***
Sudah hampir satu jam orang pintar itu mengobati Ralph dengan berbagai macam do'a. Bunga tujuh rupa juga telah ditaburkan diatas tubuh Ralph. Namun Ralph tetap mengejang dengan tatapan mata kosong. Hingga akhirnya ia berhenti bergerak.
"Maaf Nak Rudi, teman Nak Rudi tidak bisa tertolong lagi." ucap orang pintar itu.
"Maaf Pak, bukan saya tidak percaya kepada bapak. Saya akan membawa teman saya ini ke Rumah Sakit sekarang juga." jawab Rudi.
"Percuma Nak Rudi melakukan itu."
"Maksud bapak?"
"Jiwanya sudah tidak bersamanya lagi. Seseorang telah mengambil jiwanya."
"Siapa?"
Orang pintar itu hanya terdiam. Tidak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Seakan -- akan ia berusaha menutup mulut atas kejadian ini. Namun ia mengerti, bahwa pemilik celupak Majapahit itulah yang telah membawa Ralph. Sebuah patung perunggu berbentuk Dewa Siwa bersila dengan kedua tangan menengadah keatas. Sebuah posisi memohon do'a dalam ajaran agama Hindu.
"Nak Rudi berdo'a saja agar teman Nak Rudi mendapatkan tempat terbaik di sisiNya." ucap orang pintar itu singkat. Lalu ia berdiri meninggalkan Rudi dan kedua temannya didalam kamar. Tepat ketika orang pintar itu berada di ambang pintu, celupak Majapahit itu menyala. Dari kedua telapak tangan Dewa Siwa muncullah nyala api kecil.
***