Ralph terdiam, ia hanya bisa mengangguk lalu pergi meninggalkan Pak Karso.
Kejadian demi kejadian aneh menimpa Ralph bertubi -- tubi. Mulai dari munculnya sosok aneh dalam foto yang ia ambil saat melakukan penggalian di lokasi ekskavasi, suara -- suara aneh yang menyapanya saat menjelang magrib di lokasi ekskavasi hingga bau harum bunga kenanga yang hanya bisa ia rasakan tanpa bisa dirasakan orang lain.
Gangguan itu mencapai puncaknya, hingga suatu ketika...
"Tuan Ralph, tuan mau kemana?" teriak Rudi, rekan satu tim nya yang melihat Ralph berjalan seorang diri menuju sungai Desa Kumitir.
"Tuan... Tuaaaan..." teriak lelaki itu.
Seperti tidak mendengar, Ralph berjalan menuju bantaran sungai yang terbilang cukup dalam itu. Ia berjalan dengan tatapan kosong. Rudi segera melempar cangkul kecil di tangannya. Berlari kearah Ralph yang hampir mencapai bibir bantaran sungai dan siap untuk melompat. Beruntung Rudi meraih tangan Ralph. Ia selamat.
Kegiatan penggalian hari itu terpaksa dihentikan. Mengingat Ralph dalam kondisi yang cukup mengkhawatirkan. Rudi satu orang temannya mengantar Ralph kembali kerumah tempat ia menginap. Sedangkan yang lain membereskan peralatan yang masih tertinggal di lokasi.
"Kang Mas, Ayo melu aku." tangan Ralph ditarik oleh seorang wanita berkebaya coklat keemasan. Mereka berdua bagai sejoli yang sedang dimabuk asmara. Saling memadu kasih di sebuah taman kerajaan.
"Sepertinya aku mengenalmu? Sepertinya kita berdua pernah bertemu sebelumnya. Tapi dimana?ucap Ralph kepada wanita cantik dalam bayangannya itu.
"Kang Mas, aku iki Sri Kaaang? Sri Kedaton?"
"Sri? Sri Kedaton?" ucap Ralph bingung.