Teana dan rombongannya telah memasuki Kota Hegra. Mereka tiba saat matahari hampir tenggelam. Dengan memacu laju kereta untanya, Teana menuju Qasr Al Binth. Hari belumlah gelap. Obor -- obor menyala terang di sepanjang jalanan Qasr Al Binth. Pemukiman penduduk didalam bukit batu cadas itu terlihat sepi. Hanya ada beberapa ekor unta diluar dengan leher terikat sebuah tali.
"Ayah... Ibu... Aku pulang." ucap Teana.
Beberapa pelayan Aairah keluar menyambut majikannya. Mereka membantu Teana dan rombongannya untuk menurunkan barang dari kereta unta mereka.
"Teana anakku..." sambut Aairah.
"Ayah dimana bu?"
"Ayahmu didalam. Temuilah, pasti ia senang dengan kedatanganmu."
"Baik Bu."
Setelah memeluk ibunya, Teana berlari menuju kamar ayahnya. Almeera dan Aairah menuju dapur. Mereka hendak menyiapkan makan malam.
Rashad duduk di kursi. Ia terlihat serius memeriksa lembaran -- lembaran daun Papirus diatas mejanya. Laporan pajak dari berbagai daerah di Kota Hegra.
"Ayah..." panggil Teana pelan. Rashad menoleh.
"Teanaaa...." balas Rashad dengan wajah gembira. Mereka saling berpelukan.
"Ayah sibuk?"
"Begitulah seperti yang kau lihat. Tapi untukmu, ayah akan memberikan waktu ayah sepenuhnya." Rashad memandang wajah putrinya itu.
Teana menceritakan kemajuan penjualan minyak Myrrh di Kota Petra. Persaingan yang ketat hingga menurunnya permintaan minyak Myrrh.
Rashad mendengarkan dengan serius. Mencerna setiap kata yang diucapkan anaknya. Sesekali ia mengangguk tanda mengerti. Setelah hampir setengah jam, Rashad berkata...
"Sebaiknya kau mencari wilayah baru untuk berdagang."
"Tapi kemana?"
"Hanya kau yang tahu anakku, carilah sendiri. Karena kau yang akan menjalaninya. Bukan Ayah." ucap Rashad tersenyum sambil membelai rambut Teana.
Suasana menjadi hening...
"Jangan putus asa. Ayah yakin kau pasti bisa."
"Baik Ayah. Terimakasih atas nasihat Ayah."
***
Gua itu tersembunyi dibalik semak gurun yang lebat. Sekilas seperti tidak ada penghuninya. Namun dengan kekuatan sihir Yodh, pancaran energi dari makhluk itu bisa dirasakan olehnya.
"Kita telah sampai. Siapkan senjata kalian."
Tanpa menunggu lama, anak buah Yodh melesat turun dari atas bukit batu cadas. Secara bergantian, mereka masuk kedalam gua setelah menyingkirkan semak -- semak yang tumbuh lebat.
Mulut gua itu cukup rendah. Sehingga mereka berjalan dengan sedikit menunduk. Ketika memasuki sebuah lubang yang menganga cukup besar, anak buah Yodh tiba -- tiba terpental. Mereka terjerembab cukup jauh dengan keadaan tubuh berubah menjadi ular. Kekuatan yang terpancar dari dalam lubang itu berhasil mengalahkan anak buah Yodh.
"Maaf Yang Mulia, kami tidak sanggup menembus pintu masuk gua. Ada kekuatan besar yang melindungi pintu itu." ucap anak buah Yodh dalam keadaan setengah terluka.
Yodh memasuki mulut gua. Ia berjalan menunduk melewati beberapa ekor ular yang menggeliat -- geliat didalam gua. Kekuatan yang melindungi lubang itu telah membuat tubuh kasar anak buah Yodh lenyap.
Yodh memandangi ruangan gua. Lalu ia duduk bersila. Mulutnya bergerak pelan. Ia merapalkan mantranya. Tubuhnya mengeluarkan cahaya kehijauan. Cahaya putih yang menyelimuti lubang didepannya kini mulai memudar dan menghilang secara perlahan -- lahan. Ular -- ular itu kini berubah menjadi manusia seperti biasa. Tubuh kasar mereka telah kembali.
Yodh berdiri. Ia berjalan memasuki lubang itu. Beberapa anak buahnya berjalan dibelakang Yodh. Ketika Yodh memasuki lubang, ia disambut oleh desisan puluhan laba -- laba berwarna hitam pekat. Sekumpulan laba -- laba berwujud setengah manusia itu menyerang Yodh dan anak buahnya. Dengan mengayunkan dua kaki depannya yang berujung tajam, mereka berhasil melukai beberapa anak buah Yodh.
Pertempuran itu berjalan cukup seimbang. Anak buah Yodh menyerang balik para manusia laba -- laba itu. Mereka mengayunkan tombak mereka hingga menyabet kaki laba -- laba. Beberapa laba -- laba itu tewas dengan perut pecah mengeluarkan lendir berwarna hitam.
