Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Sensasi Pasir Putih dan Ecowisata Mangrove di Trenggalek

31 Desember 2016   17:06 Diperbarui: 31 Desember 2016   19:15 2024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perahu Mesin di Pantai Pasir Putih Trenggalek/Dok. Pribadi

Tampak seorang ibu penjaja di kedai kuliner itu, sesekali menyiramkan air dingin di atas kayu agar bara apinya tak semakin membesar. Sementara itu, asapnya terus mengepuli ikan-ikan itu. Apalagi ikannya masih segar, begitu menggoda. Baunya sedap. Dimakan dengan nasi sambil lalap, rasanya nikmat.. Emm… :)

Penjaja Ikan Asap di di Sekitar Kawasan Pantai Pasir Putih Trenggalek/Dok. Pribadi
Penjaja Ikan Asap di di Sekitar Kawasan Pantai Pasir Putih Trenggalek/Dok. Pribadi
Ikan Asap di Kedai Tepi Pantai Pasir Putih/Dok. Pribadi
Ikan Asap di Kedai Tepi Pantai Pasir Putih/Dok. Pribadi
Saya sempat bertanya di sela-sela menyeruput kopi di kedai kuliner tepi pantai itu, “Bu, berapa harga satu ekor ikan ini”? “Untuk ikan Salmon dan ikan Tuna yang ini, harganya Rp 35 ribu per tusuk,” demikian jawabnya sambil menunjukkan ikan asapnya.

Sayang, waktu masih terlalu pagi untuk makan siang kala itu, sementara sebelumnya kami sudah sarapan pagi di Gemaharjo, di rumah salah satu kerabat kami. Masakan ikan asap dan lodho Trenggalek adalah suguhan favorit. Benar saja, kami menikmati kedua menu itu kala mampir di rumah famili yang ada di Prigi, saat siang jelang balik ke Malang. Terima kasih.

Sensasi Ekowisata Mangrove Cengkrong

Bagi pengunjung yang berwisata ke Pantai Prigi, Karanggongso atau Pasir Putih yang berada di kecamatan Watulimo, sayang kalau tidak dilanjutkan ke “Ecowisata Mangrove” Cengkrong. Pasalnya, selain lokasinya dekat dengan pantai favorit itu, Jalur Lintas Selatan itu kini sudah mulus dan mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua atau roda empat hingga ke tepian pantai Cengkrong.

Rambu Jalan Menuju Pantai Cengkrong-Mangrove dan Pantai Damas/Dok. Pribadi
Rambu Jalan Menuju Pantai Cengkrong-Mangrove dan Pantai Damas/Dok. Pribadi
Akses Jalan Lintas Selatan (JLS) sudah Beraspal Hingga ke Pantai Cengkrong/Dok. Pribadi
Akses Jalan Lintas Selatan (JLS) sudah Beraspal Hingga ke Pantai Cengkrong/Dok. Pribadi
Kala itu, usai berkunjung ke Pantai Pasir Putih, kami teruskan perjalanan ke Ecowisata Mangrove, Pancer Cengkrong. Lokasinya berada di pantai Cengkrong, desa Karanggandu, Kecamatan Watulimo, Trenggalek.

Pintu awal masuk menuju pantai Cengkrong dan Ecowisata Mangrove adalah satu jalur. Harga tiketnya relatif murah bila dibandingkan dengan tiket masuk ke sejumlah destinasi wisata di kota Malang. Sayang, di tempat ini pengunjung harus beberapa kali membayar tiket untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda.

Selamat Datang di Ecowisata Pancer Cengkrong Trenggalek/Dok. Pribadi
Selamat Datang di Ecowisata Pancer Cengkrong Trenggalek/Dok. Pribadi
Di jalan utama memasuki pintu gerbang awal, dikenai tiket sebesar Rp 5 ribu/orang. Tiket parkir setiba di lokasi, dikenai Rp 10 ribu untuk kendaraan roda empat. Untuk dapat melewati jembatan galaumemasuki hutan mangrove, dikenai tiket Rp 5 ribu/orang, belum termasuk sewa naik perahu menyusuri sungai yang membelah hutan bakau bagi pengunjung yang mengiginkannya. Apabila cuaca dalam keadaan panas/hujan, tersedia sewa payung seharga Rp 3 ribu/buah.

Area Parkir di Ecowisata Mangrove Cengkrong Trenggalek/Dok. Pribadi
Area Parkir di Ecowisata Mangrove Cengkrong Trenggalek/Dok. Pribadi
Namun biaya itu, sebanding dengan nilai jasa wisata yang ditawarkannya. Berbeda dengan membeli produk “barang”, si pembeli produk “jasa” tak dapat membawa pulang barangnya, tapi dapat membawa pulang kenangan manisnya.

Sarang Burung Merpati di Samping Pintu Masuk Hutan Mangrove/Dok. Pribadi
Sarang Burung Merpati di Samping Pintu Masuk Hutan Mangrove/Dok. Pribadi
Setidaknya, kami bisa berbagi cerita setelah melihat dari dekat jembatan galau. Burung-burung merpati beterbatangan di sekitar pintu masuk. Begitu melewati jembatan kayu yang disebut jembatan galau itu, sejauh mata memandang, di depannya terhampar aneka jenis tanaman bakau di atas lahan seluas sekitar 100 hektar. Latar view pegunungan, menambah sempurna pemandangan.

View Ecowisata Mangrove dengan Jembatan Galau-nya/Dok. Pribadi
View Ecowisata Mangrove dengan Jembatan Galau-nya/Dok. Pribadi
Entah seberapa panjang jembatan galau itu tepatnya, saya perkirakan mencapai 0,5 km. Selain itu, berdiri gazebo-gazebo untuk tempat beristirahat sambil memandangi hutan mangrove yang menghijau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun