"Maafkan saya, saya tidak bermaksud membuka luka lama ibu."
"Tidak apa-apa Bu, saya juga sudah merelakan kepergian suami saya."
Tepat pukul 10 malam, mereka saling berpamitan. Malam itu Ni Luh bisa bernapas dengan lega. Semua keluh kesahnya telah ia utarakan kepada Dewa. Ia berharap akan mendapatkan petunjuk sesegera mungkin.
***
Keesokan harinya, mata Ni Luh nampak sayu. Namun pengorbanannya tidak sia-sia. Ia mendapatkan sebuah ide. Ia teringat kisah kematian suami Ni Made Suasti. Kematian yang tragis akibat Cetik Badung. Santet Bali yang terkenal paling kuat.
Siang itu ia sengaja makan di kantin rumah sakit. Sambil menunggu kedatangan seseorang. Pelayan kantin mengantar makanan pesanannya tak lama kemudian.
"Silakan."
"Terimakasih."
Tangan Ni Luh tak henti-hentinya menekan layar ponselnya. Matanya sibuk membaca informasi yang muncul dilayar.
"Balian Bali." gumamnya sambil mengunyah makanan di mulutnya.
Setelah cukup lama browsing, akhirnya Ni Luh menemukan akun Instagram seorang Balian. Balian itu tinggal di daerah Badung. Saat Ni Luh asyik dengan ponselnya, tiba-tiba dari arah belakang muncullah Anak Agung Ayu Maharani bersama teman-temannya.