"Ma... Maaf anak muda, aku sedang terburu-buru."jawab kakek tua itu.
Dibelakang Galata, Teana memperhatikan gerak-gerik mencurigakan dari kakek itu. Ia merasakan sesuatu yang aneh. Namun ia tidak mengerti apa itu. Setelah beberapa langkah memasuki altar kuil, Teana mengingat sesuatu.
"Bungkusan itu.... Galata, ayo kita kejar kakek tua tadi. Ia telah mencuri Patung Dewa Dhushara milik kita."
"Maksudmu apa Teana?"
"Sudahlah, cepat kita kejar kakek itu." balas Teana sambil berlari keluar kuil.
Diluar kuil, Teana hanya mendapati para pendeta sedang menyalakan obor. Tidak nampak seorang kakek tua disana. Setelah mendapatkan informasi dari salah seorang pendeta, akhirnya Teana berhasil mendapatkan jejak kakek tua itu.
"Berhenti!" teriak Teana dengan lantang.
Kakek tua itu membalikkan badannya. Didepan Teana dan Galata, ia mengubah wujudnya. Kini Teana dan Galata berhadapan dengan Simkath dalam wujud aslinya.
"Teana, akhirnya kita bertemu juga." ucap Simkath pelan.
"Siapa kau sebenarnya. Apa yang kau inginkan dari patung itu!"
"Sudah ratusan tahun aku menunggu saat ini tiba. Akhirnya aku berhasil mendapatkan patung ini. Dengan patung ini, kekuatan sihirku akan sempurna. Aku akan menjadi manusia yang abadi. Sebentar lagi Kota Petra akan jatuh ke tanganku. Dan bahkan seluruh keturunan Bangsa Nabataea akan bersujud menyembahku."ucap Simkath penuh keangkuhan. Lalu ia meletakkan patung itu didekat kakinya.