Mohon tunggu...
M Abd Rahim
M Abd Rahim Mohon Tunggu... Guru - Guru/Dai
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

GPAI SMK PGRI 1 SURABAYA, Ingin terus belajar dan memberi manfaat orang banyak (Khoirunnas Anfa'uhum Linnas)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Pertemuan

8 Februari 2023   09:20 Diperbarui: 8 Februari 2023   12:53 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebuah Pertemuan

Oleh: M. Abd. Rahim

***

Mentari di ufuk barat telah memanggilku, tuk menuju ke suatu tempat. Di mana tempat itu penuh bunga-bunga bermekaran, harum semerbak mewangi di dalam taman hati. Para pasukan kupu-kupu nan indah terbang ke sana ke mari, menciumi bunga warna-warni. Begitu juga burung-burung berterbangan, bernyanyi di atas ranting menambah kedamaian hati.

"Kau di sebelah mana, aku sudah sampai KFC!" Tulisku lewat pesan singkat di ponselku.

"Aku di depan pintu masuk" Balas Putri

Baca juga: Cermin Masa Depan

"Ya sudah, ini masih di parkiran sebentar lagi kesitu."

Akhirnya beberapa hari ditunggu-tunggu aku bisa menemuinya, walau dengan pakaian seadanya. Senja yang indah, saat pulang kerja mencuri waktu untuk bertemu. Walau biasanya badan terasa capek dan pegal, namun sore ini terasa ringan. Apalagi membersamainya memasuki KFC.

"Mau pesan apa?" Tanya putri menyodorkan beberapa daftar menu yang ada di meja makan.

Baca juga: Cermin

"Original saja!"

"Dada apa paha?" Tanyanya balik

"Apa ajalah, terserah pean."

Aku sebenarnya dari awal masuk, sudah menahan grogi. Beberapa menit kemudian, Putri membawa satu nampan pesanan, dada dan paha atas, dan dua gelas minuman sejenis cocacola.

Setelah menawariku sepiring dada dan nasi, dia duduk di hadapanku.

"Bismillah ajalah" kataku dalam hati, "semoga pertemuan ini menjadi awal yang baik."

Kuatur cara bicaraku, sebelum ngobrol dan mengenal lebih lanjut dirinya. Sambil memandang wajah putri aku mencoba berdoa dalam hati. 

"Bismillahirrahmanirrahim!"

Putri tersenyum, memandangiku yang sedikit kikuk. Aku diam, putri juga diam. Masing-masing mulai ada perasaan yang aneh. "Malu bertanya sesat dijalan," kataku dalam hati. Pada kondisi seperti itu, aku memberanikan diri untuk mengawali obrolan. Kubaca basmalah lagi dalam hati.

"Emm.., baru pulang sekolah!" 

"Sudah jam 3 tadi, aku pulang dari sekolah. Tadi ada janji sama orang Yamaha, melengkapi surat-surat yang kemarin kurang."

"Beli sepeda lagi?" Tanyaku

"Iya, sepeda yang kupakai ini buat ayahku. Dan aku beli baru."

Aku berbangga hati juga bersedih hati. Berbangga hati karena bisa menemukan wanita yang kuimpikan yakni dia bisa berbuat baik, mengorbankan hal untuk orang tuanya. Bersedih, karena waktu itu aku tidak bisa membantu bayar cicilan. Karena juga waktu itu, aku belum bayar ujian tesis dan wisudaku.

"Oh, maaf kelupaan caos, dan sambalnya belum ambil" katanya

"Ok, aku yang ambil!"

Sambil menikmati sajian KFC, kami melanjutkan perkenalan yang lebih jauh. Memang satu Minggu, kami sudah berkenalan lewat WA. Dan itu juga dikenalkan oleh adik kelas kuliahku. Kami berkenalan, dari nama lengkap, kebiasaan, makanan minuman favorit sampai memperkenalkan masing-masing keluarga. Terutama nama orang tua, dan jumlah saudara.

"Aku Alif Fahri Ramadhani, aku lahir dari keluarga yang sederhana dan aku adalah anak ke lima dari enam saudara

"Siapa namamu lengkap pean?" Tanyaku

"Risdza Masjannah Puteri," jawabnya "Aku anak pertama dari lima saudara.

Dari perkenalan tersebut, aku benar-benar tertarik kepada Putri, dan ingin memilikinya sebagai istri.

"Maaf put, apakah kau mau jadi istriku?"

Putri sepertinya kaget dengan pertanyaan konyol dariku. Padahal baru kenal, main tembak saja. (Hahaha)

Putri diam memaku

"Em.., gimana ya!"Putri garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Aku butuh waktu, mohon berkenan menunggu 3 atau 7 hari untuk menjawabnya."

Aku tersenyum sendiri, "Maaf, maaf sungguh minta maaf. Ok, aku tunggu sampai pean benar-benar siap!" 

Karena malam sudah larut, dan rinai hujan mulai membasahi bumi kami menyudahi pertemuan itu.

Setelah diparkiran, dia mengenakan jas hujan dan menawariku untuk mengantarkannya pulang.

"Maukah menemaniku pulang?" Pinta Putri

"Baiklah!" Jawabku sambil senyum-senyum sendiri. 

Di perjalanan mengantarkannya pulang, hatiku terasa damai. Angin malam itu sangat sejuk, sesejuk hatiku. Walaupun tidak secara langsung menerima cintaku, namun kutahu dia sudah memberi lampau hijau kepadaku. (Gr)

"Dengan Bismillah semoga menjadi Alhamdulillah, semoga perasaan hatinya juga sama sepertiku. Semoga pertemuan selanjutnya, hatinya terbuka" Doaku dalam hati

***

Episode 1, Bismillah to Alhamdulillah

***

Surabaya, 08 Februari 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun