"Salat tahajud dan hajat Zah," katanya. Tangan mungil Hafizah ditarik oleh sang ayah hingga jatuh dalam pelukannya. Lalu ditiup-tiup kepalanya tiga kali sambil membelai rambutnya yang panjang.
Suatu kebiasaan malam yang eman bila dilewati begitu saja. Karena Allah telah berfirman: "Waminallaili fatajjad bihi nafital laka, asa ayyab asaka robbuka maqomam mahmuda." Yang kurang lebih artinya, "Pada sebagian malam salat tahajudlah sebagai (suatu ibadah) tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji."Â
Setelah menghampiri ayahnya ia pergi ke ruang TV, menyaksikan dan mendengarkan Tilawah 30 juz. Hidangan sahur pun tiba, satu persatu ke ruang TV yang dibawa oleh mama dan neneknya. Semua hidangan sudah lengkap para penghuni rumah Menuju ruang TV untuk sahur.
"Ayah minta tolong galonnya habis!" Suara Bu putri menyelesaikan ibadahnya. Pak Alif pun beranjak ke tempat air minum dan menggantinya dengan galon yang baru.
Terlihat Nenek di sampingnya mengambil teh hangat yang sudah di dalam Tiko dan membawanya ke ruang TV, pun beberapa gelas inginya dibawa juga "Biar aku saja nek!"
"Nenek kenapa?"Â
"Mata sebelah kanan saya merasa tidak nyaman!"Â
"Apa terkena pecahan kaca?" Tanya Pak Alif
"Semoga saja tidak!" Jawabnya menenangkan
Memang beberapa hari sebelum puasa, banjir bandang melanda rumah. Waktu itu jam 3 dini hari air sungai Dam sudah meluap ke jalan raya dan menuju rumah-rumah warga.
Beberapa menit saja, air mengalir begitu deras dan besar. Seisi rumah sudah siap siaga, namun air berhasil masuk rumah dan menghanyutkan beberapa benda dan sulit untuk dibendung. Mereka sudah pasrah karena air berhasil menembus semua pintu-pintu.