Kala kami berkunjung akhir Desember 2016, hutan mangrove itu sudah lebat. Tumbuh aneka jenis tanaman mangrove,seperti jenis rizhopora aficulata, ceriops decandra, sonneratia alba, dan masih banyak lagi.Hal itu saya ketahui dari papan-papan nama yang ditancapkannya. Selain terdapat aneka jenis mangrove, hutan itu ditanami bibit pohon cemara udang, meski jumlahnya tidak sebanyak jenis tanaman bakau.
Selain berfungsi untuk sarana edukasi lingkungan, hutan mangrove berfungsi untuk menahan abrasi pantai dan tempat yang aman bagi pengembangbiakan aneka biota laut. Tempat ini juga cocok sebagai wahana rekreasi bareng keluarga dan alternatif bagi penyuka foto prewedding.
Walhasil, Trenggalek rupanya tak hanya populer dengan kuliner lodho,nasi gurih, thiwul, oleh-oleh bernama alen-alen berbentuk cincin dan wisata Goa Lowo-nya. Trenggalek, terus berusaha mengembangkan destinasi wisata lainnya.
Kini hadir ecowisata mangrove, lengkap dengan jembatan galau dan gazebo-gazebonya. Menyusuri sungai sambil melihat aneka jenis pohon bakau dari atas perahu, merupakan sensasi lain untuk menarik wisatawan. Geliat ekonomi berbasis jasa wisata, mulai makin bisa dirasakan kehadirannya di Trenggalek.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H