Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Banaspati Raja

9 Januari 2020   14:37 Diperbarui: 9 Januari 2020   14:42 3285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Biyang pikir kau telah mati. Ternyata keyakinan biyang selama bertahun-tahun benar adanya. Sang Hyang widhi mengabulkan do'a biyang." ucap ibu Anak Agung Tangkar kepada putranya itu.

"Maafkan aku biyang," balas Anak Agung Tangkar dengan mata berkaca-kaca.

Rahasia tetaplah rahasia. Rahasia harus disimpan baik-baik. Tidak boleh terbongkar. Atau petaka akibatnya. Kepada ibunya, Anak Agung Tangkar mengaku bahwa kepergiannya meninggalkan rumah selama ini adalah untuk bekerja. Ia tidak sempat memberi kabar kepada orangtuanya karena kehabisan biaya. Anak Agung Tangkar juga mengaku telah menikah dengan wanita pujaan hatinya. Wanita berkasta sama dengan dirinya. Kasta Kesatria. Dan ibunya percaya akan hal itu.

"Aku mempercayaimu anakku, tidak ada kebahagiaan yang berarti bagi seorang ibu selain melihat anaknya bahagia."

Beberapa tahun telah berlalu. Dengan meninggalnya ibu Anak Agung Tangkar maka secara otomatis Jero Agung Negari Pengerebongan beserta isinya menjadi miliknya. Sehingga ia memutuskan untuk pindah. Galeri kain Poleng Bali yang ia kelola kini ia serahkan kepada orang kepercayaannya. Anak Agung Tangkar dan keluarga kecilnya kembali ke Jero Agung Negari Pengerebongan dan membuka cabang galeri kain Poleng disana. Kekayaan Anak Agung Tangkar kian bertambah. Keluarganya telah menjadi sosok keluarga yang cukup terpandang di Klungkung.

Namun sayang, sepuluh tahun sejak kepindahannya ke Klungkung. Dewi Ayu Sulastri divonis kanker oleh dokter di usia 33 tahun.

"Maafkan aku Bli, aku selalu merepotkan." bisik Dewi Ayu Sulastri saat menjalani perawatan kanker di Rumah Sakit Sanglah.

"Bersabarlah Ni Luh, aku akan merawatmu sepenuh hatiku." ucap Anak Agung Tangkar setengah berbisik di telinga istri tercintanya itu.

Panggilan itu tidak pernah ia lupakan. Panggilan yang sering ia ucapkan ketika masih kuliah bersama. Panggilan yang makin mendekatkan hubungan mereka berdua. Panggilan dari hati ke hati yang membuat mereka bersatu dalam ikatan pernikahan. Sebuah panggilan yang menenangkan hati Ni Luh Sulastri saat menghadapi cobaan terberat dalam hidupnya.

Dua hari setelah perawatan kanker itu, kondisi Ni Luh Sulastri menurun. Hingga akhirnya ia meninggal.

Sebagai wujud rasa cintanya, Anak Agung Tangkar membuatkan bade besar-besaran untuk Dewi Ayu Sulastri. Ia memesan sebuah bade yang memiliki tumpang bertingkat sembilan. Sebuah bade yang sangat besar untuk ukuran orang Bali. Sebuah bade yang dikhususkan untuk kasta Kesatria.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun