"Apa ini ada hubungannya dengan Patung Dewa Dhushara"
"Benar sekali."
Akhirnya Galata berhasil mencegah Teana agar tidak berangkat menuju Kuil Qasr Al Binth. Sebab menurut Galata, kuil itu sudah tidak aman lagi. Ia menyarankan kepada Teana agar menyimpan Patung Dewa Dhushara di Kuil Ad Deir.
Galata juga telah memikirkan rencana pemindahan patung. Sesaat setelah Teana membatalkan rencananya, Galata menyuruh beberapa prajurit untuk berangkat meminta bantuan pengawalan pihak Kerajaan Nabataea. Raja Aretas IV setuju dengan rencana tersebut. Mengingat keberanian Teana dan para prajuritnya mengusir Bangsa Bawah dari Kota Hegra, Raja mengirimkan beberapa prajurit kerajaan sebagai imbalannya. Prajurit kerajaan itu akan mengawal keberangkatan Teana menuju Kota Petra.
Rombongan Teana akhirnya berangkat dengan pengawalan prajurit kerajaan. Mereka meninggalkan Kota Hegra saat fajar tiba. Ketika hari belumlah terlalu panas. Dengan berpakaian jubah serba putih dan cadar, rombongan itu berangkat menggunakan unta dan beberapa ekor kuda untuk membawa barang-barang mereka. Kali ini Teana merasa aman sebab Galata bersamanya.
"Terimakasih atas semuanya Galata." ucap Teana.
"Sama-sama Teana. Aku senang bisa membantumu."
Mereka berdua saling pandang diatas punggung unta-unta mereka. Cukup lama mereka beradu pandang. Hingga akhirnya mereka sadar ketika seseorang memanggil nama mereka.
"Tuan. Rombongan siap untuk berangkat." teriak Shahed di depan.
"Iya Shahed. Perintahkan prajuritmu untuk berangkat sekarang." balas Teana sedikit gugup.
Barisan unta dan kuda berjalan beriringan. Perlahan-lahan rombongan Teana mulai meninggalkan Kota Hegra. Perjalanan ke Kota Petra kali ini membuat Teana bahagia. Karena seseorang telah mengisi hatinya dan membuatnya nyaman berada didekatnya.