Setelah jenazah Ni Luh Sulastri dimandikan dan dibungkus kain layon, jenazah itu akhirnya ditaruh diatas bade. Beberapa kerabat nampak membantu pengabenan Ni Luh Sulastri. Jenazah kemudian diarak menuju setra. Yakni sebuah areal pemakaman untuk orang bali. Di setiap perempatan jalan, jenazah Ni Luh Sulastri yang sudah ditaruh di atas bade diputar-putar sebanyak tiga kali. Ini dimaksudkan agar roh jahat tidak mengikuti jenazah Ni Luh dan para pengantarnya.
Setibanya di setra, jenazah ditaruh di atas panggung yang terbuat dari batu. Sebelum dibawa ke atas panggung, dua orang pendeta melakukan ritual terlebih dahulu. Sesaji serta persembahan lainnya telah dipersiapkan di sekitar areal pembakaran. Nampak Ida Pedanda Ngurah Kaleran memimpin ritual bersama seorang pendeta lainnya.
Jenazah Ni Luh akhirnya dingaben. Dimulai dari bagian kepala yang telah diperciki oleh tirta penembak. Dan berlanjut di bagian tubuh yang lainnya. Keanehan terjadi, jenazah Ni Luh Sulastri tidak hancur. Nampak wajah Ida Pedanda Ngurah Kaleran kebingungan.
"Sesuatu yang tidak beres sedang terjadi." gumamnya.
Pedanda itupun mendekati keluarga Ni Luh, yakni suaminya. Ia mengatakan keanehan yang dilihatnya kepada Anak Agung Tangkar.
"Apa? Mengapa bisa demikian?"
"Pasti sesuatu yang tidak benar sedang terjadi disini tuan. Banaspati Raja tidak mau menerima jasad Ni Luh Sulastri untuk memasuki setra." ucap sang pedanda pelan.
"Tidak benar katamu? Tapi apakah itu?"
Beberapa penduduk yang menyaksikan ritual pengabenan itu mulai bergunjing. Keanehan itu terpampang nyata didepan mata mereka. bahwa jenazah Ni Luh tidak kunjung terbakar meski sudah berada didalam kobar api selama berjam-jam.
Banaspati Raja muncul, ia menampakkan dirinya secara niskala didepan sang pedanda. Mata awas milik Ida Pedanda Ngurah Kaleran menatap sesosok bayangan dibalik kobar api. Sebuah sosok yang hanya bisa dilihat oleh sang Pedanda saja. Sosok yang diyakini masyarakat Bali sebagai penjaga Setra.
"Dia bukan golongan Kasta Kesatria, wanita itu berkasta Sudra." bisik Banaspati Raja didalam telinga sang Pedanda. Lalu sosok itu menghilang.