“Tuan… Aku ada penawaran menarik untukmu. Tapi lepaskan Tuanku.” ucap Manaf setelah ia berjalan mendekat kepada Khurram.
“Apa yang kau tawarkan?” Apa yang akan kau tukarkan dengan harga diriku yang sudah dipermainkan oleh temanmu ini haahhh…” bentak Khurram.
“Ini, kau pasti menyukainya.” ucap Manaf sambil menunjukkan sebotol minuman diatas telapak tangannya. Sebuah botol minuman yang bisa dibilang cukup mahal di kedai Zubi. Minuman anggur bercampur sedikit rempah – rempah India dan madu Kashmir.
Pelan – pelan Manaf membuka tutup botol itu. Aroma harum menyegarkan langsung menyerbak ke udara. Menembus lubang hidung Khurram.
Pelan – pelan Khurram melepaskan cengkeraman tangannya di leher Ghalib. Tanpa diperintah lagi, segera ia meraih botol minuman itu. Sebuah botol kecil sebesar genggaman tangan orang dewasa yang terbuat dari guci berwarna putih.
“Pergilah. Enyahlah kalian dari penglihatanku.” ucap Khurram.
Ghalib dan Manaf meninggalkan Khurram yang asyik menikmati minuman yang baru didapatnya. Lalu mereka memapah Haydar untuk menuju pintu keluar Kedai Zubi.
Setelah sampai diluar, Ghalib berhenti sebentar.
“Manaf, terimakasih banyak.” ucap Ghalib.
“Sama – sama Tuan. Sudah kewajiban saya menolong Tuan.” ucap Manaf merendah.
“Mengenai minuman tadi, aku akan menggantinya di lain waktu.”