Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Teana - Ebra (Part 38)

13 Juni 2019   09:56 Diperbarui: 13 Juni 2019   10:06 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musibah gempa bumi di Kota Hegra yang terjadi beberapa Minggu lalu akhirnya terdengar oleh Teana. Kejadiannya sangat aneh. Hamra masih ingat betul awan mendung yang mencekam disertai gemuruh dan kilat menyambar di langit. Padahal sebelumnya keadaan langit tidak menampakkan tanda -- tanda apapun.

       Bersamaan dengan itu, muncullah badai gurun dan gempa yang cukup hebat. Guncangannya tidak terlalu kuat namun mampu meruntuhkan bukit -- bukit batu cadas di seluruh Kota Hegra. Itulah sebabnya mengapa kini para penduduk tinggal didalam tenda.

       Cerita yang disampaikan oleh Hamra dengan cepat dipahami oleh Teana, ia menghitung mundur kejadian yang menimpa Kota Hegra. Hingga akhirnya ia menarik kesimpulan bahwa musibah yang menimpa Kota Hegra terjadi tepat ketika ia mencuri Patung Dewa Dhushara dari tangan Yodh. Ia menyimpulkan bahwa dua kejadian tersebut berkaitan erat. Sehingga ia merasa harus melakukan sesuatu sekarang juga demi keselamatan Bangsanya. Bangsa Nabataea.

"Galata, bisakah kau siapkan beberapa prajurit untuk ikut denganku ke Kuil Qasr Al Binth?

"Apa yang hendak kau lakukan disana?"

"Aku mau menyimpan Patung Dewa Dhushara disana."

"Tapi Teana, setelah gempa beberapa minggu lalu, hampir semua kuil di Kota Hegra rusak. Aku tidak yakin patung itu akan aman disana."

"Percayalah, Dewa Dhushara akan menolong kita. Aku memiliki firasat bahwa patung ini akan aman jika disimpan disana untuk sementara waktu."

       Galata tidak bisa menolak perintah Teana. Ia memahami Teana cukup baik. Ketika Teana telah memutuskan sesuatu, itu artinya Teana telah mempertimbangkannya dengan matang.

"Baiklah. Aku akan mengantarmu kesana" ucap Galata.

       Mereka berempat berangkat menaiki unta masing -- masing. Ketika hari belum terlalu panas. Teana berjalan beriringan dengan Almeera.  Mereka berdua memakai jubah putih dan cadar yang nampak kontras dengan sinar matahari. Sedangkan Galata dan Shahed berjalan dibelakang mereka dengan memakai jubah putih dan turban penutup kepala.

       Dari balik cadar, mata Teana terlihat bulat sempurna. Berukuran besar dengan bola mata berwarna biru gelap. Mata yang penuh kewaspadaan. Sedangkan Galata memiliki garis muka yang tegas. Dengan cambang halus yang tumbuh subur di permukaan wajahnya, memberi kesan bahwa ia sangat berwibawa. Sebuah perpaduan yang sempurna jika mereka berdua bisa bersatu memimpin Bangsa Nabataea.

       Ketika perjalanan mereka hampir sampai, tiba -- tiba tubuh Teana terasa panas. Saat itu juga Teana mengerti bahwa sesuatu sedang mengintainya. Sebuah kekuatan dari bangsa lain.  Namun sayangnya ia tidak bisa menangkap dari mana asal kekuatan itu datang. Sehingga ia diam saja dan melanjutkan perjalanannya menuju Kuil Qasr Al Binth.

       Ketika tiba di kuil, seorang pendeta menyambut kedatangan rombongan Teana. Setelah mengatakan maksud kedatangannya, pendeta itu mengajak Teana untuk naik ke lantai atas kuil. Ia hanya ditemani oleh Almeera. Galata dan Shahed berjaga -- jaga diluar kuil.

       Tanpa mereka sadari, sepasang mata kehijauan mengawasi mereka dari balik batu cadas. Pemilik sepasang mata itu hanya diam tidak menimbulkan gerakan sedikitpun. Ia baru bergerak keluar dari balik batu cadas ketika melihat Teana dan rombongannya pergi meninggalkan kuil. Kini ia telah mengubah wujudnya menjadi sosok Shahed. Ia lalu berjalan memasuki kuil.

       Tidak butuh waktu lama, sosok Shahed palsu itu telah berhasil membawa Patung Dewa Dhushara. Ia telah membuat pendeta kuil untuk tutup mulut selamanya.

                "Yang Mulia Yodh pasti senang."

       Ketika Yodh mengetahui bahwa  seluruh ular yang ia kirim ke Kota Hegra telah berhasil dimusnahkan oleh Teana, Yodh murka. Ia mengirim Taw untuk mengawasi gerak-gerik Teana. Dengan bekal kekuatan pemberian Yodh, Taw akhirnya berhasil mencuri patung Dewa Dhushara dan menetralkan energi patung itu.

***

Peramal Simkath mendengar kabar kemenangan Yodh. Ia bisa merasakannya lewat udara di sekitarnya. Udara yang mengandung energi kegelapan. Ketika Yodh mengadakan ritual untuk membangkitkan Bangsa Bawah, si peramal telah mengetahuinya lewat tanda -- tanda yang disampaikan oleh alam. Tanda berupa gemuruh di langit yang gelap beserta suara -- suara ghaib yang penuh kebencian. Peramal itu telah membaca semuanya.

         Peramal Simkath merasa bahwa inilah kesempatan yang baik untuk menawarkan sebuah kerjasama kepada Yodh. Lewat percakapan yang hanya dimengerti mereka berdua, mereka berbicara satu sama lain tentang sebuah kesepakatan yang saling menguntungkan.

         Peramal Simkath melihat ekspresi Yodh lewat bola kristal bening diatas mejanya. Sebuah senyuman yang menandakan sebuah persetujuan.

"Baiklah, aku terima tawaranmu. Sebagai imbalannya aku akan memberimu kekuasaan di wilayah Kota Hegra." ucap Yodh.

Kesepakatan yang ditawarkan oleh Peramal Simkath segera diwujudkan. Seluruh pengikut Yodh kini memiliki kekuatan berlipat. Kekuatan itu mereka dapatkan dari Peramal Simkath yang memberikan separuh kekuatan sihirnya untuk memulihkan kekuatan prajurit Yodh.

Setelah merasa cukup kuat, mereka berencana menyerang Kota Hegra pada malam hari. Mereka ingin menghancurkan Kota Hegra terlebih dulu sebelum membebaskan Bangsa Bawah. Sebab musuh mereka saat ini adalah Teana dan pengikutnya. Yodh ingin menghabisi Teana agar ia tidak menghalangi jalannya dalam membebaskan para Bangsa Bawah.

Yodh merencanakan penyerangan itu pada malam hari. Ketika seluruh penduduk Kota Hegra tertidur lelap. Sehingga ia bisa dengan mudah menghabisi mereka semua.

***

      Sementara itu didalam tenda, Teana dikagetkan oleh sebuah suara memanggil namanya. Dengan diantar prajurit, lelaki itu masuk menemui Teana.

"Maaf Nyonya, ada yang ingin saya sampaikan." ucap Pendeta itu sambil melirik kearah prajurit Teana.

"Keluarlah kalian, aku ingin berbicara berdua dengannya." perintah Teana.

"Baik Tuan." jawab para prajurit itu.

      Percakapan mereka berdua cukup serius. Galata yang berada tak jauh dari mereka berdua segera mendekat. Karena galata merasa bahwa lelaki ini membawa sebuah pesan penting untuk Teana.

"Jadi, patung Dewa Dhushara telah diambil oleh seseorang?" tanya Teana serius.

"Benar Nyonya. Saat itu aku akan berdo'a didalam Kuil Qasr Al Binth. Aku melihat Nyonya berbicara dengan pendeta ketika aku sedang mengambil dupa Myrrh. Karena didalam kuil tidak ada api, aku pergi keluar kuil dan mencari sisa -- sisa dupa Myrrh yang masih menyala di bejana. Saat itu aku melihat dua orang lelaki sedang berdiri didepan gerbang kuil. Aku pikir mereka adalah teman Nyonya. Jadi aku kembali masuk kedalam kuil dan melanjutkan ritualku. Ketika aku masuk kedalam kuil, aku melihat Nyonya meninggalkan kuil dengan diantar oleh pendeta kuil. Tiba -- tiba, aku ingin pergi ke kamar mandi. Aku meletakkan dupa Myrrhku didalam bejana dan berjalan menuju ruangan di belakang altar kuil. Ketika aku berada didalam kamar mandi, aku mendengar suara seseorang berteriak cukup keras. Aku bergegas keluar dari kamar mandi dengan langkah mengendap -- endap untuk mengintai apa yang sedang terjadi. Hingga akhirnya dari balik tirai altar, mataku melihat pendeta kuil tergeletak didepan pintu. Disamping jasad pendeta itu berdiri teman Nyonya membawa sebuah bungkusan kain putih ditangannya. Persis dengan bungkusan yang Nyonya serahkan kepada pendeta kuil. Lelaki itu tersenyum ketika mengambil bungkusan itu dari tangan pendeta yang telah meninggal. Karena merasa nyawaku terancam, aku memutuskan untuk tetap bersembunyi. Setelah teman Nyonya pergi, aku mengurus jenazah pendeta kuil. Aku letakkan dia didepan altar dengan harapan agar dilihat oleh orang lain untuk segera diurus jenazahnya."

"Lalu, apa yang membuatmu datang kemari menemuiku?"

"Aku ingin Nyonya memanggil teman Nyonya." ucap lelaki itu pelan sambil menatap Teana dan Galata satu persatu. "Yang aku maksudkan bukan lelaki ini Nyonya, tapi yang satunya." ucapnya kemudian.

      Teana memanggil prajurit yang berjaga diluar tendanya. Ia memerintahkan prajurit untuk memanggil Shahed. Tak lama kemudian muncullah Shahed. Ia berjalan memasuki tenda.

"Pria inikah maksudmu?" tanya Teana.

"Tepat sekali. Pria inilah yang membunuh pendeta itu."

"Tunggu sebentar, jangan kau menuduh sembarangan Tuan, lelaki ini adalah pengikutku. Sepanjang perjalanan ia bersamaku. Coba kau ingat -- ingat kembali. Mungkin saja kau salah." ucap Teana membela Shahed.

      Lelaki itu diam sejenak. Ia teringat sebuah kejadian saat ia menyaksikan bola mata lelaki pembunuh pendeta kuil menyala kehijauan. Dua pasang bola mata yang mirip bola mata ular. Lalu ia mengamati kedua bola mata Shahed.

"Tidak sama." gumamnya.

"Apa maksud Tuan?" tanya Teana.

"Matanya Nyonya. Mata lelaki ini tidak berwarna hijau seperti yang aku lihat pada mata si pembunuh pendeta kuil."

      Setelah penjelasan yang cukup panjang dari Teana, akhirnya lelaki itu pamit dan meminta maaf atas kekeliruannya.

"Jadi, siapa lelaki yang telah menyamar sebagai Shahed dan membunuh pendeta kuil" tanya Teana pelan.

"Aku tidak tahu Teana. Aku hanya bisa memastikan bahwa saat kejadian, Shahed terus bersamaku." jawab Galata.

"Mungkinkah lelaki itu..." gumam Teana penuh tanda tanya.

      Malam makin larut. Suasana Kota Hegra makin sunyi. Hanya beberapa prajurit terlihat berjaga -- jaga disekitar tenda penduduk sambil menyalakan api unggun untuk menghangatkan tubuh mereka.

***

      Malam itu di Kerajaan Yodh sedang berlangsung pertemuan antara para pembesar dan prajurit kerajaan. Mereka membahas strategi penyerangan Kota Hegra. Dengan kekuatan yang makin berlipat ganda, mereka yakin kali ini mereka akan berhasil mengalahkan Teana dan menaklukkan Kota Hegra.

"Apakah kalian semua sudah siap bertarung?" teriak Yodh kepada para pembesar dan prajurit kerajaan.

"Siap Yang Mulia." teriak mereka penuh semangat.

"Baiklah, persiapkan diri kalian masing -- masing. Dalam tiga hari kedepan kita akan menyerang Kota Hegra." ucap Yodh.

***

      Keesokan harinya, Teana mengadakan pertemuan bersama Galata dan beberapa prajurit kepercayaan Teana untuk membahas masalah pencurian patung Dewa Dhushara. Teana meyakinkan mereka bahwa musuh mereka bukanlah makhluk biasa. Musuh mereka adalah Bangsa Bawah. Bangsa kegelapan yang ingin menguasai Kota Hegra dan Kota Petra.

      Kesimpulan ini diambil oleh Teana berdasarkan petunjuk -- petunjuk yang ia dapatkan. Ia menyodorkan sobekan kain yang dipakai oleh orang tua Teana saat menjelang kematian mereka. Ia menjelaskan bahwa darah yang terpercik di kain milik orang tua Teana bukanlah darah manusia biasa. Warna bercak yang ditimbulkan oleh darah itu sangat berbeda jauh dengan warna bercak darah manusia.

      Setelah mendengar penjelasan Teana, Galata segera bertindak cepat. Beberapa jam kemudian ia mengumpulkan seluruh  pemuda di Kota Hegra. Para pemuda yang telah terampil menggunakan pedang dan tombak. Galata membekali mereka dengan sedikit ilmu perang dan cara -- cara menggunakan pedang dan tombak. Dalam dua hari mereka telah menguasai ilmu tersebut.

      Malam harinya ketika Teana hendak tidur, sebuah suara memanggil namanya. Suara yang telah ia kenal baik. Suara Dalath. Teana membuka matanya dan berjalan keluar tenda. Diamatinya keadaan disekitarnya. Cukup sepi tanpa seorangpun. Namun dari atas bukit batu cadas tak jauh darinya, berdirilah sosok Dalath dengan sayap mengepak -- ngepak. Teana menyaksikan makhluk itu terbang mendekatinya. Kini, mereka berdua saling berhadapan dalam jarak yang cukup dekat.

"Hamba telah mendengar semuanya dari Ratu Mehnaz. Hamba telah mengerti masalah yang Tuan hadapi. Izinkanlah kami membantu Tuan." ucap Dalath dalam bahasa yang hanya dimengerti oleh Teana.

"Terimakasih atas bantuanmu Dalath. Sejujurnya, aku belum siap menghadapi pertempuran ini. Namun demi rakyatku, aku harus kuat. Aku tidak boleh lemah."

"Tuan tidak sendiri. Tuan jangan takut. Masih ada kami di pihak Tuan. Ratu Mehnaz pun menyampaikan permintaan maafnya atas kecerobohannya sehingga Bangsa Bawah yang ia kurung bisa lepas. Ratu telah mengetahui siapa dibalik semua kekacauan ini."

"Siapa? Katakan padaku Dalath. Apakah ia yang telah mencuri Patung Dewa Dhushara di Kuil Qasr Al Binth?"

"Bukan, yang mencuri patung itu adalah salah satu pengikut Yodh. Saat ini Yodh telah berhaasil mendapatkan patung Dewa Dhushara yang asli. Yodh adalah pengikut sekaligus tangan kanan Ratu Mehnaz. Ia adalah prajurit terkuat yang dimiliki di Kerajaan Jin. Dulunya ia adalah prajurit yang sangat patuh di Kerajaan Jin. Namun karena sebuah kesalahan, Ratu Mehnaz membuangnya di Kota Paphoz. Tuan telah pergi kesana dan telah melihat kerajaannya."

"Terkuat katamu?" ucap Teana bergetar. Nyalinya terlihat menciut. Dalath tersenyum. Ia menangkap ketakutan di wajah Teana.

"Kemarilah, mendekatlah kepadaku Tuan." ucap Dalath kemudian.

      Suasana menjadi hening. Teana berdiri mematung tepat didepan Dalath. Angin padang pasir berhembus cukup lembut. Langit terlihat cukup cerah malam itu. Sambil membuka kedua sayapnya dan menelungkupkannya di tubuh Teana, Dalath menyentuhkan ujung paruhnya diatas kepala Teana. Sebuah pendar cahaya kebiruan mengelilingi tubuh mereka berdua. Pendar cahaya itu perlahan -- lahan menghilang seiring dengan jatuhnya bulu -- bulu sayap milik Dalath.

"Ambillah ebra itu Tuan, gunakan sebagai senjatamu untuk melawan Bangsa Bawah." ucap Dalath setelah melepaskan pelukannya dan kemudian terbang menghilang ke langit Kota Hegra.

"Terimakasih Dalath." gumam Teana dalam hati.

      Lima helai bulu halus berwarna biru safir dengan kilau kehijauan kini berada ditangan Teana. Ebra, nama bulu itu. Bulu dari seekor makhluk berbadan singa berkepala elang yang memiliki sepasang sayap di tubuhnya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun