Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Sensasi Pasir Putih dan Ecowisata Mangrove di Trenggalek

31 Desember 2016   17:06 Diperbarui: 31 Desember 2016   19:15 2024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Galau, Gazebo-Gazebo dan View Hutan Mangrove/Dok. Pribadi

Selamat Datang Ecowisata Mangrove, Pancer Cengkrong Trenggalek/Dok. Pribadi
Selamat Datang Ecowisata Mangrove, Pancer Cengkrong Trenggalek/Dok. Pribadi
Trenggalek, bak kabupaten tersembunyi di bagian selatan Jawa Timur, sekitar 180 km dari kota Surabaya. Di balik 2/3 wilayahnya yang terdiri atas pegunungan, ternyata Trenggalek menyimpan sejumlah destinasi wisata bahari yang eksotis. Kota Gaplek ini, belakangan telah berubah, apalagi sejak Jalur Lintas Selatan (JLS) selesai dibangun.
Area Ecowisata Mangrove, Pancer Cengkrong Trenggalek/Dok. Pribadi
Area Ecowisata Mangrove, Pancer Cengkrong Trenggalek/Dok. Pribadi
Setidaknya, terdapat 12 wisata bahari di Trenggalek yang menarik untuk dikunjungi, seperti Pantai Prigi, Pasir Putih, Karanggongso, Damas, Blado, Pelang, Ngadipuro, Ngulungwetan, Ngampiran, Konang, Taman Kili-Kili dan Cengkrong.

Pantai Pasir Putih, Trenggalek/Dok. Pribadi
Pantai Pasir Putih, Trenggalek/Dok. Pribadi
Untuk yang disebut terakhir, di pantai Cengkrong, kini hadir kawasan konservasi hutan bakau seluas kira-kira 100 ha, dilengkapi jembatan galau, gazebo-gazebo, sampan, dan layanan pendukung lainnya. Seperti tertulis di pintu gerbangnya, tempat itu bernama Ecowisata Mangrove, Pancer Cengkrong Trenggalek. Lokasinya di pantai Cengkrong, desa Karanggandu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek.

Berikut hasil kunjungan kami usai bersilaturrakhim ke famili di Watulimo, Trenggalek, sembari menikmati dua destinasi wisata favorit ini, Pantai Pasir Putih dan Ecowisata Mangrove.

Pesona Pantai Pasir Putih, Favorit Wisatawan

Pantai ini merupakan pantai terfavorit di Trenggalek. Namanya persis seperti Pantai Pasir Putih Situbondo, tapi ini khas Pantai Pasir Putih Trenggalek. Lokasinya mudah dijangkau, tak jauh dari kantor kecamatan Watulimo, berdekatan dengan pantai Prigi yang merupakan kawasan nelayan, penghasil ikan laut.

Tepi Pantai Pasir Putih Trenggalek/Dok. Pribadi
Tepi Pantai Pasir Putih Trenggalek/Dok. Pribadi
Sesuai namanya, keelokan pantai ini karena pasirnya yang lembut, warnanya putih sedikit kecoklatan, dan cocok untuk tempat bermain. Bersyukur, kami berkesempatan menikmati angin sepoi-sepoi basah menerpa kami, sambil duduk-duduk lesehan di bawah pohon menikmati indahnya pantai. Anak bungsu kami, betah bermain pasir laut.

Lesehan di Bawah Pohon, Tepi Pantai Pasir Putih Trenggalek/Dok. Pribadi
Lesehan di Bawah Pohon, Tepi Pantai Pasir Putih Trenggalek/Dok. Pribadi
Tersedia Jasa Persewaan Alas Duduk dan Ban Pelampung/Dok. Pribadi
Tersedia Jasa Persewaan Alas Duduk dan Ban Pelampung/Dok. Pribadi
Beralaskan tikar di bawah pohon, kami berkesempatan menikmati pesona alam bersama keluarga. Hal ini adalah bagian lain yang layak kami syukuri. Bagi pengunjung yang tak sempat membawa alas duduk dari rumah, tersedia benda sejenis untuk disewakan.

Ada banyak makna di balik hamparan luas lautan dengan deburan ombaknya yang khas hingga menyentuh bibir pantai. Ia tak kenal lelah berkejar-kejaran sepanjang waktu. Salah satunya adalah spirit kegigihan.

Perahu Karet di Pantai Pasir Putih Trenggalek/Dok. Pribadi
Perahu Karet di Pantai Pasir Putih Trenggalek/Dok. Pribadi
Perahu Karet di Tepi Pantai pasir Putih/Dok. Pribadi
Perahu Karet di Tepi Pantai pasir Putih/Dok. Pribadi
Ragam sarana olahraga air seperti banana boat, speed boat, perahu mesin, dan persewaan ban pelampung menjadi bagian dari layanan khas Pantai Pasir Putih.

Tak hanya itu. Dari tempat ini, pengunjung akan ditawari naik perahu untuk menyusuri pemandangan berbeda yang segaris dengan Pantai Pasir Putih. “Pantai Asmara, Jembatan Luna Maya”, demikian seperti tutur penjaja jasa perahu merayu pelanggan untuk diantarkan ke tempat berbeda itu sembari menunjukkan fotonya.

Boat Trisno Roso Water Sport/Dok. Pribadi
Boat Trisno Roso Water Sport/Dok. Pribadi
Perahu Mesin di Pantai Pasir Putih Trenggalek/Dok. Pribadi
Perahu Mesin di Pantai Pasir Putih Trenggalek/Dok. Pribadi
Setiap destinasi wisata, tak lepas dari kulinernya. Ikan asap, merupakan salah satu menu favorit di tempat ini. Di sebuah kedai, saya perhatikan ikan Salmon dan ikan Tuna berjajar di atas tungku api berbahan kayu bakar sedang diasapi.

Tampak seorang ibu penjaja di kedai kuliner itu, sesekali menyiramkan air dingin di atas kayu agar bara apinya tak semakin membesar. Sementara itu, asapnya terus mengepuli ikan-ikan itu. Apalagi ikannya masih segar, begitu menggoda. Baunya sedap. Dimakan dengan nasi sambil lalap, rasanya nikmat.. Emm… :)

Penjaja Ikan Asap di di Sekitar Kawasan Pantai Pasir Putih Trenggalek/Dok. Pribadi
Penjaja Ikan Asap di di Sekitar Kawasan Pantai Pasir Putih Trenggalek/Dok. Pribadi
Ikan Asap di Kedai Tepi Pantai Pasir Putih/Dok. Pribadi
Ikan Asap di Kedai Tepi Pantai Pasir Putih/Dok. Pribadi
Saya sempat bertanya di sela-sela menyeruput kopi di kedai kuliner tepi pantai itu, “Bu, berapa harga satu ekor ikan ini”? “Untuk ikan Salmon dan ikan Tuna yang ini, harganya Rp 35 ribu per tusuk,” demikian jawabnya sambil menunjukkan ikan asapnya.

Sayang, waktu masih terlalu pagi untuk makan siang kala itu, sementara sebelumnya kami sudah sarapan pagi di Gemaharjo, di rumah salah satu kerabat kami. Masakan ikan asap dan lodho Trenggalek adalah suguhan favorit. Benar saja, kami menikmati kedua menu itu kala mampir di rumah famili yang ada di Prigi, saat siang jelang balik ke Malang. Terima kasih.

Sensasi Ekowisata Mangrove Cengkrong

Bagi pengunjung yang berwisata ke Pantai Prigi, Karanggongso atau Pasir Putih yang berada di kecamatan Watulimo, sayang kalau tidak dilanjutkan ke “Ecowisata Mangrove” Cengkrong. Pasalnya, selain lokasinya dekat dengan pantai favorit itu, Jalur Lintas Selatan itu kini sudah mulus dan mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua atau roda empat hingga ke tepian pantai Cengkrong.

Rambu Jalan Menuju Pantai Cengkrong-Mangrove dan Pantai Damas/Dok. Pribadi
Rambu Jalan Menuju Pantai Cengkrong-Mangrove dan Pantai Damas/Dok. Pribadi
Akses Jalan Lintas Selatan (JLS) sudah Beraspal Hingga ke Pantai Cengkrong/Dok. Pribadi
Akses Jalan Lintas Selatan (JLS) sudah Beraspal Hingga ke Pantai Cengkrong/Dok. Pribadi
Kala itu, usai berkunjung ke Pantai Pasir Putih, kami teruskan perjalanan ke Ecowisata Mangrove, Pancer Cengkrong. Lokasinya berada di pantai Cengkrong, desa Karanggandu, Kecamatan Watulimo, Trenggalek.

Pintu awal masuk menuju pantai Cengkrong dan Ecowisata Mangrove adalah satu jalur. Harga tiketnya relatif murah bila dibandingkan dengan tiket masuk ke sejumlah destinasi wisata di kota Malang. Sayang, di tempat ini pengunjung harus beberapa kali membayar tiket untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda.

Selamat Datang di Ecowisata Pancer Cengkrong Trenggalek/Dok. Pribadi
Selamat Datang di Ecowisata Pancer Cengkrong Trenggalek/Dok. Pribadi
Di jalan utama memasuki pintu gerbang awal, dikenai tiket sebesar Rp 5 ribu/orang. Tiket parkir setiba di lokasi, dikenai Rp 10 ribu untuk kendaraan roda empat. Untuk dapat melewati jembatan galaumemasuki hutan mangrove, dikenai tiket Rp 5 ribu/orang, belum termasuk sewa naik perahu menyusuri sungai yang membelah hutan bakau bagi pengunjung yang mengiginkannya. Apabila cuaca dalam keadaan panas/hujan, tersedia sewa payung seharga Rp 3 ribu/buah.