Tanpa disadari oleh Yodh, puluhan laba -- laba sedang mengawasi mereka dari atas dinding gua. Laba -- laba itu bergelantungan di jaring -- jaring yang mereka pintal. Jaring laba -- laba yang terbuat dari serat halus yang mampu menahan tubuh pembuatnya hingga bisa bergelantungan dengan seimbang.
Mulut manusia laba -- laba itu mendesis keras mengeluarkan suara yang cukup memekakkan telinga. Mata mereka membelalak kemerah -- merahan memancarkan amarah.
Satu -- persatu manusia laba -- laba itu merangkak turun menggunakan jaring yang mereka keluarkan dari dalam mulut mereka. Gerakan mereka sangat cepat. Dalam beberapa detik, mereka telah sampai diatas tanah gua yang cukup lembab. Mereka menyerang anak buah Yodh.
Melihat serangan yang tidak seimbang itu, Yodh ikut turun tangan. Dengan gerakan yang gesit ia menyabetkan tombaknya ke tubuh manusia laba -- laba itu. Teriakan -- teriakan memilukan menggema di seluruh ruangan gua. Para manusia laba -- laba itu telah sekarat. Hingga tak lama kemudian keluarlah Lamadh dari dalam lubang persembunyiannya.
"Hentikan...... Apa yang kau inginkan dari kami?" ucap Lamadh dengan suara mendesis.
"Aku menginginkan mutiara hitam itu. Aku tahu kau memilikinya." ucap Yodh lantang.
"Aku tidak memiliki mutiara itu. Silakan kau periksa seluruh ruangan disini." jawab Lamadh.
Yodh memberikan isyarat kepada anak buahnya untuk memeriksa seluruh lubang -- lubang yang ada didalam ruangan itu. Yodh menunggu dengan sabar. Lamadh mengamati dengan mata penuh waspada.
"Apa sudah kau temukan?" tanya Lamadh dengan nada sinis.
"Kau menyembunyikannya!" ucap Yodh sambil mengacungkan tombak kearah Lamadh.
"Aku tidak menipumu. Kau saja yang terlalu bodoh. Mana mungkin ada mutiara didalam gua seperti ini. Kau telah ditipu oleh peramal itu."
Yodh menatap tajam kedua mata Lamadh.
"Aku bukan laba -- laba biasa. Aku adalah manusia laba -- laba. Aku memiliki kekuatan sama sepertimu. Aku mampu membaca apa yang ada dalam pikiranmu." ucap Lamadh.
Yodh terdiam. Ia berusaha membaca keadaan. Anak buah Yodh mengelilinginya. Memastikan bahwa rajanya aman dari serangan manusia laba -- laba.
"Kita pergi..." perintah Yodh.
"Tapi Yang Mulia, mutiara itu....?" tanya anak buah Yodh.
"Kita pergi sekarang..."ucap Yodh dengan geram.
Melihat kepergian Yodh, Lamadh tersenyum puas. Ia berhasil mengusir Yodh.
"Sekarang saatnya..." gumam Lamadh.
Setelah Yodh melangkah beberapa meter, Lamadh menyemburkan cairan hitam beracun ke arah Yodh. Namun sayangnya, serangan itu meleset. Sebagai manusia ular, Yodh mampu merasakan getaran di udara lewat lidahnya yang menjulur -- julur keluar. Sehingga ia bisa menghindar dari semburan Lamadh.
Yodh menghindari serangan itu dengan lincah. Tubuhnya meliuk ke kanan. Seketika itu juga ia melemparkan tombaknya ke arah perut Lamadh. Lamadh berteriak kesakitan.
"Jangan kau bodohi aku. Kekuatanmu bukan apa -- apa bagiku. Aku tahu mutiara itu ada didalam perutmu." ucap Yodh penuh amarah.
"Ta... Tapi bagaimana kau tahu?" tanya Lamadh dengan napas tersengal -- sengal.
"Bukan urusanmu...!" ucap Yodh
Lalu Yodh mencabut tombak yang menancap di perut Lamadh. Kaki -- kaki depan Lamadh berusaha menyabet tubuh Yodh dengan tenaga yang tersisa. Tanpa pikir panjang, Yodh memotong kaki -- kaki itu dengan tombaknya yang tajam.
Cairan hitam terus berhamburan keluar dari tubuh Lamadh. Seiring habisnya cairan itu, Lamadh berhenti bernapas. Kemudian Yodh memasukkan tangan kanannya kedalam perut Lamadh dan mengeluarkan dua buah mutiara hitam dari sana.
Yodh dan anak buahnya berjalan keluar gua meninggalkan anak buah Lamadh yang terluka parah. Tidak ada perlawanan dari mereka.
Yodh tahu ketika Lamadh berkata bahwa ia bisa membaca pikirannya. Saat itu juga ia mengosongkan pikiran dalam kepalanya seperti yang biasa ia lakukan ketika bermeditasi di Kuil Pygmalion.
Dua buah mutiara hitam itu kini telah berada dalam genggaman Yodh. Kemenangan Bangsa Bawah sudah didepan mata.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H