Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Teana - Lembah Edom (Part 24)

9 September 2018   09:41 Diperbarui: 9 September 2018   09:45 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu setelah semuanya siap, Almeera dan Shahed berangkat menuju kaki Gunung Hor. Lebih tepatnya di Lembah Edom. Sebuah lembah berusia ribuan tahun di mana pohon Myrrh tumbuh dengan suburnya. 

Shahed dan Almeera berangkat kesana dengan menaiki sebuah gerobak yang ditarik dua ekor unta. Shahed memegang tali kendali unta, sedangkan Almeera duduk disebelahnya. Dibelakang mereka berjejer rapi kendi -- kendi dari tanah liat sebagai wadah getah pohon Myrrh.

Sepanjang perjalanan, Shahed hanya diam. Sesekali ia melirik Almeera tanpa sepengetahuannya. Dalam hati Shahed, ia merasa nyaman dan senang berada didekat Almeera. Wanita pujaan hatinya.

Almeera terlihat tenang, ia menikmati perjalanan itu dengan melihat -- lihat pemandangan lembah Gunung Hor yang nampak hijau dan sangat indah. Kerudungnya sesekali tersibak tertiup angin. Rambutnya yang hitam panjang tergerai melambai -- lambai.

Jalanan yang terjal sesekali membuat gerobak mereka terguncang. Menimbulkan bunyi kendi yang saling bergesekan. Perjalanan yang menyenangkan itu tiba -- tiba menjadi sedikit kacau. Tubuh Almeera hampir tersungkur ke depan saat roda gerobak mereka tersandung sebuah batu yang cukup besar. 

Dengan sigapnya tangan kanan Shahed menarik tali kekang unta sehingga untapun berhenti. Dalam gerakan yang hampir bersamaan, tangan kirinya meraih bahu Almeera dan mendekap tubuh Almeera dalam pelukannya. Untuk sesaat, mereka berdua terdiam dan saling pandang satu sama lain.

"Shahed, lepaskan tanganmu, aku tidak bisa bernapas." ucap Almeera kemudian.

"Oh... Maafkan aku Almeera." Balas Shahed terbata -- bata. Suara Almeera membuyarkan lamunannya.

Sesaat terasa sunyi. Setelah Shahed melepaskan pelukannya, mereka berdua tidak saling berbicara satu sama lain. Hanya terdengar derak roda berputar melaju dengan lambatnya saat Shahed kembali menarik tali kekang untanya. Tiba -- tiba...

"Maafkan aku Almeera..." ucap Shahed kemudian.

"Tidak apa -- apa Shahed. Tidak perlu kau meminta maaf karena tidak ada yang perlu dimaafkan. Itu semua adalah ketidaksengajaan." balas Almeera tanpa menatap Shahed.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun