Keesokan harinya, Teana mengadakan pertemuan bersama Galata dan beberapa prajurit kepercayaan Teana untuk membahas masalah pencurian patung Dewa Dhushara. Teana meyakinkan mereka bahwa musuh mereka bukanlah makhluk biasa. Musuh mereka adalah Bangsa Bawah. Bangsa kegelapan yang ingin menguasai Kota Hegra dan Kota Petra.
Kesimpulan ini diambil oleh Teana berdasarkan petunjuk -- petunjuk yang ia dapatkan. Ia menyodorkan sobekan kain yang dipakai oleh orang tua Teana saat menjelang kematian mereka. Ia menjelaskan bahwa darah yang terpercik di kain milik orang tua Teana bukanlah darah manusia biasa. Warna bercak yang ditimbulkan oleh darah itu sangat berbeda jauh dengan warna bercak darah manusia.
Setelah mendengar penjelasan Teana, Galata segera bertindak cepat. Beberapa jam kemudian ia mengumpulkan seluruh pemuda di Kota Hegra. Para pemuda yang telah terampil menggunakan pedang dan tombak. Galata membekali mereka dengan sedikit ilmu perang dan cara -- cara menggunakan pedang dan tombak. Dalam dua hari mereka telah menguasai ilmu tersebut.
Malam harinya ketika Teana hendak tidur, sebuah suara memanggil namanya. Suara yang telah ia kenal baik. Suara Dalath. Teana membuka matanya dan berjalan keluar tenda. Diamatinya keadaan disekitarnya. Cukup sepi tanpa seorangpun. Namun dari atas bukit batu cadas tak jauh darinya, berdirilah sosok Dalath dengan sayap mengepak -- ngepak. Teana menyaksikan makhluk itu terbang mendekatinya. Kini, mereka berdua saling berhadapan dalam jarak yang cukup dekat.
"Hamba telah mendengar semuanya dari Ratu Mehnaz. Hamba telah mengerti masalah yang Tuan hadapi. Izinkanlah kami membantu Tuan." ucap Dalath dalam bahasa yang hanya dimengerti oleh Teana.
"Terimakasih atas bantuanmu Dalath. Sejujurnya, aku belum siap menghadapi pertempuran ini. Namun demi rakyatku, aku harus kuat. Aku tidak boleh lemah."
"Tuan tidak sendiri. Tuan jangan takut. Masih ada kami di pihak Tuan. Ratu Mehnaz pun menyampaikan permintaan maafnya atas kecerobohannya sehingga Bangsa Bawah yang ia kurung bisa lepas. Ratu telah mengetahui siapa dibalik semua kekacauan ini."
"Siapa? Katakan padaku Dalath. Apakah ia yang telah mencuri Patung Dewa Dhushara di Kuil Qasr Al Binth?"
"Bukan, yang mencuri patung itu adalah salah satu pengikut Yodh. Saat ini Yodh telah berhaasil mendapatkan patung Dewa Dhushara yang asli. Yodh adalah pengikut sekaligus tangan kanan Ratu Mehnaz. Ia adalah prajurit terkuat yang dimiliki di Kerajaan Jin. Dulunya ia adalah prajurit yang sangat patuh di Kerajaan Jin. Namun karena sebuah kesalahan, Ratu Mehnaz membuangnya di Kota Paphoz. Tuan telah pergi kesana dan telah melihat kerajaannya."
"Terkuat katamu?" ucap Teana bergetar. Nyalinya terlihat menciut. Dalath tersenyum. Ia menangkap ketakutan di wajah Teana.
"Kemarilah, mendekatlah kepadaku Tuan." ucap Dalath kemudian.