakan hangatnya beribadah bersama keluarga. 

Lidah memang tak bertulang katanya dan memang seperti itu adanya, setiap orang memiliki perasaanyang berbeda. Oleh sebab itu kita harus menjaga perkataan yang kita ucapkan meskipun kita menganggap bahwa hal yang kita ucapkan atau kita tanyakan hanyalah pertanyaan umum dan tidak mungkin menyakiti hati orang lain. 

Siapa yang tahu isi hati orang disekitar kita? Tetap jaga lisan kita agar tidak ada gadis kecil yang tumbuh dengan rasa trauma yang hadir dari pertanyaan yang kita anggap sepele dan hanya memenuhi rasa ingin tahu kita saja. 

Kini semakin Maheswari telah bertumbuh menjadi gadis dewasa, ia banyak bertemu dengan orang baru di kota perantauannya. Ia mulai menyukai tempat dimana sekarang ia tinggal karena banyak orang yang tidak mengetahui identitasnya dan latar belakang keluarganya. 

Hal itu tentu saja meminimalisir munculnya pertanyaan-pertanyaan yang selama ini ditakutkannya. Kalaupun ada, saat ini Maheswari sudah bisa menjawab berbagai pertanyaan itu dengan santai dan membawanya seolah-olah sebagai suatu candaan. 

Suatu saat ada orang yang mengirimkannya pesan di WhatApp secara tiba-tiba. Orang itu tetangga yang berbeda desa dengannya di desa kelahirannya dulu. 

Kira-kira orang itu bertanya apa? Apakah orang itu akan berkata "pinjam dulu uangmu seratus nanti ku kembalikan bulan depan." Tentu saja tidak, orang itu mengirimkan pesan dan bertanya untuk memenuhi kebutuhan rasa ingin tahunya. 

Seperti biasa hehehe....  bisa ditebak pertanyaannya gimana.

"Maaf nih kepo hehe... kamu Islam apa Katolik sih sebenernya sekarang tu?" 

Apakah Swari akan mengalihkan pembicaraannya dan tidak menjawab pertanyaan itu? Tentu saja tidak. Sekarang Swari  sudah bisa menjawab pertaanyaan itu. Mungkin jawaban yang dilontarkannya membuat orang terkejut dan tidak pernah diduga. 

"Penasaran banget ya? Coba deh tanya sama yang di atas biar ada jawaban yang pasti dan biar jelas gitu. Aku juga nggak tau kok gimana. Kalau sekarang masih dengan kepercayaanku yang lama tapi suatu saat bagaimana itu aku serahkan sama yang di atas aja deh hehehe..." Jawabnya yang saat ini tidak ingin menjadikan pertanyaan itu sebagai beban di dalam hidupnya. 

Begitulah sepenggal kisah gadis kecil yang kini berusia 21 tahun.  Cerita ini kupersembahkan kepada diriku yang tepat di hari ini berusia 21 tahun. Dan  hingga saat ini  aku  dapat bertahan atas segala hal yang sudah lalui dan aku bisa karena Tuhan.

 Terima kasih ayah dan ibu kalian luar biasa dalam mendidikku untuk menghadapi dunia ini, terima kasih orang-orang terdekatku dan orang terkasihku yang sudah menemaniku berproses dan menjadikan banyak pertanyyan yang dulu ku hindari dan kini bisa menjadikan hal itu sebagai candaan di dalam dihupku. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun