Ruang penyimpanan mayat itu kini telah steril. Mereka berdua bisa santai untuk sejenak. I Putu Arsa duduk di bangku panjang dekat pintu masuk kamar mayat untuk sekedar melepas penat sambil merokok. Ni Luh segera tanggap.
"Kopi tuan? Kental dan sedikit pahit kan?" gurau Ni Luh.
"Ah kau ini. Jangan membuat asam lambungku naik lagi." jawab I Putu Arsa dengan senyum pahit.
"Benar kau menolak tawaran gratis dariku?" goda Ni Luh. "Baiklah, aku pergi ke kantin dulu."
Belum genap tiga langkah Ni Luh berjalan, suara I Putu Arsa menyahut.
"Segelas saja. Yang kental dan jangan terlalu manis."
"Oke Tuan, kopi pesananmu akan segera datang." balas Ni Luh tanpa menoleh sedikitpun.
Wanita itu bernama Anak Agung Ayu Maharani. Wanita berkasta Kesatria yang cukup disegani diantara sesama perawat di RSUP Sanglah. Wanita yang berumur lima tahun lebih muda dari Ni Luh itu selalu berusaha merendahkan Ni Luh. Dimanapun Ni Luh berada, ia selalu menggunjingkan Ni Luh. Menyebarkan rumor jelek tentang Ni Luh. Tentang statusnya sebagai janda penggoda.
"Eh lihat, si janda datang lagi."
"Siapa yang kamu maksud Ayu?"
"Siapa lagi, tuh lihat." ucap Anak Agung Ayu Maharani sambil melempar pandangannya ke arah Ni Luh yang sedang duduk didepan mejanya untuk memesan makanan di kantin.