Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Banaspati Raja

9 Januari 2020   14:37 Diperbarui: 9 Januari 2020   14:42 3285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah jenazah Ni Luh Sulastri dimandikan dan dibungkus kain layon, jenazah itu akhirnya ditaruh diatas bade. Beberapa kerabat nampak membantu pengabenan Ni Luh Sulastri. Jenazah kemudian diarak menuju setra. Yakni sebuah areal pemakaman untuk orang bali. Di setiap perempatan jalan, jenazah Ni Luh Sulastri yang sudah ditaruh di atas bade diputar-putar sebanyak tiga kali. Ini dimaksudkan agar roh jahat tidak mengikuti jenazah Ni Luh dan para pengantarnya.

Setibanya di setra, jenazah ditaruh di atas panggung yang terbuat dari batu. Sebelum dibawa ke atas panggung, dua orang pendeta melakukan ritual terlebih dahulu. Sesaji serta persembahan lainnya telah dipersiapkan di sekitar areal pembakaran. Nampak Ida Pedanda Ngurah Kaleran memimpin ritual bersama seorang pendeta lainnya.

Jenazah Ni Luh akhirnya dingaben. Dimulai dari bagian kepala yang telah diperciki oleh tirta penembak. Dan berlanjut di bagian tubuh yang lainnya. Keanehan terjadi, jenazah Ni Luh Sulastri tidak hancur. Nampak wajah Ida Pedanda Ngurah Kaleran kebingungan.

"Sesuatu yang tidak beres sedang terjadi." gumamnya.

Pedanda itupun mendekati keluarga Ni Luh, yakni suaminya. Ia mengatakan keanehan yang dilihatnya kepada Anak Agung Tangkar.

"Apa? Mengapa bisa demikian?"

"Pasti sesuatu yang tidak benar sedang terjadi disini tuan. Banaspati Raja tidak mau menerima jasad Ni Luh Sulastri untuk memasuki setra." ucap sang pedanda pelan.

"Tidak benar katamu? Tapi apakah itu?"

Beberapa penduduk yang menyaksikan ritual pengabenan itu mulai bergunjing. Keanehan itu terpampang nyata didepan mata mereka. bahwa jenazah Ni Luh tidak kunjung terbakar meski sudah berada didalam kobar api selama berjam-jam.

Banaspati Raja muncul, ia menampakkan dirinya secara niskala didepan sang pedanda. Mata awas milik Ida Pedanda Ngurah Kaleran menatap sesosok bayangan dibalik kobar api. Sebuah sosok yang hanya bisa dilihat oleh sang Pedanda saja. Sosok yang diyakini masyarakat Bali sebagai penjaga Setra.

"Dia bukan golongan Kasta Kesatria, wanita itu berkasta Sudra." bisik Banaspati Raja didalam telinga sang Pedanda. Lalu sosok itu menghilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun