Johan sedikit gundah karena pelatihan dimana ia menjadi narasumber sempat molor akibat keasalahan teknis tim perengkat keras. Tugas pada jabatan baru memaksa Johan tidak dapat ikut menyaksikan kekasihnya menjalani wisuda sarjana. Namun janji setianya akan segera datang ke kos begitu tugasnya usai.
Sore belum beranjak terlalu senja saat Johan turun dari bis umum di halte, lalu berjalan menuju kos Leyna seperti janjinya untuk menjemput Leyna seusai wisuda. Sebuah mobil mewah terlihat terburu-buru keluar dari gang tempat rumah kos Leyna berada. Johan tak memperdulikan karen ia merasa tak mengenal kendaraan itu. Mobil warga di lingkungan itu kebanyakan sudah ia kenal dan mereka akan saling menyapa jika bepapasan.
Sesampai rumah kos Leyna Johan mendapati pintu utama terbuka lebar. Suasana kos sepi, johan menduga semua penghuni sedang merayakan keberhasilan studi mereka bersama keluarga.
“tok, tok, tok, Leynaaa..., Leyy” Johan mengetuk pintu kamar Leyna dan memanggil-mangil nama kekasihnya.
“tok,tok,tok” Johan berulang-ulang mengetuk dan memanggil nama Leyna, namun sepi tak ada jawaban.
“Ah sial, gara-gara kesalahan teknis saat presentasi, kepulanganku menjadi molor. Leyna mungkin marah dan meninggalkan aku karena mengira kau tak menepati janji” bisik batin Johan.
“Jadi apakah mobil tadi berisi keluarga Leyna?” lanjut batin Johan bertanya kepada diri sendiri.
Johan mencoba menghubungi nomor telepon kekasihnya tetapi terdengar mesin penjawab.
“Nomor yang anda hubungi diluar jangkauan” .
“Baiklah, sebaiknya aku tanyak bapak kos saja, barangkali tahu” Johan melangkan menuju ke rumah induk untuk mencari informasi’
“tok, tok, tok. Pak... Paaak.. permisi” Johan mengetuk pintu dan memanggil bapak kos.