Area Parkir di Ecowisata Mangrove Cengkrong Trenggalek/Dok. Pribadi
Area Parkir di Ecowisata Mangrove Cengkrong Trenggalek/Dok. Pribadi
Namun biaya itu, sebanding dengan nilai jasa wisata yang ditawarkannya. Berbeda dengan membeli produk “barang”, si pembeli produk “jasa” tak dapat membawa pulang barangnya, tapi dapat membawa pulang kenangan manisnya.

Sarang Burung Merpati di Samping Pintu Masuk Hutan Mangrove/Dok. Pribadi
Sarang Burung Merpati di Samping Pintu Masuk Hutan Mangrove/Dok. Pribadi
Setidaknya, kami bisa berbagi cerita setelah melihat dari dekat jembatan galau. Burung-burung merpati beterbatangan di sekitar pintu masuk. Begitu melewati jembatan kayu yang disebut jembatan galau itu, sejauh mata memandang, di depannya terhampar aneka jenis tanaman bakau di atas lahan seluas sekitar 100 hektar. Latar view pegunungan, menambah sempurna pemandangan.

View Ecowisata Mangrove dengan Jembatan Galau-nya/Dok. Pribadi
View Ecowisata Mangrove dengan Jembatan Galau-nya/Dok. Pribadi
Entah seberapa panjang jembatan galau itu tepatnya, saya perkirakan mencapai 0,5 km. Selain itu, berdiri gazebo-gazebo untuk tempat beristirahat sambil memandangi hutan mangrove yang menghijau.

Kala kami berkunjung akhir Desember 2016, hutan mangrove itu sudah lebat. Tumbuh aneka jenis tanaman mangrove,seperti jenis rizhopora aficulata, ceriops decandra, sonneratia alba, dan masih banyak lagi.Hal itu saya ketahui dari papan-papan nama yang ditancapkannya. Selain terdapat aneka jenis mangrove, hutan itu ditanami bibit pohon cemara udang, meski jumlahnya tidak sebanyak jenis tanaman bakau.

Tepi Muara Sungai Kalisongo di Tengah Hutan Mangrove/Dok. Pribadi
Tepi Muara Sungai Kalisongo di Tengah Hutan Mangrove/Dok. Pribadi
Kami berjalan mengikuti sepanjang jembatan kayu itu, hingga sampai di muara sungai Kalisongo. Tiba di tepi muara sungai yang membelah hutan bakau ini, saya melihat beberapa orang sedang duduk-duduk di tepi sungai di bawah jembatan kayu yang melintai sungai ini. Sejurus kemudian, perahu datang dengan para penumpangnya dan bergantian naik perahu di tempat favorit ini.

Pengunjung Antrian Menyusuri Sungai dengan Perahu/Dok. Pribadi
Pengunjung Antrian Menyusuri Sungai dengan Perahu/Dok. Pribadi
Jembatan Galau Melintas di Atas Sungai Ini/Dok. Pribadi
Jembatan Galau Melintas di Atas Sungai Ini/Dok. Pribadi
Mungkin tempat ini ada hubungannya dengan jembatan galau,pikirku. Bisa jadi, tempat yang jauh dari keramaian ini cocok untuk menghilangkan rasa galau, hehe… :)

Selain berfungsi untuk sarana edukasi lingkungan, hutan mangrove berfungsi untuk menahan abrasi pantai dan tempat yang aman bagi pengembangbiakan aneka biota laut. Tempat ini juga cocok sebagai wahana rekreasi bareng keluarga dan alternatif bagi penyuka foto prewedding.

Walhasil, Trenggalek rupanya tak hanya populer dengan kuliner lodho,nasi gurih, thiwul, oleh-oleh bernama alen-alen berbentuk cincin dan wisata Goa Lowo-nya. Trenggalek, terus berusaha mengembangkan destinasi wisata lainnya.

Kini hadir ecowisata mangrove, lengkap dengan jembatan galau dan gazebo-gazebonya. Menyusuri sungai sambil melihat aneka jenis pohon bakau dari atas perahu, merupakan sensasi lain untuk menarik wisatawan. Geliat ekonomi berbasis jasa wisata, mulai makin bisa dirasakan kehadirannya di Trenggalek.

View Hutan Mangrove dengan Latar Pegunungan/Dok. Pribadi
View Hutan Mangrove dengan Latar Pegunungan/Dok. Pribadi
Silakan berkunjung, dan nikmati sensasinya! Bahkan bagi mereka yang asalnya dari Trenggalek, datang ke destinasi-destinasi wisata di atas dapat mengobati rasa kangen akan kampung halamannya yang kini wajahnya tampak berubah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun