Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Permafrost Pandora

24 Agustus 2019   07:14 Diperbarui: 24 Agustus 2019   07:23 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tapi tante? Saya khawatir Valerya akan mencarinya. Dia sangat menyukai tongkat ski ini."

"Valerya tidak akan pernah menggunakannya lagi. Ia sudah tiada." balas wanita itu dengan

suara terisak menahan kesedihan.

     Pemakaman Valerya dihadiri oleh teman dan kerabatnya. Sebelum dimakamkan, mereka saling memberikan penghormatan terakhir untuknya. Ekspresi para pelayat nampak aneh. Bukan ekspresi kesedihan. Melainkan ekspresi jijik. Mereka berusaha menyembunyikan kejijikan mereka dengan menggunakan sapu tangan.

     Beberapa dari mereka mengalihkan pandangan sambil menahan mual. Ibu Valerya hanya bisa pasrah menerima kematian anaknya yang janggal. Bola mata Valerya berwarna merah darah. Menutupi lensa matanya yang keabu-abuan. 

Para pelayat seperti melihat manusia bermata merah. Dua anak lelaki nampak iseng mengambil gambar wajah terakhir temannya itu tanpa sepengetahuan ibu Valerya. Mereka berpose didepan jenazah Valerya yang terbaring didalam sebuah peti kayu berwarna coklat.

     "R.I.P Valerya Gamov." gumam anak lelaki itu. "Send..."

     Dalam beberapa jam, foto yang diunggah oleh anak itu menjadi viral di berbagai sosial media. Berbagai komentar memenuhi kolom komentar dibawah foto unggahannya. Mulai dari komentar berbelasungkawa hingga komentar menghujat.

     Kau gadis yang baik hati. Tenanglah bersama Bapa di surga @blue_eyes

     Kami mencintaimu Val @pink_gal

     Hatimu busuk, kau pantas mati. Nerakapun takkan sudi menerimamu @anonim

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun